-->

Sinopsis School 2017 Episode 2 Part 2

- Juli 19, 2017
>
Sinopsis School 2017 Episode 2 Part 2

Sumber Gambar: KBS2


Ibu Bit Na langsung datang ke sekolah. Guru Shim kena marah Kepsek, apa sh yang guru Shim lakukan sebagai gurunya.

"Bukan begitu."

"Ada apa denganmu? Aku benar-benar kehabisan kata-kata." Kata Ibu Bit Na.

Kepsek meminta ijin Ibu Bit Na untuk menyelesaikan masalah ini. Ibu Bit Na meminta Guru Shim diberhentikan dan juga Eun Ho harus dikeluarkan karena sudah bertengkar dengan puterinya.

"Kudengar dia sudah melakukan hal luar biasa di sekolah ini. Bagaimana kalau anak-anak kami dilecehkan oleh anak-anak yang mencuri dan menyebabkan kekacauan itu?"

"Tidak. Mereka tidak seperti itu, Bu."


Ada satu ibu lagi, dia gak suka Guru Shim meinta anak-anak untuk mengisi Petisi itu, kan anak-anak sudah sangat sibuk dengan belajar mereka. Kepsek juga setuju dengan Ibu Itu.

"Kudengar peringkatnya juga rendah, dia juga membuat masalah, dan menurunkan kualitas kelasnya. Kau tidak bisa mempertahankan anak seperti ini. Ujian semakin dekat." Tambah ibu tadi.

"Kalau kau tidak mengeluarkan anak-anak nakal itu, kami akan mengumpulkan seluruh anggota komite sekolah." Tambah Ibu Bit Na.


Kepsek takut, ia berjanji akan menyingkirkan anak-anak nakal itu. Kepsek lalu memarahi Guru Shim dan menyuruhnya untuk minta maaf segera.

"Maafkan saya. Anak-anak itu.. bukan anak-anak nakal."

"Mereka bahkan tidak punya cukup waktu untuk belajar." Kata Ibu yang memakai baju merah.

"Eun Ho sama sekali bukan anak seperti itu. Itu karena mereka berteman." Jelas Guru Shim.

"Teman? Tidak ada yang namanya "teman" di zaman sekarang. Mereka semua bersaing. Kau harus menyingkirkan para perusuh gar yang lain bisa belajar dengan fokus." Tegas Ibu Bit Na.

"Disiplinkan anak-anak itu sekarang juga!" Perintah Kepsek.


Eun Ho dan Bo Ra dihukum untuk memnulis surat permintaan maaf. Eun Ho kesal sampai membanting pensilnya. Bo ra merasa bersalah dan ia minta maaf ada Eun Ho.

"Tidak. Tidak masalah. Lagian mereka memang membenciku." Jawab Eun Ho sambil tersenyum, "Tapi.. apa yang terjadi padamu?"

"Itu.. terjadi begitu saja."

"Aku yakin saja kau tidak melakukannya. Aku yakin kau punya alasan sendiri."

"Begitulah. Kau tahu.. Kita mungkin saja akan dikeluarkan, 'kan?"

"Itu tidak masuk akal. Kita 'kan tidak membunuh orang. Mereka selalu saja mengancam akan mengeluarkan kita. Benar 'kan?"

"Memang lebih baik kalau di sekolah ini tidak ada anak-anak macam kita. Peringkat kita rendah.. dan kita juga miskin."

"Kalau peringkat kita rendah dan kita miskin.. apa itu lantas membuat kita jadi perusuh di sini? Siapa yang mengatakan hal bodoh macam itu? Hmm."


Dae Hwi selesai menulis petisi untuk Eun Ho dan ia memberikannya pada Guru Shim.

"Terima kasih."

"Sama-sama, Pak. Tapi, Pak. Eun Ho dan Bo Ra akan baik-baik saja 'kan?"

"Semoga saja."

"Baiklah."


Guru Shim menemani Soo Ji mengamati CCTV. PElaku sama sekali tidak terkema CCTV, Soo Ji kagum karena anak itu benar-benar tahu di mana posisi kamera.

"Ini bukan tindakan seorang amatir." Tutup Soo Ji.

"Kalau ini bukan tindakan amatir, bisa saja pelakunya bukan anak-anak 'kan? Benar. Eun Ho tidak akan bisa.."

"Siswa-siswa bisa jadi tahu di mana posisi kamera. Apalagi anak-anak yang suka kelayapan."


Soo Ji lapar dan mengajak Guru Shim makan ramyeon sekarang. Guru Shim terkejut, kenapa juga ia harus makan ramyeon dengan seorang wanita malam-malam begini? Ia kan bukan pria macam itu. Soo Ji itu hanya rekannya.

"Maksudku, ayo makan di tenda pinggir jalan. Apa yang kau pikirkan?"

Soo Ji paham, ia lalu mendekati Guru Shim, "Pelakunya.. ada di dalam sekolah."


Beberapa siswa di Tempat Les Moonjun melihat CCTV dari ponsel mereka. Lalu mereka saling mengirim pesan.

Cowok di belakang: Kita harus melakukan sesuatu dengan cepat.

Cewek: Kami tidak akan dapat masalah juga, 'kan?

Cowok di depan: Tetap tenang.


Soo Ji mamanggil Eun Ho, menunjukkan darah di kaca jendela itu.

"Mungkin ini pelakunya." Kata Soo Ji.

"Pelakunya?"

"Orang yang darahnya menempel di sini."

Eun Ho baru teringat hal itu, ia membenarkannya.


Pelaku membersihkan lukanya di toilet. DIa adalah seorang siswa. Ia masih memakai sepatu itu.


Dae Hwi dan Tae Woon tanding basket. Sepatu mereka sama-sama seperti sepatu milik sipelaku.


Tim Tae Woon memperoleh angka.


Byung Goo terkejut melihat Eun Ho memperhatikan mereka dengan intens.

"Ada apa itu?"

"Kau lebih mengagetkanku." Jawab Tae Woon.

"Kukira dia hantu."


Eun Ho sedang mencari sipelaku. Ia berpikir, pasti pinggang pelaku yang tergores pecahan kaca itu, ia harus memeriksa pinggang teman-temannya.


Eun Ho sedang mencari sipelaku. Ia berpikir, pasti pinggang pelaku yang tergores pecahan kaca itu, ia harus memeriksa pinggang teman-temannya.

Eun Ho mendekati teman-temannya dan menepuk perut mereka satu per satu.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Hee Chan.

"Tidak sakitkah?"

"Apaan sih.."


Tujuan selanjutnya adalah Dae Hwi, ia berlagak memuji pose Dae Hwi sangat keren saat main basket tadi. Dae Hwi lalu berdiri untuk menunjukkannya.

Eun Ho menggunakan kesempatan itu untuk menarik kaos Dae Hwi. Nam Joo marah, karena Eun Ho buka-buka baju pacarnya.

"Aku bukannya mau mengintip atau apa. Aku hanya.. Lagian tidak ada yang bisa dilihat juga. Ya 'kan?"


Eun Ho meminta persetujuan Byung Goo dengan menepuk perutnya. Byung Goo kesakitan.

"Apa itu sakit? Mau kuperiksa? Sakitnya di mana?"

"Keram. Aku keram."


Eun Ho bergerak lagi, ia melihat Tae Woon dan langsung mengejarnya.

"Lihat keringatnya. Apa kau mau mandi? Coba buka bajumu."

"Kau kenapa sih?"

"Menjijikkan sekali. Kau bau. Aku sampai tidak bisa bernapas."

"Kau mau apa sih?"


"Kau mau aku melakukan apa? Izinkan aku melihat.. pinggangmu."

"Enak saja. Jangan coba mengintip ke dalam bajuku. Kau ini cewek mesum, ya? Menjijikkan sekali."

"Apa? Apa dia.. Mesum? Apa? Mesum?"


Tapi Eun Ho tidak menyerah, ia tetap mengikuti Tae Woon yang sedang mencuci muka.

"Enyahlah. Enyahlah kau. Kubilang enyah kau sana." Usir Tae Woon sambil mencipratkan air ke wajah Eun Ho.


Eun Ho sudah pergi tapi ia balik lagi karena mendengar suara gemericik air.  Ternyata Tae Woon sedang mengguyur tubuhnya. Eun Ho mengintip, demi melihat pinggang Tae Woo.


Tae Woo terkejut melihat Eun Ho mengintipnya, ia berteriak kesal lalu menunjukkan kedua pinggangnya supaya Eun Ho puas.


Guru Koo memanggil Eun Ho. Eun Ho keluar dari ruang guru dengan lemas.

Suara Guru Koo: Bapak sudah memberitahu orang tuamu.. soal pertemuan anggota komite sekolah.
Lalu saat Eun Ho berjalan di koridor, ibunya menelfon. Eun Ho menahan tangisnya, ia tak mengangkat telfon ibunya.


Ibu Eun Ho datang ke sekolah menggunakan sekuter pengantar ayam.


Ibu Eun Ho memohon pada Guru Koo untuk memaafkan EUn Ho. Eun Ho memang kekanakan, Eun Ho mungkin saja tidak tahu apa yang sudah dia lakukan. Selama ini EUn Ho hanya tahu menggambar saja. Jadi Eun Ho tidak pernah tahu dunia yang sebenarnya itu apa.

"Kalau perlu, aku akan mematahkan kakinya. Ini tidak akan terjadi lagi."Tutup Ibu Eun Ho.

"Ada masa percobaan selama 3 bulan. Sebaiknya Eun Ho mengundurkan diri secara sukarela daripada menerima sanksi.."


Guru Koo akan pergi tapi Ibu Eun Ho memegangi tangannya, masih memohon. Eun Ho tidak bisa keluar dari sekolah. Eun Ho tidak akan bisa hidup tanpa lulus SMA.

"Kumohon, aku mohon padamu. Kumohon. Mohon biarkan dia lulus!"

Tapi Eun Ho malah meminta Ibunya berdiri. "Aku tidak melakukan kesalahan. Bukan aku pelakunya. Bukan aku. Kenapa Ibu memohon seperti itu sementara aku tidak bersalah? Biar saja aku yang keluar dari sekolah bodoh ini!"


Ibu memukuli Eun Ho agar berhenti bicara tapi Eun Ho tetap saja bilang kalau ia bukan pelakunya sambil menangis keras.

"Bukan aku! Bukan aku! Aku tidak melakukannya. Bukan aku! Aku tidak melakukannya!"


Eun Ho memanggil ibunya yang akan pulang. Ibu sedih tapi tidak menunjukkannya pada Eun Ho. Ibu menyuruh Eun Ho untuk kembali ke kelas dan belajar.


Ibu Eun Ho datang dengan membawa ayam goreng tapi Kepsekmalah membuangnya ke tempat sampah. "Apa dia tidak tahu kalau ini namanya penyuapan?"

Guru Koo: Kita harus menunggu keputusan akhir terkait hukuman yang akan dijatuhkan pada Ra Eun Ho. Dia mungkin saja tertangkap ada di lokasi kejadian, tapi satu-satunya bukti.. yang kita punya hanya itu. Kita tidak punya bukti konkret. Itu masalahnya.

Kepsek: Apa ada bukti yang menunjukkan kalau dia tidak bersalah? Kau dengar suara tembakan, kemudian kau lari, dan seseorang ada di sana sambil memegang pistol. Tentu saja hal yang wajar kalau kita mencurigai si pemegang pistol. Pak Direktur sudah memberikan perintah. Keluarkan dia dari sekolah.


Sa Rang tak bertenaga. Pelakunya, pahlawan atau siapapun itu harus menunjukkan diri. Karena orang yang tak bersalah hampir dikeluarkan.

Sa Rang lalu bertanya pada dae Hwi, haruskah mereka melakukan sesuatu?

"Ya. Benar juga, tapi.."

"Apa?"

"Kepala Sekolah sudah berkeras. Tidak akan ada gunanya."

"Ayolah."

"Maaf."

"Sialan. Aku pasti sudah gila. Pahlawan, apanya. Dia hanya pengecut yang kekanakan."


Sa Rang memiliki ide, ia meminta Tae Woon untuk bicara pada ayahnya.

"Pelakunya bukan Eun Ho. Ini tidak adil."

"Lantas kenapa dia bertindak bodoh?" Jawab Tae Woon singkat lalu pergi.

"Dasar berandal tak berhati."


Eun Ho minta maaf tapi ia benar-benar ingin berhenti sekolah. Ibu meninggukan suaranya, lantas apaynag akan Eun Ho lakukan? Bagaimana dengan kuliah Eun Ho?

"Aku akan menggambar webtoon dan jadi orang terkenal. Aku akan bekerja keras."

Kakak Eun Ho menggebrak meja, mengajak semua untuk melaporkan sekolah Eun Ho ke polisi.

"Mereka menjebak Eun Ho, ini namanya pencemaran nama baik. Tuntut aja mereka. Kita pasti bisa menang! Aku yang akan melakukannya!"

"Urus saja dirimu sendiri dan jangan ikut campur." bentak Ibu.


Eun Ho: Mereka melakukan diskriminasi terhadap siswa. Aku benci itu. Aku juga tidak pintar. Makanya mereka meremehkanku.

Ibu: Jadi? Kenapa kau tidak belajar lebih keras? Kau 'kan tahu kau harus pintar agar orang menghargaimu.


Eun Ho bergelantungan dengan kakinya, ia pusing memikirkan masalahnya. Ia mau menangis tapi ditahan.


Anggota Komite datang, mereka menyidang Eun Ho yang seorang diri. Kayaknya semua sepakat untuk mengeluarkan Eun Ho.


Eun Ho dipaksa menulis surat pengunduran diri dari sekolah.


Eun Ho melihat mendengar suara gitar Kyung Woo dari bawah dan ia menoleh.

"Aku lebih suka menggambar.. daripada menulis. Kenapa sekolah ini terus memaksaku.. untuk menulis?"


Eun Ho selesai menulis lalu memberikannya pada Guru Koo. Guru Shim pura-pura sedang sibuk, Eun Ho pun melewatinya begit saja.


Guru Koo memberikan tulisan Eun Ho itu pada Guru Shim. Guru Shim membacanya.


Guru Shim lalu mengejar Eun Ho. Eun Ho berjalan sambil menangis.

 
"Mendapat nilai rendah.. artinya kau tidak punya hak untuk terus sekolah."


Young Gun CS mendatangi Tempat Bo Ra bekerja paruh waktu, mereka mengambil banyak barang tapi tidak membayar.

"Yang paling membuat putus asa adalah.. di tengah diskriminasi itu.."


Guru Ko terduduk lemas setelah membaca tulisan Eun Ho.

"tidak ada satu orang dewasa pun.. yang mengatakan kalau sekolah bukan tempat semacam itu, dan semua pemikiran itu adalah hal yang salah. Tidak ada."


Seorang Ibu melihat Young Gun (ibunya mungkin). Tapi ibu itu diam saja.


Guru Koo: Dunia di luar sana.. jauh lebih kejam.

Guru Shim: Itulah. Kita sedang melepaskan anak-anak ke dunia yang kejam. Sekolah macam apa ini.


Guru Shim datang ke restoran Eun Ho dan minum-minum bersama ayah Eun Ho.

"Mengusir siswa dari kelas.. dengan begitu mudah adalah hal paling salah.. yang pernah dilakukan sekolah. Anak-anak tidak punya tempat lain untuk pergi. Aku minta maaf."

"Tidak, jangan minta maaf. Aku tahu. Aku tahu kau.. sudah mencoba melakukan yang terbaik. Kau bahkan mengeluarkan uang untuk membuat petisi. Terima kasih. Aku bersyukur ada orang sepertimu.. pernah menjadi gurunya Eun Ho."


"Tidak. Aku bukanlah seorang guru. Aku seharusnya mati saja." Jawab Guru Shim.

"Tidak. Jangan mengatakan kau ingin mati! Ayolah. Seorang yang tidak kompeten seperti aku.. Aku juga bukan ayah yang baik. Aku yang harusnya lebih dulu mati."

"Pak, kumohon hentikan."

"Aku yang akan mati."

"Jangan mengatakan hal semacam itu."

"Aku yang akan mati."

"Tidak. Aku yang akan mati. Aku."

"Berhenti bicara begitu. Kau pergilah ke sekolah. Biar aku saja yang mati."


Kepala Sekolah kembali mengumpulkan semua siswa. Eun Ho dibariskan paling depan seorang diri.

"Kau sebut ini sekolah? Etika di sekolah ini sudah  jatuh ke dasar jurang! Kami harus mengatakan kalau kami tidak akan bersikap lembek pada prilaku-prilaku yang tidak benar. Ra Eun Ho, pelaku di balik semua insiden di sini.."


Tiba-tiba sebuah drone terbang diatas mereka. Drone itu ditempeli gambar kepala sekolah dan ada tanda 'X'.

Kepsek: Petugas Kepolisian. Kenapa tidak kau turunkan itu?


Eun Ho loncat-loncat dengan gembira karena itu berarti ia tidak bersalah, ia terbukti bukan pelakunya.


Hee Chan: Tanda apa itu? X?

Nam Joo: Pelaku aslinya akhirnya ingin menunjukkan diri.


Drone itu terbang keluar dan semua siswa mengejarnya.Guru Shim dan Soo Ji juga ikut mengejar.


Eun Ho mendengar Soo Ji bilang pada Guru Shim kalau dia akan mengejar ke arah lain. Soo Ji berpesan, Guru Shim tidak boleh kehilangan Drone itu.

Sementara itu, pelaku terlihat menaiki tangga.


Eun Ho tidak mau kalah, ia juga mencari pelaku.


Guru Shim terus mengejar Drone, namun drone itu terbang semakin jauh, jadi ia menyerah.


Eun Ho menaiki tangga yang sama sengan yang dinaiki pelaku. Mereka menuju atap gedung.


Eun Ho sampai di atap dan ia melihat seseorang disana.


Ternyata dia adalah Kyung Woo.

"Jadi tadi.. kau?" Tan Ho.

"Apa? Aku ke sini karena mau mengambil ini." Jawab Kyung Woo sambil menunjukkan gitarnya.

"Benar bukan kau?"

"Bukanlah."

"Sungguh bukan kau?"

"Sungguh bukan."

Kyung Woo turun dan Eun Ho mengikutinya.


Pelaku sebenarnya baru keluar saat atap sudah sepi.


Eun Ho mengamati CCTV bersama Soo Ji dan Guru Shim. Ternyata Kyung Woo tadi ada bersama mereka saat mengejar Drone, jadi memang benar Kyung Woo bukanlah pelakunya. Eun Ho lalu keluar.


Soo Ji melihat Guru Shim mendadak berhenti saat mengejar Drone itu.

"Kenapa kau berhenti?"

"Aku mungkin saja tidak akan bisa melakukan apa-apa, tapi aku tidak bisa "tidak melakukan" sesuatu."


Lalu Tae Woon dan Dae Hwi memanggilnya dari pintu depat dan pintu belakang. Eun Ho menyembuntikan kertas itu dibelakng tubuhnya.


Tae Woon dan DaeHwi sama-sama mendekati Eun Ho. Kita diperlihatkan apa tulisan di kertas itu.

"Dae Hwi dan Tae Woon tidak ada di aula."


Saat mendekati Eun Ho, Dae Hwi dan Tae Woon saling menatap dengan tatapan tajam.


>

2 komentar

avatar

update drama korea bad thief god thief dong min

avatar

update drama korea bad thief god thief dong min


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search