-->

Sinopsis Hospital Ship Episode 17

- September 28, 2017
>

Sumber Gambar: SBS


Jae Geol bertanya pada Hyun tanpa basa basi sedikitpun, "Seberapa besar kau menyukai Eun Jae? Jika kau menyukainya, berhati-hatilah. Aku akan berusaha untuk mencurinya darimu."

Hyun tidak menjawabnya dan Jae Geol juga tidak butuh sepertinya karena ia langsung masuk ke kapal.


Joon Young mendengar dan melihat kejadian itu. Ia memasang wajah bertanya-tanya.


Saat ganti baju, Hyun dan Jae Geol diem-dieman. Joon Young memecahnya, dengan bertanya situasi macam apa ini? Cinta segitiga? Antara Jae Geol dan dokter. Song? Jae Geol sungguh punya selera wanita yang aneh.


Joon Young lalu mengajak mereka berkata jujur selagi membahas masalah ini. Joon Young menepuk bahu Hyun, seberapa besar Hyun menyukai Eun Jae?

"Jawablah dengan benar. Mantapkan dirimu, atau kau akan kehilangan dia olehku." Jae Geol memperingatkan.


"Wah, jangan mengerikan begitu. Dia bahkan bukan tipemu." Kata Joon Young.

"Memang bukan." Jawab Jae Geol.

"Lalu kenapa kau melakukan ini? Aku ingin tahu alasanmu." Tanya Hyun.

"Dia tahu kapan harus mengorbankan dirinya." Jawab Jae Geol.

"Kedengarannya agak kejam." Tanggapan sama dari Joon Young.

Jae Geol menjelaskan, Eun Jae menyelamatkan hidup ibunya. Di dunia kesatria, mereka membalas budi dengan kehidupan. Joon Young protes, bicaralah dengan bahasa sederhana.


Jae Geol mendekati Hyun, lalu menyentuh pundak Hyun, "Maksudku adalah, jika kau pernah membuat Song Eun Jae menangis karena Nona Choi. Aku akan merebutnya darimu dengan cara apapun meskipun itu membuatku berdarah sampai mati."


Joon Young tidak mengert, kenapa Eun Jae akan membuat Jae Geol berdarah sampai mati?

"Aku akan mati." Jawab Jae Geol.

"Mati?" Ulang Joon Young.

"Jika aku menggodanya dan dia mengejarku dengan pisau bedah, aku akan mati."

"Kau konyol. Kau tahu cara menggoda?"

"Tentu saja. Aku ini pria dewasa."

Joon Young lalu menasehati Hyun untuk berusaha lebih keras, jika tidak mau kehilangan Eun Jae. Fighting!


Jae Geol tiduran di ruang ganti sambil senyum-senyum. Sementara Hyun memilih keluar.

Ternyata di depan ada Young Eun yang jelas mendengar semuanya. "Kau menolakku karena dokter Song? Karena dia?"

"Menguping bukanlah kebiasaan yang baik."


Young Eun yakin betul Eun Jae lah orangnya, "Relakan dia, dan kembalilah padaku. Kau tidak akan pernah bisa memiliki dia."


Hyun tidak mengerti maksud dari perkataan Young Eun itu. Young Eun sudah mendengar kalau Hyun lah yang terakhir kali memeriksa Ibu Eun Jae sebelum meninggal.

"Ibunya meninggal karena dirimu, Oppa."

"Nona Choi."

"Kau tidak bisa menyelamatkan Ibunya."

"Choi Young Eun!"

"Dia Song Eun Jae. Dia akan berpikir seperti itu, bukan aku. Jika itu ibumu, kau mampu mencintai dokter yang membiarkan ibumu mati?"


Hyun merenungkan kata-kata Young Eun barusan, dengan memandang ke luar tapi malah melihat Eun Jae dikerumuni orang-orang seram, preman.


Orang-orang itu menagih hutang ayah Eun Jae. Jika Eun Jae tidak bisa melunasinya, Eun Jae harus mengambil organ tubuhnya dan menjualnya. Jika kau tidak bisa melakukannya sendiri, mereka bisa melakukannya untuk Eun Jae.

"Kami akan kembali. Sampai jumpa~"

Bos preman itu mengguncang-guncang Eun Jae saat mengucapkan sampai jumpa dan itu membuat Eun Jae pusing.


Hyun mendekati Eun Jae, tapi terlambat, orang-orang itu sudah pergi. Hyun bertanya siapa mereka.

"Apa pedulimu?"

"Jangan menjawabnya jika tidak mau. Aku akan menanyakannya sendiri."


Tapi Eun Jae menarik tangan Hyun dan baru melepaskannya saat orang-orang itu sudah pergi. 

"Siapa mereka? Kenapa mereka sangat kasar padamu?"

"Siapapun mereka bukan urusanmu. Jadi jangan mencampuri urusanku."


Tapi Hyun tidak menurut, ia mengikuti Eun Jae ke ruangannya, masih menuntut Eun Jae untuk mengatakan siapa mereka. Eun Jae masih tidak  mau mengatakannya. 

"Mereka keluarga pasien? Tidak ada masalah di kapal. Ada masalah di UGD?"

"Tidak."

"Lalu apa?"

"Aku tidak mau menjawab."

"Jawab saja. Supaya aku bisa membantu."

Eun Jae akhirnya menatap Hyun, kenapa? Kenapa Hyun membantunya? Ia kan jelas sudah bilang ereka hanya sebatas rekan, tidak lebih, tidak kurang. Jadi selain tentang pekerjaan, ia tidak butuh bantuan Hyun.

"Kenapa kau berusaha keras untuk menolakku? Karena aku seorang rekan?"

"Bukan."

"Kau peduli tentang Nona Choi? Jika begitu, aku bisa menjelaskan."

"Kau begitu narsis? Kau sangat percaya diri?"

"Bukan begitu?"

"Aku sibuk, jadi silahkan pergi."

"Jika bukan.. Jika bukan itu.. apakah itu tentang ibumu? Karena aku tidak bisa menyelamatkannya?"


Eun Jae balik bertanya, bukankah sudah jelas? Jika Hyun ada di posisinya.. bisakah untuk.. tidak membencinya? Hyun tidak bisa menjawabnya, ia terdiam lalu kembali ke ruangannya.


Disana Hyun melamun, Eun Jae juga melakukan hal yang sama.


Eun Jae ditelfon adiknya, Woo Jae. Woo Jae meminta uang lagi pada Eun Jae, 500 dolar.

"Aku sudah mentransfer uang sakumu dua minggu yang lalu."

"Ini semester awal, dan aku membutuhkan banyak pengeluaran."

"Aku bukan bank. Ambil uangmu di tempat lain."

"Kumohon, kak."

"Haruskah aku memangkas uangmu bulan depan? Ngomong-ngomong.. apakah seseorang datang menemuimu?"

"Apa? Kreditur menanyakan tentang Ayah? Kau yakin Ayah ada di Korea?"

"Iya. Segera hubungi aku jika kau mendengar sesuatu. Oke? Tutup teleponnya kalau begitu. Woo Jae-ya. Besok aku akan mentransfermu 300 dolar. Hanya bulan ini. Jangan dihambur-hamburkan."


Perawat Pyo ternyata ada di luar dan ia mendengar semuanya, ia menghembuskan nafas berat. Iba melihat Eun Jae begitu. 


Ternyata Ayah ada di rumah Woo Jae. Ayah bertanya apa yang dikatakan Eun Jae. Woo Jae merasa Eun Jae tahu kalau ayah ada di Korea.


Ayah terkejut, lalu memasukkan lagi baju-bajunya, ia harus pergi. Bagi Ayah, Eun Jae lebih menakutkan daripada kreditur atau polisi.

"Ayah pikir bisa pergi kemana?"

"Minggirlah."

"Tunggu. Mari kita makan dulu. Jika Ayah harus pergi, setidaknya makan dulu. Ayah terlihat lapar."


Choon Ho, Kapten Bang dan Won Gong woro-woro pada warga desa kalau RS kapal singgah di pulau mereka. Mereka menyapa ramah semua warga.


Won Gong dan Kapten Bang kemudian mengunjungi rumah Harabong, tapi menemukannya jatuh di ladang. Won Gong lalu menggendongnya ke RS Kapal.


Jae Geol panik, kenapa dengan harabongnya? Kapten Bang mengatakan kalau perut bagian bawah Harabong sepertinya sakit.

Jae Geol kesal pada Harabong, "Kenapa tidak menelepon? Aku bilang tidak bisa berkunjung karena Ibu sakit. Aku menyuruh untuk menelepon jika terjadi sesuatu."


Perawat Pyo kagum pada Won Gong yang selalu menggendong pasien saat darurat. Won Gong tersenyum dipuji begitu..

#Ciyeeeeee...

Eun Jae menyuruh Perawat Pyo untuk memeriksa suhu tubuh dan tekanan darah Harabong. Jae Geol mengatakan pada Eun Jae kalau Harabong terkena emfisema paru.


Eun Jae meraba peruh Harabong dan menemukan benjolan memanjang, ia memastikan kalau itu hernia.

"Aku tidak bisa menyembuhkannya secara manual. Aku perlu memeriksa dengan USG, namun berdasarkan demamnya, bisa dikatakan itu hernia strangulata. Ususnya yang terpuntir memotong sirkulasi dan mulai membusuk." Jelas Eun Jae.


Jae Geol bertanya, Eun Jae bisa menyembuhkannya dengan operasi, kan? Eun Jae belum bisa memastikannya, ia perlu melihat hasil USG-nya dulu.


Dugaan Eun Jae benar, memang hernia strangulata. Denyut nadinya semakin cepat, jadi mereka harus mengoperasinya sekarang.


Ah Rim menunjukkan hasil tes darah Harabong dan sepertinya ada yang aneh. Hyun lalu menunjukkannya pada Eun Jae.

"Kenapa indeks INR-nya (mengukur pembekuan darah)..." Kata Eun Jae.


Mereka bertiga lalu rapat. Eun Jae bisa mengoperasi tapi Hyun melarangnya. Jae Geol tak mengerti, kenapa tidak boleh? Toh bukan transplantasi, hanya hernia. Terlebih Eun Jae sangat ahli menggunakan pisau bedah dan akan menyembuhkannya.

"Tidak ada operasi yang mudah, dan pasien ini tidak bisa dibius. Emfisema paru nya terlalu parah. Dia tidak akan bertahan dengan anestesi umum." Jelas Hyun.

"Bius dia dari pinggang ke bawah. Bius tulang belakangnya seperti pasien sclera pecah."

"Tidak. Kau tahu alasannya, kan?"

"Karena warfarin (mengencerkan darah)? Setelah operasi otaknya, dia harus terus menahannya."

"Kita tidak bisa menghentikan pendarahan."


Hyun melanjutkan, jika terbentuk gumpalan darah di sumsum tulang belakang nya, bisa menimbulkan risiko pada sistem saraf. Ada septicemia (banyak bakteri di dalam darah) dan infeksi juga. Bahkan sebelum operasi, anestesi--

"bisa membunuhnya." Lanjut Jae Geol. Dan Jae Geol menanyakan pendapat Eun Jae tadi, kenapa bilang itu mungkin dilakukan? Apa yang bisa Eun Jae lakukan?

"Menggunakan lidokain secara lokal." Jawab Eun Jae.

Jae Geol: Apa?

Hyun: Aku bilang itu mustahil.

Eun Jae: Jika kita tidak melakukan apa-apa, dia akan mati karena septikemia.

Hyun: Ini tetap berbahaya, bahkan jika kita menggunakan anestesi lokal. Kau pikir pasien bisa menahan rasa sakit? Dia akan mengepalkan otot-otot perutnya. Bisakah kau melaluinya?

Eun Jae: Aku akan memberinya propofol dan dalam satu jam--

Hyun: Dokter.

Eun Jae: Mencapai hernia dan meminimalisir resiko.

Hyun: Berhenti menghayal.

Eun Jae: Kasus serupa ada dalam catatan Dokter Kwak. Ia cukup mempelajarinya, jadi--

Hyun: Itu di zona perang. Mereka tidak punya apapun, sehingga mereka harus--

Eun Jae: Apa bedanya dengan sekarang? Alat dan obat-obatan kita tidak berguna.


Jae Geol: Tunggu. Biarkan aku meluruskan ini. Masalah satu-satunya adalah anestesi, kan? Kalau begitu aku bisa membantu.

Eun Jae: Bagaimana?

Jae Geol mencari-cari sesuatu, hasil penelitiannya. Jae Goel bilang bidangnya adalah Anestesi akupunktur. "Ini konsentrasiku saat magang dan residensi.

Hyun: Jae Geol-ah, aku mengerti bagaimana perasaanmu.

Jae Geol: Lihat ini. Mungkin mustahil untuk mengoperasi hanya dengan anestesi akupunktur. Gunakan anestesi lokal dengan lidokain. Lalu gunakan anestesi akupunktur dengan obat penenang. Ini bukan anestesi umum.. tapi bisa memiliki efek yang sama.

Hyun: Jae Geol-ah. Aku tahu itu sulit untuk percaya. Namun...

Jae Geol: Bahkan jika tidak memiliki efek sama sekali kita harus mencobanya. Itu bukan obat bius anestesi. Tidak akan meninggalkan bekas pada tulang belakang. Itu tidak akan membahayakan pasien sama sekali. Kau harus melakukannya tidak peduli apapun. Kau tidak boleh.. kehilangan pasien itu. Aku tidak boleh kehilangan pasien juga. Bagiku.. dia lebih berharga dari ayahku.


Jae Geol terdengar putus asa, "Ahli bedah... Tidak-tidak! Dengarlah, Hyun-ah. Aku..."

"Haruskah kita.. mencobanya? Kau (Eun Jae) akan mengoperasi meskipun dengan anestesi lokal. Jika operasi diperlukan.. Aku butuh satu lagi tindakan pengamanan." Kata Hyun.

"Bisakah anestesi akupunktur menjadi tindakan pengamanan?"

"Kita tidak punya banyak pilihan. Kita harus mengurangi rasa sakit untuk meminimalkan risiko. Kita harus melakukan segala yang kita bisa.. untuk mengurangi rasa sakit pada pasien. Itu pendapatku. Dia bilang itu tidak berbahaya meskipun dalam skenario kasus terburuk."


Jae Geol juga ikut memohon pada Eun Jae.

"Baiklah! Mari kita coba!"


Tapi Harabong tidak mau berkompromi. Perawat Pyo sampai kuwalahan.

"Biarkan aku pergi. Aku akan mati seperti ini dengan mata terbuka lebar. Bagaimana bisa kau membedah perutku?"

"Berhentilah keras kepala, Pak. Kau perlu pembedahan."

"Menjauh dariku! Oh, Ya Tuhan. Astaga. Bisakah kau... membantuku bangun? Tolong? Aku pergi. Aku ingin pergi ke suatu tempat.. dan mati seperti ini."

Lalu Hyun dan Jae geol masuk.


Jae Geol menggenggam tangan Harabong.


Mereka jadi teringat saat Jae Geol kecil. Jae Geol memegang tangan Jae Geol dan tidak melepaskannya karena Jae Geol berkata akan bunuh diri.

"Astaga, kau tidak boleh mengatakan hal buruk seperti itu. Aku akan memperbaiki sepedamu."

"Tidak, jangan. Aku benci Ibu dan Ayah. Aku akan bunuh diri."

"Jae Geol-ah. Kau masih anak kecil. Jangan mengatakan hal buruk seperti itu. Kau mengerti?"


Jae Geol berlutut, "Kau menjadi pemarah? Akulah orang yang pandai menjadi pemarah. Kenapa kau meniruku? Kau takut? Dulu aku.. Aku pikir orang tuaku akan meninggalkanku.. jika aku hidup dalam bayang-bayang saudaraku. Aku takut. Itu sebabnya aku jadi pemarah. Setiap kali aku marah-marah.. Kau memegang erat tanganku seperti ini. Kau menghiburku. Kau telah melakukan banyak hal untukku dengan tangan ini. Kau mengajariku cara naik sepeda. Kau memasangkan roda latihan di sepedaku.

Harabong, kau melakukan segalanya.. yang seorang ayah.. biasanya lakukan untuk anaknya."


Jae Geol menangis dan semua yang ada disana bisa merasakah kesedihannya.

"Jae Geol-ah. Kapan kau akan berhenti memanggilku Harabong? Saat kau kecil, ku membiarkanmu memanggilku Harabong karena kau punya banyak dendam. Namun.. saat aku sembuh setelah operasi.. aku akan memastikan kalau kau tetap sopan dan santun."

"Bisakah kita.. melanjutkan operasi?"

Harabong mengangguk dan tangis Jae Geol makin deras. Harabong mengusap airkata Jae Geol, kenapa Pria menangis?

"Astaga, sudah besar. Kapan tangan Jae Geol menjadi sangat besar?"


Jae Geul melakukan tugasnya dengan semua pelaralatan akupunturnya. Selanjutnya Eun Jae membedah Harabong.


Semua orang di luar menunggu dengan cemas. Won Gong malah menyendiri, ia menangis.

"Apakah karena kau khawatir?" Tanya Kapten Bang.

"Tidak, bukan begitu. Para dokter dari departemen yang berbeda bekerja sebagai sebuah tim dan berusaha yang terbaik untuk menyelamatkan pasien. Melihat mereka seperti itu membuatku emosional."

"Tentu saja. Aku sangat mengerti."


Operasi berjalan dan Harabong bergerak-gerak. Jae Geol menenangkannya, tidak apa-apa, semua itu hanya perasaan Harabong saja, lalu mengkode Eun Jae untuk melanjutkan.


Para perawat membahas ini di dapur, kebetulan disana ada Young Eun. Mereka penasaran, apa benar akupuntus bisa digunakan untuk membius?

"Aku tidak yakin. Aku bekerja di pengobatan Korea, tapi aku tidak bisa benar-benar mempercayainya. Dokter. Dokter Cha. Kau percaya itu?"

Joon Young: Aku hanya berdoa.. demi keajaiban.


Ada drama sedikit dalam operasi, tapi ternyata karena alatnya terlepas. Jae Gol minta maaf, pasti terjadi saat mereka memindahkan Harabong tadi.


AKhirnya operasi berhasil dilakukan, semuanya lancar dan berhasil!

"Bagaimana?" Perawat yang didapur tadi heran.

"Apa maksudmu, bagaimana?" Bentak Won Gong.

"Apakah akupunktur benar-benar bisa membius?"

Young Joon: Ayolah, itu tidak mungkin. Aku ingin mendapatkan akupunktur sendiri, tapi itu tidak mungkin. Pak Park sudah melakukan pekerjaan yang hebat dengan menahan itu, bukannya kau, Jae Geol. Mungkin dia putus asa menahan rasa sakit untuk membuatmu terlihat baik.

Hyun: Tidak mungkin. Bagaimana bisa seseorang menahan rasa sakit saat operasi pembedahan? Bukankah begitu, Dokter Song?

Eun Jae: Tentu saja. Itu bukan rasa sakit yang bisa kau tahan dengan kemauan.

Joon Young: Apakah dia berpihak pada seorang dokter medis Korea juga?

Jae Geol: Kau dengar itu? Seharusnya kau diam paling tidak.


Eun Jae naik ke atas, menghiru udara segar.


Hyun mengambil dua kaleng minuman di dapur.


Tapi yang memberi minuman pada Eun Jae terlebih dahulu adalah Jae Geol.

"Ini. Ayo, ambilah. Akan kupastikan.. untuk membalasmu kembali suatu hari nanti."

Jae Geol memaksa Eun Jae untuk mengambilnya juga memaksa Eun Jae untuk bersulang setelah memuji kerja Eun Jae.


Hyun terlambat, ia naik tapi Eun Jae sudah bersama Jae Geol.


Jae Geol menyuruh Eun Jae melakukan gilirannya. Jae Geol menarik tangan Eun Jae dan mengusapkan ke kepalanya.

Jae Geol meminta Eun Jae mengucapkan, "Kerja bagus, Dokter Kim. Aku bisa menyelamatkan pasien, terima kasih untukmu."

Hyun melihat semua itu.
>

7 komentar

avatar

Cieee ada yg crmburu nih kasihan hyun

avatar

Cerita yg maniez....part 2 jgn lm" y k!!!!!

avatar

Astaga makin seruuuuu. Dan akhirnya jae geol menunjukkan siapa dia. Lanjutkann kakak sinopsisnya.

avatar

Mkasih bwt bak diana... yg ttp semangat recap smw drakor barunya. Tiap hari g pernh klewat,, wlw 1 mlm tyang 2 drakor... Smg sehat sll, dtggu smw lanjutannya...

avatar

Waaah makin seru aj😍😍😘😘😘😘

avatar

Love you dr Kwak...hehehheh cemburumu tmbh manis ajah .

avatar

Uwaaàaaaaa seru
Gomawo cingu
Fighting
💪💪💪💖💖💖


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search