-->

Sinopsis Attention, Love! Episode 2 Part 2

- Agustus 21, 2017
>

Sinopsis Attention, Love! Episode 2 Part 2

Sumber Gambar: CTV


Li Zheng dalam sembunyinya bergumam setelah melihat tangannya yang ia gunakan untuk mengambil kelopak bungan tadi, "jadi aku belum mengeluarkannya (dari hatiku)?"


Shao Xi tidak konsen mendengarkan pelajaran, ia masih memikirkan kejadian tadi dan ia tana sadar menggambar dirinya dan Li Zheng dalam posisi seperti tadi.

"meskipun Yan Li Zheng sedikit ganteng, aku harusnya sudah terbiasa karena aku sudah pernah kenal dengannya dulu. Tai tadi, aku merasa sedikit.."

Shao Xi melihat gambarnya dan ia tidak puas, ia lalu menyobeknya.


Shao Xi melihat gambarnya dan ia tidak puas, ia lalu menyobeknya.

Shao Xi memutuskan untuk menulis diary saja, " Selasa 1 Oktober, di hari yang cerah. Hari ini adalah hari ujian masuknya. Saat aku bertanya apa semuanya lancar, angin tiba-tiba bertiup. Dan ketika ia menyentuhku, hatiku berdebar. Pada saat itu, aku pikir dia akan menciumku. Itu membuatku ketakutan setengah mati."


Pagi sebelum berangkat sekolah, Shao Xi mengintip Li Zheng yang sedang memakai seragam. Li Zheng tahu dan membuka pintunya lebih lebar, ada apa?

"Aku gak ngintip loh ya. Aku hanya lewat."


Saat Shao Xi menoleh lagi, ia melihat Li Zheng memakai jas. Shao Xi terkejut, Li Zheng masuk ke las A? Li Zheng heran, apa ada yang aneh?

"Tentu, ini sungguh luar biasa. Apa kau pikir semua siswa bisa masuk kelas A? Ini adalah A, Ace dalam kartu truf. Hampir semua siswa kelas A bisa masuk Universitas Nasional. Beberapa bahkan mampu masuk Universitas Internasional."

Shao Xi bergumam, kelas A benar-benar berbeda, seragamnya pun berbeda dan.. terlihat ganteng. 


Shao Xi merasa ada yang kurang, dimana lencana Li Zheng? Li Zheng lalu menunjukkan lencananya. Shao XI menjelaskan kalau itu adalah lambang kebanggan kelas A. Shao Xi sungguh ingin memakai lencana itu sejak pertama masuk sekolah tapi tidak kesampaian.

"Aku akan memberikannya padamu karena kau tampak sangat menyukainya."

Shao Xi jelas tidak mau, ia langsung memakaikannya di jas Li Zheng karena sepertinya Li Zheng tak tahu dimana harus memasangnya. Saat Shao Xi sibuk memasangnya tak sengaja mata mereka bertemu.


Li Zheng segera menatap ke arah laih, begitu pula Shao Xi. Setelah selesai memasang lencana itu, Shao Xi pergi ke kamarnya untuk ganti baju juga.


Untuk pertama kalinya Shao Xi memakai rok tanpa legging. Ia juga latihan senyum.

"Jumat, 11 Oktober, hari yang cerah. Dia akhirnya benar-benar masuk sekolah kami. Hari ini adalah hari pertamaku berangkat bersamanya."


Ibu berpesan, kalau Li Zheng ada masalah di sekolah tinggal mengadu sama Shao Xi saja. Shao Xi sangat baik, jadi pasti tidak keberatan membantu. Li Zheng mengiyakan dengan tersenyum.

Dan untuk Shao Xi, ibu memintanya untuk membawa Li Zheng keliling sekolah dan mengenalkan Li Zheng pada teman-teman.

"Oke."

"Jangan hanya bilang oke. Ibu bicara tapi kau tidak memperhatikan. Kau mendengar apa yang ibu katakan tadi?"

"Ya, aku denger kok."

Ibu pun menyuruh mereka segera pergi dan ia pun masuk. Li Zheng menatap rok Shao Xi. Shao Xi menariknya kebawah, apa yang Li Zheng lihat? Ayo pergi.

"Sepertinya kau menyukai memakai rok." gumam Li Zheng.


"Hari ini juga hari pertamaku berjalan berdua bersamanya ke sekolah. Awalnya karena aku takut dia tahu aku gugup, aku berjalan sangat-sangat cepat. Tapi aku tidak ingin segera sampai jadi aku berjalan lebih lambat."


Shao Xi dicibir teman-teman karena jalan dengan anak kelas A, jadi ia diam-diam berhenti.


Li Zheng memanggilnya, kenapa berhenti? Shao Xi menyuruh Li Zheng jalan duluan karena Li Zheng dari kelas A.


Li Zheng pun mendekati Shao Xi, memang ada aturan ya anak kelas A tidak boleh bersama anak kelas lain?

"Kau adalah temanku. Bukan urusan mereka jika kita jalan bersama ato gak. Aku gak peduli, tapi kenapa kau peduli?"

Mendengar itu Shao Xi tersenyum. Li Zheng betul, mereka adalah teman jadi jalan bersama itu hal normal, jadi tak perlu peduli omongan orang.


Mereka lalu jelan masuk bersama lagi.

"Ini juga kali pertama seorang cowok tidak peduli omongan orang saat jalan bersamaku. Dia tidak tahu bagaimana bahagianya aku saat itu."


Shao XI penasaran bagaimana Li Zheng di kelas karena kabarnya kelas A sangat ketat, ia takut Li ZHeng tidakbisa menyesuaikan lalu jadi bahan bully-an.


Shao Xi memutuskan untuk mengintip dan ia sangat terkejut melihat Li Zheng mengajukan diri menjawab soal dari guru paling killer di kelas A.


Tapi Li Zheng mampu menjawabnya dengan benar dan capat. Guru itu malah menjadikannya tutor untuk teman-teman, jika teman-teman tidak paham, tanya saja pada Li Zheng. Shao Xi puas melihatnya.


Saat pelajaran, Shao Xi kembali melamun.

"Kamis, 24 Oktober, hari yang cerah dan berangin. Dia sudah sekitar 1 minggu di sokolah."
Tak sengaja Li Zheng lewat luar kelas Shao Xi. Shao Xi sangat antusias memandanginya, bahkan Shao Xi sampai harus kena tegur pak guru yang mengajar kelasnya saat ini.

"Mengesalkan sih memang karena kita tidak satu kelas. Tapi aku berpikir, mungkin lebih baik kita beda kelas saja. Aku tidak ingin dia melihatku melamun atau mengantuk saat pelajaran karena itu akan sangat memalukan."

 
Shao XI ijin ke toilet tapi ia malah mengintip kelas Li Zheng. Li Zheng kembali dipuji Guru karena sekali lagi dapat menjawab soal yang ia berikan dengan benar.

"Sejak aku bertemu dengan dia, aku sadar kalau aku memiliki kebiasaan baru. Aku akan diam-diam mengintip kelasnya. meskipun aku benci "xyz", tapi aku suka saat dia menuliskan jawaban di papan tulis, dan suara goresan kapurnya terdengar merdu di telingaku."

Saat makan malam, Shao Xi mengumumkan bahwa hari ini mereka harus menggunakan sumpit khisis untuk mengambil lauk bersama. Ayah dan Ibu kompak bertanya, memangnya kenapa?

"Tidak ada alasan khusus, hanya saja lebih higienis." Jawab Shao Xi.


Ayah memperingatkan Li Zheng, saat gadis memasuki usia remaja itu memiliki banyak masalah jadi jangan berani-berani mengganggu mereka. Dan suami yang mendengarkan istrinya itu pasti bahagia.


Diam-diam, Li Zheng tersenyum pada Shao Xi.


Usai makan malam, Li Zheng memanggil Shao Xi, Li Zheng akan mengajari Shao Xi setelah makan malam mulai sekarang.

"Hah? Kau meu mengajariku?"

"Karena aku tidak ingin punya teman yang mendapat nilai 100 untuk 3 mata pelajaran."

Li Zheng menentukan waktunya, Senin, Rabu dan Jumat malam.


Shao Xi bilang ia bencibelajar tapi setelah Li Zheng tak melihatnya ia tersenyum senang.

"Aku pikir jarak diantara kita makin berkurang setiap hari. Aku mulai tahu apa makanan kesukaannya, yaitu terong yang merupakan makanan yang paling aku benci. Dia tampaknya tidak suka daging babi. Lagu favoritnya sepertinya "Close to you"."


Tebakan Shao Xi benar karena sekarang mereka sama-sama sedang mendengarkan lagu itu.

"Tulisan tangannya cantik dan dia memiliki sedikit barang. Saking sedikitnya, aku pikir, ia bersiap untuk pergi kapanpun."


"Apa yang harus aku lakukan? Diary-ku perlahan-lahan penuh dengan tulisan tentangnya. Apa aku benar jatuh cinta padanya? Lalu bagaimana dengannya? Apa dia merasakan perasaan yang sama sedikit saja?


Li Zheng melihat Shao Xi latihan lari dan ia menyemangatinya.

"Jumat, 8 November, aku baru sadar aku berlatih lebih keras setiap harinya. Karena kadang-kadang jika aku mendongakkan kepalaku, aku melihatnya sedang melihatku."

"Aku tidak tahu kenapa aku masuk tim atlit, mungkin karena aku selalu berlari kencang sejak kecil. Tapi sekarang, setiap kali aku tahu dia berdiri menungguku di garis finis, aku ingin berlari lebih kencang."


"Aku mulai terbiasa pergi kesekolah bersama dan pulang juga bersamanya. Jalanan yang biasanya terasa biasa saja sekarang menjadi spesial karenanya. Setelah berjalan dengannya, aku menyadari dua hal. Pertama, semakin lambat langkahku, maka semakin kencang detak jantungku."


Shao Xi pun melangkah lebih kencang, tapi ia tidak melihat kalau ada mobil menuju ke arahnya. Li Zheng langsung menariknya ke pinggir. 

Li Zheng memarahi Shao Xi karena tidak hati-hati. Li Zheng lalu memutuskan untuk jalan di depan demi keselamatnnya dan menyuruh Shao Xi mengikutinya.

"Terserah!" jawab Shao Xi jutek.


"Kedua, daripada berjalan di depannya, aku lebih suka jalan dibelakangnya. karena aku bisa meliahat punggungnya dan diam-diam aku menyamakan langkah kaki kami. Aku juga belajar bahwa jarak aman diantara kami adalah 2,2 meter. Karena pada jarak itu aku bila mengikuti jejaknya dan mampu mencium aroma parfumnya."


"Senin, 18 November, rangkingku naik menjadi 325. Itu rangking tertinggi dalam sejarah hidupku, mungkin karena dia rajin mengajariku."


Li Zheng memukul kepala Shao Xi dengan pensil karena malamun saat ia sedang menerangkan. Shao Xi membantah, ia cuma berpikir saja.

"Gadis yang menyukaimu disekolah tahu kalau kau mengajariku, apa dia akan membunuhku?"

"Jika kau punya waktu untuk memikirkan itu, kenapa kau tidak memikirkan cara bagaimana untuk menaikkan rangkingmu menjadi 100 teratas dari 352?"

"Please! saat ayahku tahu aku rangking 325 saja ia seperti akan membelih babi untuk bersyukur pada Tuhan."


Shao Xi penasaran, bagaimana Li Zheng tahu ia rangking 325? Li Zheng berpikir beberapa detik baru menjawab, ia perlu tahu hasil tutornya.

"Hei, aku mudah menemukan rangkingmu, tinggal lihat daftar paling atas. Tapi kau harus mencari sampai daftar terbawah untuk menemukan rangkingku. kau harus sabar."


Li Zheng mengajak Shao Xi bertaruh, jika Shao Xi berhasil menjadi 100 teratas dalam ujian kali ini, ia akan mengajak Shao Xi nonton berdua.

"100 teratas? Bagaimana mungkin? Aku?"

"Aku percaya kamu bisa."

"Kau percaya padaku?"

"Aku percaya akan kemampuan tutoringku."


Shao Xi bersungguh-sungguh, ia akan menjadi 100 teratas, jadi Li Zheng siap-siap saja mentraktirnya nonton film 4D, ingat! tiket yang paling mahal, juga dengan popcorn dan soda.

"Oke."

"Sejak kami taruhan, itu kali pertama aku termotivasi untuk melakukan sesuatu. Tapi aku tidak tahu alasanku belajar begitu keras, apa aku ingin melihat filmnya atau ingin berdua bersama Li Zheng melihat film itu."


"Jumat, 29 November, saat turun hujan."

Li Zheng dan SHao Xi dalam perjalanan pulang sekolah, namun hujan tiba-tiba turun. Li Zheng langsung menarik Shao Xi ke telfon umum untuk berteduh.


Shao Xi mengeluarkan tisu, ia refleks mengusap pakaian Li Zheng, tapi beberapa saat kemudian Shao Xi sadar apa yang dilakukannya. Ia lalu menyuruh Li Zheng mengusap pakaiannya sendiri.


Karena suara berisik hujan, Li Zheng salah dengar dengan apa yang Shao Xi ucapkan, jadi ia menanggapinya dengan slah pula. Shao Xi tersenyum, lalu ia mengajari bagaimana mengucapkannya dengan benar.

"Karena hari itu hujan, kami berteduh di telfon umum berdua. AKu terus mengajarinya sampai ia akhirnya bisa mengucapkan dengan benar. Anehnya, aku adalah orang yang tidak sabaran, tapi berapa kalipun aku harus mengulang mengajarinya, aku tidak merasa kesal. Karena hanya jika aku mengajarinya begitu, aku bisa memandangya dengan natural. Jika waktu dapat berhenti saat itu, betapa indahnya?"


Di hari Minggu, tante Shao Xi dari pihak ayahnya datang berkunjung. Ibu menjelaskan kalau mereka akan mengunjungi Guru Yu'er. Ibu juga mengajak Shao Xi ikut agar ujian Shao Xi lancar.


Guru Yu'er adalah semacam paranormal, ia bisa tahu apapun. Saat mereka kesana, Guru Yu'er langsung tahu mereka sedang mencari cinta. Ibu menjelaskan kalau adik iparnya itu selalu menjalani kencan buta tapi tidak pernah berlanjut setelah pertemuan pertama.


Guru Yu'en memberi tante gelang merah, ia menjamin, dalam tiga hari, jodoh tante akan datang. Shao Xi memperhatikan saja.


Segera setelah itu, seorang pria datang, bertanya pada Guru Yu'en, kenapa gelang benang merah yang Guru Yu'en berikan semakin kencang, apa itu pertanda kalau ia akan segera mendapatkan jodohnya?


Saat itu juga, tante dan pria itu saling menatap, mereka saling melihat gelang masing-masing. Mereka menyadari jodoh mereka sudah datang, mereka lalu menautkan tangan dan berpelukan.


Shao Xi membuktikan sendiri kemampuan Guru Yu'er, ia juga ingin gelang benang merah itu. Ibu dan Guru Yu'er memandangnya terkejut.


Setelah kembali ke rumah, Ibu baru ingat, mereka harus merahasiakan gelang benang merah Shao Xi itu dari ayah. Shao Xi punya ide, ia hanya perlu menutupinya saja.


Di kamarnya, Shao Xi memandangi gelang benang merahnya. Ia bernarasi, jika gelangnya itu putus maka artinya jodohnya datang.

Ia lalu membayangkan..

Li Zheng menariknya ke atap sekolah. Li Zheng mengakui, ia marah, kesal, dan cemburu. Li Zheng tidak ingin Shao Xi baik pada mereka, tidak ingin Shao Xi tersenyum pada mereka. Li Zheng ingin Shao Xi menjadi miliknya seorang.

"Yan Li Zheng.."

"Aku sadar kalau aku jatuh cinta padamu. Jadilah pacarku!"


Li Zheng lalu mencium Shao Xi dan gelang itu putus.

>

1 komentar:

avatar

Episode awal mirip It Started with a Kiss hanya beda background keluarganya ya. Coba Kita liat lanjutannya 😊


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search