-->

Sinopsis School 2017 Episode 1 Part 1

- Juli 18, 2017
>
Sinopsis School 2017 Episode 1 Part 1

Sumber Gambar: KBS2 

[Ujian Percobaan Ketiga di Bulan Mei]


Para siswa sedang menjalani ujian, termasuk Ra Eun Ho (Kim Se Jong IOI).

Narasi Ra Eun Ho: Ujian. Kami semua membayangkan hal yang sama.. di situasi yang menyiksa ini. Semoga berharap agar dunia ini kiamat saja agar kami bisa berhenti dari ujian ini.

Pensil Ra Eun Ho jatuh dan tepat saat itu pukul 9:00. Waktu ujian habis, ditandai dengan keluarnya air dari sprinkle (penyiram) di atap kelas.


Semua anak senang dan menikmatinya, tapi Ra Eun Ho malah terlihat sedih.

"Dan.. ada salah satu dari kami yang membuat imajinasi itu menjadi nyata. Kehidupanku sebagai gadis 18 tahun yang biasa saja tanpa terduga mulai menjadi memusingkan."

 
-=SCHOOL 2017=-
Hirarki Nilai

 
(5 hari sebelumnya)

Anak-anak berlari menuju kantin dengan wajah penuh semangat tapi saat tiba disana mereka tidak bisa langsung masuk karena Guru Koo Young Koo menghalangi.


Guru Ko memanggil anak-anak yang termasuk ke kelas 2 (Peringkat 1-10) boleh masuk duluan. Song Daw Hwi (Jang Dong Yoon) termasuk dalam daftar itu


Selanjutnya adalah peringkat 11 sampai 20 (kelas 3 berarti). Sementara itu, Eun Ho dan temannya Oh Sa Rang (Park Se Won) termasuk kelas 6 jadi walaupun mereka datang duluan mereka harus mundur ke barisan paling belakang.

"Ya ampun, ini menyebalkan sekali. Sampai kapan kita akan makan siang berdasarkan urutan ranking seperti ini? Tidak peduli berapapun rankingnya, semua orang 'kan merasa lapar." Keluh Eun Ho.

"Hal ini baru akan berakhir kalau sekolah kita meledak." Jawab Sa Rang. "Hari ini menunya bulgogi. Bagaimana kalau sebelum kita sampai, dagingnya sudah habis?"

"Kita 'kan bayar juga, tapi kenapa kita tidak mendapatkan yang sama juga?"

"Makanya."


Ada satu lagi yang diistimewakan, dia adalah Hyun Tae Woon (Kim Jung Hyun) karena Tae Woon adalah puteranya direktur sekolah. Bukan hanya bisa menyerobot giliran, tapi ia juga mendapatkan menu khusus.


Eun Ho terkejut melihat wajahnya di ponsel, "kenapa wajahku.. jadi bulat begini?"

"Apaan sih. Siapa bilang wajahmu bulat? Sama sekali tidak bulat, kok."

"Benarkah? Lebih mirip segi empat menurutku. Sebuah segi empat yang sempurna."

"Padahal aku harusnya kelihatan lebih kurus. Jong Geun Oppa menyukai gadis-gadis langsing."

Eun Ho berencana untuk bolos.


Setelah waktunya tiba, EUn Ho diam-diam keluar gedung sekolah, ia lalu meminta Sa Rng melemparkan tasnya kebawah. Namun Sa Rang malah lupa menutup releting tas Eun Ho jadinya semua isinya berhamburan. Isinya kebanyakan brosur.

"Oops, maaf." Kata Sa Rang.


Saat Eun Ho mengumpulkan semua brosur itu sambil menggerutu. Dae Hwi kebetulan lewat, jadi ia membantu Eun Ho mengumpulkan semua brosur itu.

"Kau mau pergi kerja paruh waktu?"

"Oh, Ketua Osis."

"Kau bolos karena mau pergi kerja paruh waktu, ya?"

"Ada sesuat yang sangat penting yang harus kulakukan hari ini."

"Jangan cemas. Aku akan melindungimu kalau kau tertangkap."

"Benarkah? Kalau begitu aku bisa tenang."

Dae Hwi bersikap ramah pada siapapun kayaknya.


Dae Hwi ke ruang guru, menemui wali kelas, guru Shim Kang Myung (Han Joo Wan). Guru Shim memberinya sebuah lembaran.

"Yang ini pertanyaannya essai, 'kan?" Tanya Guru Shim.

"Ya, termasuk dalam ujian masuk Universitas Hanguk."

"Kau pasti akan dapat nilai tambahan kalau menjawabnya dengan baik. Tapi sekali lagi, targetmu adalah Universitas Seoyul."

"Baiklah, aku akan berusaha keras."


Dae Hwi tidak melakukannya,malah Guru Jung Joon Soo yang mempraktekannya diam-diam.

"Aku tidak gugup, kok. Aku tidak merasa gugup. Aku pastikan untuk melakukan semuanya dengan baik." kata Dae Hwi lalu keluar.

Guru Shim tak menyangka kalau Dae Hwi tidak gugup. "Kalau begitu Bapak akan mengajarkan bagaimana caranya memacu kerja otak. Kalau kau tidak merasa gugup.."

Guru Shim mencari-cari di buku, tapi Dae Hwi buru-buru permisi. Guru Shim memanggilnya, memberinya uang saku untuk ongkos taksi.


Seperginya Dae Hwi, Guru Shim mempraktekkan sendiri bagaimana cara mengatasi rasa gugup.


Eun Ho menebali riasannya sebelum pergi dari sekolah. Tae Woon menegurnya agar berhenti mengoleskan bedak nanti garis di atas bibirnya bisa hilang.

"Hei, kau bolos juga?" Tanya Eun Ho gugup.

"Memangnya aku ke sini karena mau berjumpa denganmu?"

"Astaga, yang benar saja. Kalau kita berdua di sini, kita bisa ketahuan."

"Kau tidak sebegitu menarik perhatian, kok. Tenang saja."


Eun Ho bergaya untuk menunjukkan pesonanya tapi Tae Woon malah lebih fokus pada daun yang nyangkut di rambut Eun Ho.

"Baiklah. Sepertinya sih kau ini cuma sedang tidak waras." Jawab Tae Woon lalu menyalakan motornya.

"Hei! Kau mau mati, ya? Kalau begini kita bisa ketahuan! Suaranya akan membuat berisik. Nyalakan mesinnya kalau aku sudah pergi."

Tapi Tae Woon tidak peduli dengan larangan Eun Ho itu, ia tetap menjalankan motornya.


Eun Ho mengendarai sepedanya dengan ringa, ia melewati anak SMA juga, teman sekelasnya juga kayaknya.


Anak-anak yang sedang balapan motor melewati Eun Ho dan membuatnya jadi kehilangan keseimbangan lalu jatuh.

Diantara pengendara motor itu adalah Tae Woon dan saat ia melihat Eun Ho jatuh, ia menghentikan motornya lalu puta arah menghampiri Eun Ho.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Kau.. Astaga, apa yang harus kulakukan? Aku sedang terburu-buru."


Tae Woon lalu meminta Eun Ho untuk naik ke motornya karena ia juga harus menuntasnya balapannya. Eun Ho tak punya pilihan lain juga selain naik.


Seteleh sampai di tempat tujuan Eun Ho, Tae Woon menghentikan motornya. Eun Ho memakai pemulas bibir dan Tae Woon memandanginya aneh.

"Hei, kelihatan aneh tidak? Kenapa? Apa aku ini menggemaskan?" Tanya Eun Ho sambil bersikap manis.

"Saking menggemaskannya, aku rasanya ingin meninjumu. Kau mengoleskan terlalu banyak foundation, wajahmu pucat sekali."


Tae Woon kembali memandangai Eun Hoo aneh, "Kau.. Seragam sekolah? Kau tidak bisa melakukannya? Astaga. Berapa banyak bayaranmu sampai mereka menyuruhmu pakai seragam sekolah?"

"Bayarannya lumayan. Mereka biasanya memang suka dengan yang memakai seragam."

"Wah, Ra Eun Ho. Kau santai sekali kau mengatakannya. Kau tidak malu, ya? Bagaimanapun ini.."

Eun Ho kembali mendapat panggilan, kali ini dari orang yang akan ditemuinya, ia diminta pergi ke depan perpustakaan.


Tae Woon menganga tak percaya melihat Eun Woo langsung ngacir begitu tanpa mengatakan apa-apa padanya.

"Tae Woon-ah... Sadarlah kau." Gumam Tae Woon.


Eun Ho menemui Jong Geun Oppa untuk menunjukkan gambarnya. Jong Geun Oppa memujinya pintar menggambar. Eun Ho menjelaskan kalau ia suka menggambar sejak masih kelas satu.

Jong Geun Oppa melihat ke Eun Ho yang masih menggunakan helm, ia bertanya apa Eun Ho gak kepanasan. Eun Ho baru sadar, ia malu abis, lalu cepat-cepat membuka helmnya dan merapikan rambutnya.

"Tadi kau bilang sejak kelas satu kau apa?" Tanya Jong Geun Oppa.

"Sejak aku kelas satu, Aku suka (menggambar)."

"Bukannya sekarang kau harusnya belajar dengan keras? Kalau kau belajar keras, kau juga bisa masuk kampus ini (Universitan Hanguk)."

"Benar juga, ya."


Jong Geun Oppa menjelaskan, kuliah itu rasanya menyenangkan. Impiannya sejak dulu adalah pacaran begitu aku jadi mahasiswa.

Eun Ho tiba-tiba senang bukan main, sampai mendorong Jong Geun Oppa. "Astaga. Aku juga."

"Apa?.. Pokoknya kau harus belajar keras agar bisa diterima di kampus kami. Omong-omong kau peringkat berapa?"


Eun Ho malu mengatakan peringkatnya, ia hanya menjawab kalau belakangan ini peringkatnya lumayan naik.

"Baguslah. Aku bukan mau pamer, tapi kampus kami ini lumayan keren. Kau harus masuk sini."

Eun Ho mengangguk pasti.


Namun Tae Woon tiba-tiba datangdan langsung menarik Sa Rang. Jong Geun Oppa tak terima, ia balik menarin Sa Rang ke belakangnya.

"Siapa kau? Kau mau apa?" Tanya Jong Geun Oppa .

"Aku Hyun Tae Woon."

Dan Tae Woon mendadak langsung meninju muka Jong Geun Oppa. Eun Ho menganga melihatnya, ia marah pada Tae Woon.


Tae Woon: Dia masih remaja dan ini masih siang. Bagaimana bisa kau mengencani anak di bawah umur?Kesal Tae Woon.

Eun Ho: Kencan?

Jong Geun: Sepertinya kau salah paham.

Tae Woon: Salah paham apa maksudmu, Mesum? Kau suka berfantasi dengan seragam, ya? Kau suka tonjokanku?

Tae Woon akan memukul kembali tapi Eun Ho berhasil menghentikannya kali ini.


Mereka kembali dan Eun Ho masih memarahi Tae Woon.

"Aku 'kan sudah minta maaf." Jawab Tae Woon santai.

"Kalau minta maaf memangnya semua beres? Dia pasti sangat kaget. Kalau wajahnya tergores, matilah kau kubuat."

"Kalaupun tergores pasti tidak akan kelihatan. Si kunyuk itu sama sekali tidak kelihatan tampan."

"Apa? Kunyuk? Jangan melucu kau. Kau juga tidak ganteng."


Tae Woon memandangi Eun Ho kesal. Eun Ho takut, ia pun segera minta maaf.

"Kau tidak mau mengambil sepedamu, ya?" tanya Tae Woon.

"Benar juga, sepedaku."

Tapi kali ini Tae Woon tidak mau memberi Eun Ho tumpangan.


Rantai sepeda Eun Ho lepas, jadi ia harus menuntunnya. Tapi ada yang membuatnya tersenyum, ada pesan dari Jong Geun Oppa.

"Aku tidak apa-apa. Pulanglah dengan selamat, Eun Ho-ya."

Eun Ho ternyata salah dengar kata-kata Jong Geun Oppa tadi. Ia mendengar kalau Jong Geun Oppa bermimpi ingi berkencan dengannya saat kuliah.

"Baiklah, Sunbae." Jawab Eun Ho sambil senyum.


Sa Rang mengabari kalau hasil ujian percobaannya akan keluar besok. Tiba-tiba Eun Ho mendengar suara petir di hari yang panas itu.


Para murid berbondong-bondong melihat hasil ujian mereka. Kalau mendapat peringkat rendah, tidak akan bisa makan siang duluan, juga tidak akan bisa masuk ke perpustakaan.

"Ini menyebalkan. Kebahagiaan 'kan tidak cuma tentang ranking." celetuk salah satu dari mereka.

Dae Hwi berhasil mendapat rangking satu lagi kali ini. Sarang dan yang lain seolah mewawancarainya, apa Dae Hwi senang peringkat satu lagi.

"Meraih peringkat satu di sekolah tidak akan membuatku senang. Aku harus meraih juara satu tingkat nasional."

Sementara itu, Eun Ho tidak ikut dengan kerumunan teman-temannya, ia melihat peringkatnya dari lantai dua. Eun Ho mendapatkan peringkat 280.


Guru Shim menulis di papan "H-3 sebelum ujian percobaan yang ketiga di bulan Mei". Anak-anak mengeluh,

"Bapak mana bisa membuat kami mengikuti ujian percobaan sebanyak 3 kali dalam sebulan. Peringkat kami baru saja keluar."

Semuanya membenarkan pernyataan dari salah satu siswa itu.

"Jadi ini.. Benar apa yang kalian bilang, tapi jangan merasa tertekan. Lakukan saja seperti yang biasanya kalian lakukan."

Eun Ho: Bagaimana bisa kami tidak merasa tertekan, kalau hasilnya diumumkan begitu? (dan anak-anak membenarkan).

Guru Shim: Baiklah. Bapak akan mencoba bicara dengan guru-guru yang lain. Itu saja dulu."


Setelah Guru Shim keluar, semua kembali pada kegiatan masing-masing, ada yang tidur, belajar, berias dll. Yoon Kyung Woo (Seo Ji Hoon) mengambil gitarnya dan memainkannya tapi Yoo Bit Na (Z.Hera) membentaknya untuk berhenti.


Bit Na kehilangan catatannya dan ia yakin pasti diantara teman sekelas adalah pelakunya. Bit Na memeriksa loker teman-teman secara kasar sambil marah-marah.


Hwang Young Gun (Ha Seung Ri) kesal dengan tuduhan tak  berdasar Bit Na itu.

"Diamlah kau. Menyebalkan sekali." Lalu ia keluar bersama tiga pengikutnya.

Bit Na tidak peduli, ia kembali memeriksa semua loker. Teman cowok pada marah karena suasana jadi berisik gara-gara Bit Na.


Se Bo Ra nyeletuk, "Memagnya cuma dia satu-satunya yang belajar."

"Apa? Kau bilang apa barusan?" Kesal Bit Na dan ia yakin Bo Ra lah yeng mencuri catatannya dan mereka berakhir dengan pertengkaran. Eun Ho tidak bisa tinggal diam, ia membantu melerai.


Dewan Guru mengadakan rapat bersama Kepala Sekolah. Guru Shim berkata, anak-anak tidak bisa dianggap remeh.

Kepsek: Kalau begitu yang perlu kau lakukan adalah melemparkan air ke wajah mereka dan membuat mereka sadar. Beri mereka 4 ujian percobaan mulai sekarang.

Guru Park Myung Deok: Kenapa tidak beri saja mereka 4 ujian mid dan ujian akhir? Juga ujian akhir pekan dan ujian di waktu liburan.

Guru Shim: Permisi. Anak-anak merasa kesal karena banyak sekali ujian.

Kepsek: Itu bagus! 00:21:02,240 --> 00:21:04,680
"Lihat seberapa keras kita menyuruh anak-anak untuk belajar". "Peringkat mereka akan terus naik".  Kita harus menunjukkan pada Pak Direktur..


Guru Jung: Siapa yang akan peduli soal grafik nilainya?

Bel berdering, jadi rapat otomatis di bubarkan.

Guru Park meminta Guru Shim untuk menempelkan grafiknya di papan buletin utama, soalnya Direktur akan datang dalam waktu dekat.


Guru Shim menempel grafik rangking dengan berkata keras, "Bagaimana bisa kita mengadakan 4 kali ujian percobaan? Anak-anak bisa gila. Lupakan soal direktur."

Guru Shim kesal pada dirinya sendiri karena tidak mampu mengatakan hal itu saat rapat tadi.


Direktur datang, Kepsek dan Guru Park menyambutnya sambil menjelaskan bahwa nilai rata-rata semua siswa naik sejak pertama mereka menempelkan nilainya.

Direktur lalu melihat nama puteranya yang ternyata mendapat peringakat 288. Direktur kesal setelahnya. Guru Park menegur Guru Shim, harusnya Tae Woon tidak dimasukkan ke daftar.


Eun Ho menggerutu, sekolah ini makin gila saja dan ia juga mau gila rasanya. Sa Rang mengelus rambutnya, "Terserahlah. Memang kapan kau pernah mencemaskan soal ujian?"

"Tapi aku harus masuk Univrsitas Hanguk." Kata Eun Ho yakin.

"Masuk ke mana?"


Guru Koo masuk, ia menulis di papan, "H-2 sebelum ujian percobaan".

Eun Ho menjawab pertanyaan Sa Rang tadi dengan berbisik, ia harus masuk ke Universitas Hanguk.

"Kau sinting, ya? Kau mana bisa masuk ke sana." balas Sa Rang dengan berbisik juga.

"Dia akan berkencan denganku kalau aku masuk ke kampus yang sama dengannya."

"Apa Jong Geun Oppa benar-benar mengatakan itu?"

"Ya. Dia mengatakan sesuatu yang miriplah."

"Bukannya dia mau berkencan saja? Bukan karena dia ingin berkencan denganmu."

Eun Ho mengingat lagi dan memang benar apa yang dikatakan Sa Rang kalau Jong Geun Oppa hanya ingin berkencan saja, dengan teman satu kampus.

"Pokoknya, aku benar-benar ingin masuk Universitas Hanguk.. bersama Jong Geun Oppa."


Sa Rang: Terserahlah. Kau tidak akan berhasil. Bahkan setelah sejuta tahun sekalipun.

Eun Woo: Kenapa tidak? Aku ingin masuk Universitas Hanguk pokoknya.

Sa Rang: Kalau aku jadi kau, aku akan mengatakannya dalam hati saja.


Tak lama kemudian Guru Koo meletakkan tongkatnya ke pundak Eun Ho.

"Untuk anak SMA di Korea, pertanyaan ini menggambarkan siapa dirimu."

Guru Koo bertanya, Ada di barisan berapa Eun Ho? Eun Ho menjawab kalau ia ada di barisan keenam.

"Biar Bapak beritahu kau. Kalau kau diibaratkan daging sapi, maka kualitasmu bahkan tidak cukup bagus untuk dijadikan makanan anjing. Dan, orang yang ada di level 6 di sekolah, bahkan seharusnya tidak diperlakukan sebagai manusia. Jadi berani sekali kau bicara di dalam kelas?"


Sarang kesal dengan kata-kata Guru Koo tadi, "Manusia itu 'kan bukan daging. Apa? Makanan anjing? Makhluk sialan itu. Haruskah aku membuatnya mencicipi rasa kematian? Memangnya berada di level 6 itu tindakan kriminal? Ra Eun Ho. Jangan biarkan dia membuatmu putus asa. Apa yang salah dengan barisan 6 memangnya? Tidak masalah."

"Aku tidak putus asa, kok. Tapi aku malu, jadi  bicaralah dengan suara pelan, ya? Mari bersikap tenang, mengerti?"

Eun Ho pura-pura mencekik Sa Rang, namun ia berhenti saat ada Ibu cleaning service lewat. Eun Ho menyapanya dengan sebutan "Eomoni (Ibu)."


Dae Hwi dan Hong Nam Joo (Seol In A) menghampiri mereka. Dae Hwi langsung berkata kalau Eun Ho sepertinya kan lulus masuk ke Hanguk.

Tapi Sa Rang malah marah, "Hei. Kenapa kau.. Aku salah menilaimu. Jangan menggoda orang seperti itu."

Sarang beralih pada Nam Joo, "Ada apa sih dengan pacarmu ini?"

Nam Joo mengangkat bahu, tidak tahu lalu ia masuk duluan.


Eun Ho masih gak percaya kalau ia bisa masuk Universitas Hanguk. Dae Hwi menjelaskan, Universitas Hanguk baru saja membuat jurusan Webtoon Media. Kalau menang kompetisinya, Eun Ho bisa masuk, Eun Ho 'kan jago menggambar.

Eun Ho: Benarkah?

Dae Hwi: Ya. Aku dengar itu saat aku berkunjung ke sana.

Sa Rang: Hei! Dia ini level 6! Deretan keenam!


Dae Hwi lalu mengirimkan link website kompetisi itu pada Eun Ho. ==Kompetisi Membuat Webtoon Universitas Hanguk==

Eun Ho serasa dihujani konfeti kemenangan, "Hanguk. ku punya kesempatan."


Eun Ho membayangkan, akhirnya ia bisa masuk ke Universitas hanguk dan Jong Geun Oppa menembaknya.

"Aku menyukaimu."

"Tapi Sunbae 'kan punya pacar."

"Soal cinta, ada yang namanya orang baik dan orang-orang jahat. Aku ingin mencoba menjadi seorang pria jahat (bad boy)."

"Sunbae. Sudah berapa lama kau.."


Jong Geun Oppa seperti akan mencium Eun Ho tabi ternyata cuma mau mengambil sepidol untuk menandai muka Eun Ho.

"Sudah lama aku menyukaimu."

"Sunbae.."


Khayalan Eun Ho buyar oleh Tae Woon yang mendadak mengambil buku Webtoon-nya.

"Apa sih yang kau pikirkan sampai membuat cerita semenjijikkan ini?"

"Akan kuhajar kau. Berikan."

"Ceritanya.. harusnya ini jadi novel saja. Lihat hidung ceweknya, kenapa mancung sekali."

"Tidak! Jangan dilihat!"

"Namanya Eun Hwa? Ini maksudnya kau 'kan?"

"Apa?" Eun Ho menggeleng.

"Tentu. Ceritanya tentu saja harus mirip dengan novel."

" "Ho". Namaku "Eun Ho"."

"Hei. Aku Eun Ho-wa."

(H-1 sebelum ujian percobaan yang ketiga)


Eun Ho bicara dengan Sa Rang di toilet, disana ada Ibu Cleaning Service yang kemarin, ternyata dia adalah Ibunya Sa Rang.

Eun Ho berpikir: Sebuah kisah yang mirip novel. Kalau cerita cinta sudah terlalu banyak. Action terlalu sulit digambar. Dan cerita medis.. Aku tidak mau mempelajarinya.. Bagaimana kalau aku menulis cerita erotis saja?

Sa Rang: Ciuman saja kau tidak pernah.

Ibu: Benarkah? Sa Rang sudah pernah ciuman waktu masih SMP.

Sa Rang berlari ke Ibunya supaya diam.


Dae Hwi mengajak Nam Joo untuk pulang lebih cepat agar bisa belajar. Nam Joo kesal karena Dae Hwi selalu saja pulang cepat.

"Benarkah?" Lalu Dae Hwi memagang tangan Nam Joo, "Lain kali, ya. Aku akan membelikanmu sesuatu yang enak setelah ujian. Oke?"

"Baiklah. Tapi.. Kau akan meminjamkan catatan semua pelajaran, 'kan?"

Dae Hwi lalu memberikan bukunya, Nam Joo hanya perlu mempelajari saja soal yang sudah ia tandai dengan tinta merah. Lalu mobil jemputan Dae Hwi datang.


Nam Joo dan Dae Hwi sama-sama memilki banyak penggemar yang meninggu mereka di depan gerbang sekolah setiap harinya.


Tae Woon pergi ke tempat les. Sebenarnya ia kesana karena diancam ayahnya sih.


Sebelumnya, Ayah Tae Woon malu karena peringkat Tae Woon.

"Jangan membuatku malu lagi dengan nilaimu yang seperti itu! Mendaftarlah ke tempat les sebelum aku cabut semua kartu kreditmu."


Dae Hwi mengajari teman sekelasnya, Kim Hee Chan dalam perjalanan dari sekolah menuju tempat les.

Hee Chan: Kau keren. Ujian pertengahan lalu semua soal yang kau prediksikan keluar.

Ibu Hee Chan: Selusin guru les sama sekali tidak ada gunanya. Tidak sebanding denganmu, Dae Hwi.


Tae Woon dijelaskan petugas kalau biaya les disana 30.000 won per mata pelajaran dengan guru les top. 50.000 won biaya essai untuk dua minggu les. Dan untuk instruktur yang lain, ini..

"Tolong daftarkan aku ke 5 atau 6 dari semua kelas favorit kalian." Sela Tae Woon.

"Kau harus memilih apa yang cocok untukmu.. Kau ada di level berapa?"

"Anu.. Tidak jadi juga tidak apa-apa."

"Apa?"

"Tidak belajar juga tidak masalah bagiku. Kami ini orang kaya. Masukkan saja aku ke beberapa kelas yang ada. Buat supaya aku kelihatan keren."


Setelah sampai, Ibu Hee Chan memberi Dae Hwi beberapa lembar uang 50.000 won.

Ibu Hee Chan: Aku berharap Hee Chun bisa mengalahkanmu kali ini.

Dae Hwi: Tentu saja.


Hee Chan berterimakasih lalu masuk ke dalam bersama Ibunya.


Dae Hwi seperti iri melihat kedekatan Hee Chan dengan ibunya itu. Ia memandang gedung les itu, lalu berjalan pulang.


Tak sengaja Eun Ho memberikan selebaran untuk Dae Hwi.

"Jadi kau kerja di sini?"

"Ya. Buang saja kalau kau berani. Aku menghabiskan keringat dan air mata membagikannya."

"Apa bayarannya mahal?"

"Ya. Lumayanlah. Baguslah. Aku benar-benar iri. Apa yang akan kau lakukan dengan uang gajimu?"

"Aku mau beli tablet yang bagus."

"Tablet?"

"Aku 'kan mau menggambar webtoon."

"Oh, benar ya. Universitas Hanguk. Wah, aku iri padamu. Kau punya impian."

"Memangnya kau tidak? Kau tidak punya impian?"

"Impianku?"

Dae Hwi menatap Brosur yang diberikan Eun Ho, "Kami akan membuatmu lulus ujian masuk Universitas Seoyul!". Tapi ia tidak menjawab apa impiannya.


Tae Woon mendesah setelah keluar dari gedung les itu.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search