Sinopsis Lookout Episode 26
Sumber Gambar: MBC
Sumber Gambar: MBC
Soo Ji melihat layar di jalan kalau Do Han hadir sebagai saksi di jajak pendapat Yoon Seung Ro.
Bo Mi menghubungi, mengatakan kalau ada hal gawat. Se Won terlihat datang ke rumah Shi Wan. Soo Ji terkejut mendengarnya.
Se Won pertama bertemu dengan Nyonya Park, ia memperkenalkan diri sebagai teman Shi Wan dengan sopan.
Shi Wan pun turun, menjelaskan kalau ia hendak mengajak Se Won melihat pesta kembang api di SUngai Han dari atap. Shi Wan lalu mengajak Se WOn ke kamarnya.
Soo Ji menuju ke rumah Shi Wan, ia menanyakan bagaimana dengan ponsel dan komputer Shi Wan.
"Dia pasti sudah memformat ulang semuanya. Tidak bisa diretas." Jawab Kyung Soo.
"Se Won diajak ke rumahnya pasti ada alasan tertentu."
"Kalau begitu, kita harus ke rumahnya."
Bo Mi mencegahnya, mungkin juga Shi Wan mencoba memprovokasi mereka. Jika mereka bertindak gegabah, kondisinya akan kacau. Kyung Soo membantahnya, walau begitu mereka tidak bisa diam saja.
Se Won menuju bingkai besar yang ada di kamar Shi Wan, ia bertanya untuk apa bingkai itu? Apa Shi Wan ingin menggambar yang sebesar itu?
"Ya, tapi belum."
Shi Wan lalu menanyakan apa yang ia minta. Se Won tentu membawanya, ia lalu mengeluarkannya dari tas, itu seperti alat lukis.
"Aku tidak bermaksud merepotkanmu."
"Tak apa. Lagi pula, aku melewatinya di perjalanan ke sini."
"Saat melihat kembang api nanti, ayo kita menyusunnya bersama."
"Semuanya?"
"Sisanya, bisa kita pakai nanti."
Anggota Kongres Chae ingin memanggil Jaksa Jang Do Han dari Kejaksaan Negeri Seoul sebagai saksi. Komisioner bertanya pada Partai berkuasa dan mereka membutuhkan waktu untuk berdiskusi. Maka Jajak pendapat ditunda selama 30 menit.
Anggota Kongres Chae tak menyangka informan anonim-nya adalah Do Han padahal selama ini ia kira Do Han adalah orang Yoon Seung Ro.
"Bukan saya yang membantu Anda, Kongres Chae. Justru Anda yang membantu saya."
"Aku yang membuatmu bisa menjadi saksi."
"Dan sayalah yang mengumpulkan semua saksi-saksi."
"Kalau memang kau yang mengumpulkan mereka, mestinya urus dengan benar. Mereka semua menghilang, tinggal kau. Oh Kwang Ho Bujang... bahkan tidak muncul."
Yoon Seung Ro menelfon Do Han.
Tim Soon Ae merasa kehilangan akan Byung Jae. Jin Ki tidak menyangka dia akan bunuh diri begitu. Selama investigasi, tidak ada tanda-tanda dia akan melakukan hal seperti itu.
"Si idiot itu hanya menerima perintah. Dasar idiot. Dia selalu melakukan segala sesuatu seenaknya sendiri, kemudian mati konyol seperti itu." Jelas Soon Ae.
Soo Ji menelfon Soon Ae bertanya apa Se Won bisa dihubungi atau tidak karena tidak mau menjawab telfonnya.
"Kenapa mendadak kau bicara soal Se Won-ku? Apakah terjadi sesuatu padanya?"
"Sekarang dia sedang bersama Yoon Shi Wan."
Soon Ae tidak percaya, Se Won sendiri yang bilang tidak akan pernah mendekati Shi Wan. Atau mungkin.. Se Won berbohong padanya? Soo Ji menjelaskan, Se Won diperlakukan buruk oleh teman-teman sekolahnya dan Shi Wan memanfaatkan situasi itu.
"Hei, apa maksudmu bersikap buruk? Apa... maksudmu dia dikucilkan di sekolah? Se Won tidak terlihat seperti itu."
"Mengatakan pada ibunya pasti berat bagi dia."
"Aku bahkan menanyainya soal kondisi di sekolah, tapi anak bandel itu hanya menggerutu. Aku pikir segalanya baik-baik saja, karena dia selalu masuk sekolah tanpa protes."
"Seorang Ibu pun tidak mungkin mengetahui segala sesuatu. Dan lagi, kita tidak selalu berada di sisi mereka. Bagi Se Won, mungkin karena ibunya seorang detektif, maka lebih terasa berat untuknya. Bagaimanapun, tolong periksa dan pastikan Se Won baik-baik saja, Timjangnim."
"Aku mengerti, sudah dulu. Aku akan meneleponnya."
Soon Ae menelfon Se Won tapi Se Won menolaknya. Saat ini, ia tengah asyik menggambar bersama Shi Wan.
"Tapi, kapan kembang apinya dimulai?" tanya Se Won.
"Aku akan ke atap memeriksanya."
Saat Shi Wan tidak ada, Se Won mendekati bingkai besar itu. Saat menyentuhnya, Se Won merasa ada sesuatu dibalik kertas putih penutpnya. Ia akan mengintip tapi Nyonya Park keburu datang.
Nyonya Park membawakan buah. Nyonya Park berkata kalau Shi Wan tidak pernah menceritakan soal Se Won sebelumnya. Lalu bagaimana Se Won bisa dekat dengan Shi Wan?
"Ah, itu... kami sebenarnya satu kelas, tapi awalnya tidak pernah mengobrol. Shi Wan yang mulai membuka diri duluan."
"Shi Wan membuka diri duluan?"
"Shi Wan banyak membantuku. Kemudian, kami menyadari memiliki banyak sekali kesamaan. Kami berdua juga sama-sama suka menggambar."
"Oh, jadi kau rupanya yang menggambar sosoknya Shi Wan."
"Ya, aku ingin memberikannya sebagai hadiah. Shi Wan kelihatannya anak yang sangat baik."
Nyonya Park teringat reaksi Shi Wan saat ia bertanya mengenai gambar itu. Nyonya Park menyadari sesuatu tapi ia berusaha bersikap biasa saja. Ia lalu keluar.
Do Han menemui Yoon Seung Ro. Do Han mengingatkan, seorang saksi semestinya tidak boleh dipanggil sebelum jajak pendapat selesai karena bisa menimbulkan masalah.
"Tapi, kau tetap datang meski tahu itu. Kurasa, kau sudah tahu kalau Oh Bujang berubah pikiran."
"Aku sudah berkali-kali mengingatkan dia, tapi orang-orang memang biasa tidak mendengarkanku. Mereka tidak mengerti pada akhirnya akan dibuang dengan mengenaskan seperti Nam Hyeongsa."
"Kau hanya bisa bicara omong kosong dengan mulutmu itu. Tapi, aku bahkan tidak perlu melakukannya. Tanpa aku perlu bicara, betapa mampunya aku, orang-orang sudah mengetahuinya. Itulah yang dinamakan kekuatan."
"Orang-orang itu, setelah jajak pendapat selesai, akan mengetahui... bahkan kau tidak lagi memiliki waktu untuk menggunakan kekuatanmu itu, tidak peduli betapapun membutuhkannya."
Yoon Seung Ro malah ketawa. Byung Jae sudah tewas dan Oh Bujang pun berada di pihaknya. Lalu kesaksian apa yang bisa Do Han berikan?
"Nanti juga akan segera tahu sendiri."
"Tidak peduli apa pun yang kau katakan, kau tidak memiliki bukti mengiringi kesaksianmu. Siapa yang akan memercayainya?"
"Setidaknya, Geomsajangnim orang seperti apa, dunia akan mengetahuinya."
"Mungkin mereka akan tahu, tapi saat itu pula, mereka akan mengerti bahwa aku telah difitnah. Mereka akan berbalik mengasihaniku. Kita berdua... kenapa tidak menghentikan peperangan ini saja? Ayahmu.. Aku akan memberinya pembebasan bersyarat."
"Apakah hal itu... adalah negosiasi agar aku tidak menjadi saksi?"
"Dengan satu syarat. Kali ini, kau harus menyerahkan Jo Soo Ji."
Se Won melanjutkan niatnya tadi untuk melihat ga,bar Shi Wan. Setelah mengintip sedikir, ia sangat terkejut dan ketakutan bahkan ia langsung pergi tanpa mengucapkan apapun.
Soo Ji melihat Se Won berlari keluar dan tampak ketakutan, ia langsung menariknya dan memaluknya. Soo Ji bertanya, apa yang terkadi? Kenapa Se Won kelihatan sangat takut begitu?
"Ahjumma."
"Katakan. Apa yang kau lihat?"
"Gambar itu, aku melihatnya."
"Apa mungkin... gambar Yu Na?"
"Ahjumma benar. Shi Wan membunuh Yu Na."
Shi Wan kembali ke kamarnya tapi Se Won sudah tidak ada disana. Ia langsung menuju gambarnya dan menemukan kalau kertasnya sudah tersibak sebagian, tapi ia malah tersenyum.
Nyonya Park masuk, bertanya kenapa Se WOn tadi berlari keluar. Shi Wan menjawab tidak tahu, mungkin saja dia tidak suka gambarnya.
"Gambar apa?" Tanya Nyonya Park.
"Gambar lingkungan kita."
"Dia tidak mungkin buru-buru lari keluar hanya karena gambar itu."
"Mungkin dia melihatnya."
"Apa?"
"Gambar di dalam gambar itu."
Nyonya Park langsung menghubungi suaminya setelah keluar dari kamar Shi Wan. Sebenarnya ia tahu bukan saat yang tepat untuk mengatakannya tapi ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
"Shi Wan bersikap aneh."
"Aneh bagaimana?"
"Dia mungkin akan melakukan sesuatu lagi."
" "Lagi?" "
"Setahun lalu, anak yang jatuh dari atap, kasus itu. Itu... perbuatan Shi Wan."
"Atas dasar apa kau berkata begitu?"
"Aku melihatnya. Shi Wan tahu anak itu meninggal, dan dia tersenyum."
"Kau pasti salah lihat."
"Kau tidak tahu bagaimana Shi Wan sebenarnya. Bagimu, Shi Wan hanya anak pintar dan penurut. Itu... sisi yang ia tunjukkan di depanmu. Untuk menyenangkanmu."
"Jadi, maksudmu, Shi Wan kita... adalah pembunuh? Yeobo, dia anak kita. Itu tidak mungkin."
"Kau mungkin tidak akan pernah memercayaiku, tapi Shi Wan memang seperti itu. Dia tidak ragu memanipulasi, melukai (secara emosional), maupun mencederai seseorang. Kita terus memanjakan dan menutupinya."
"Itu yang ia lakukan pada anak-anak yang menganggunya. Kau pernah super sensitif saat menyangkut Shi Wan. Apa kau mulai lagi?"
"Tidak bisakah kau melihat kenyataannya sekarang? Aku... takut pada Shi Wan."
Namun Shi Wan tiba-tiba masuk tapi ia malah tersenyum. Jajak pendapat juga akan dimulai jadi telfon harus diakhiri.
Do Han kelihatan galau. Ia teringat penawaran Yoon Seung Ro.
"Pikirkan dan bersikaplah dengan hati-hati. Bukankah setidaknya kau harus menolong ayahmu? Ini adalah kesempatan terakhirmu. Jo Soo Ji. Telepon dia dan bawa dia ke sini."
Ia sudah siap untuk menghubungi Soo Ji.
Bo Mi bersyukur bahwa akhirnya Se Won tahu Shi Wan yang sesungguhnya. Kyung Soo tiba-tiba menghadiahinya dengan perlengkapan make up.
"Kau pernah mengatakan... kalau kau bertengkar dengan kakakmu karena orang tua kalian memperbolehkan dia memakai make up, sedang kau tidak. Sekarang, kau sudah dewasa, jadi bisa memakai apa pun."
Bukan hanya itu, Kyung Soo juga memberi Bo Mi ponsel baru, ponsel pink yang manis, gadis-gadis menyukai warna itu.
"Untuk apa? Sia-sia saja kalau harus mendaftarkannya dengan identitas palsu."
"Kalau tidak mau, kuberikan saja pada Noonim."
"Tidak, ini cantik. Aku menyukainya."
Kyung Soo menyadari, sulit memang untuk hidup normal saat ini, tapi begitu Daejang menjatuhkan Yoon Seung Ro, mereka juga bisa hidup normal lagi.
"Bisakah kita berkencan dan pergi ke restoran-restoran terkenal begitu?" tanya Bo Mi.
"Ya. Kau bisa memakai gaun cantik dan berdandan. Tersenyum saat bahagia, dan menangis ketika sedih. Seperti itu."
"Dan juga tidak akan ada yang melaporkan kita."
"Tentu saja. Mereka hanya akan cemburu pada kita."
"Aku tidak bisa kembali pada masa semua ini belum terjadi."
"Memang tidak bisa kembali, tapi kita bisa bahagia melalui jalan berbeda."
Soon Ae menunggu Se Won di depan apartemen. Tak lama kemudian Se Won datang dan ia langsung menangis.
"Hei. Kau itu, kalau merasa segalanya berat, seharusnya katakan saja pada Eomma. Aku ini ibumu."
Soon Ae pun memeluknya untuk menangkan. "Se Won-ah. Eomma... tidak tahu apa-apa, maaf. Ya? Maaf membiarkanmu selalu sendirian."
Nyonya Park terkejut melihat Shi Wan, tapi Shi Wan nya tenang-tenang saja, berkata kalau ia ingin membaca buku ayahnya.
Saat mencari buku yang dimaksud, Shi Wan bertanya, siapa yang bilang ia akan melakukan sesuatu lagi, apa Soo Ji waktu itu yang mengatakannya?
"Apa itu benar? Gadis yang kau bawa ke rumah hari ini? Itukah sebabnya kau berteman dengan dia?"
"Kalau benar, lalu kenapa? Bukankah Eomma dan Appa kali ini pun akan melindungiku?"
"Shi Wan-ah."
"Saat aku merasa terganggu, aku tidak bisa menahannya. Tahu, 'kan? Aku tidak tahu sejak kapan, tapi buronan itu membuatku merasa terganggu. Aku ingin tahu ada hal-hal yang tidak akan bisa ia lindungi, meski ia berusaha."
"Sekarang Ibu sudah tahu, jadi tidak akan kubiarkan."
"Lalu, apa? Mau telepon polisi? Anaknya Ibu adalah monster, mau seisi dunia mengetahuinya?"
"Shi Wan-ah!"
"Tidak, 'kan? Kalau begitu, mari bernegosiasi. Aku akan menjadi seperti yang Ibu dan Ayah inginkan. Baik, pintar, dan sopan, aku akan menjadi seperti itu."
Soo Ji kembali ke markas setelah mengantar Se Won, ia bercerita pada Bo Mi tapi tanggapannya hanya sekilas. Soo Ji menyadari Bo Mi membeli ponsel baru. Bo Mi menjelaskan kalau itu hadiah dari Kyung Soo.
"Tapi, kelihatannya kau tidak menyukai hadiah darinya."
Bo Mi menyangkalnya, hadiah dari Kyung Soo sangat bagus. Dan Kyung Soo mengatakan saat semuanya selesai, mereka semua bisa hidup normal dan bahagia.
"Lalu, kenapa wajahmu sedih begitu?"
"Rasa bersalah. Aku bersyukur bisa bertahan hidup. Bisa hidup dan bernapas, aku sangat bahagia. Namun, itu juga membuatku merasa amat bersalah pada keluargaku."
"Bo Mi-ah. Merasa bersalah atau tidak enak pada keluargamu tidaklah benar. "Bo Mi lebih bahagia dari sebelumnya", keluargamu yang paling menginginkan kebahagiaan dirimu."
"Sungguh begitu?"
"Ya, tentu saja."
Do Han menghubungi Soo Ji pada akhirnya, bertanya Soo Ji sedang dimana. Soo Ji bilang sedang di markas bersama Bo Mi dan Kyung Soo.
"Kurasa, mereka sedang mendiskusikan masa depan. Aku hanya fokus menjatuhkan Yoon Seung Ro dan Yoon Shi Wan. Tidak sempat berpikir akan masa depan. Mereka lebih baik dari pada aku." Cerita Soo Ji.
"Kau... apa yang akan kau lakukan (di masa depan)?"
"Entahlah. Mungkin, bertanggung-jawab atas segala sesuatu yang telah kulakukan sejauh ini? Orang-orang yang kurugikan baik besar maupun sedikit, layak dapat kompensasi. Sekalipun begitu, kita bisa sampai sejauh ini, aku tetap bersyukur. Aku tidak tahu bagaimana akhirnya, tapi kau sudah bekerja keras."
Do Han belum juga muncul padahal jeda sudah selesai. Kongres Chae minta mereka untuk menunggu sedikit lagi.
Do Han akhirnya mengakui bahwa ia sudah menipu Soo Ji. Sementara itu, Komisioner tidak bisa menunggu Do Han lebih lama lagi. Kongres Chae pun mengalah dan meminta Jajak pendapat dilanjutkan.
Soo Ji menyalakan TV untuk melihat jajak pendapat itu dan tepat saay saksi berikutnya akan dipanggil, DO Han masuk sebagai saksi.
Do Han: Ada yang harus kukatakan padamu. Sesuatu yang kusembunyikan darimu.
Soo Ji: Apa itu? Soal Yu Na?
Do Han: Aku akan mengatakannya saat jajak pendapat. Tontonlah.
Sebelum bersaksi, Do Han bersumpah terlebih dahulu.
"Saya bersumpah pada jajak pendapat yang digelar oleh Kongres ini, sebagai saksi, saya akan mengatakan yang sebenarnya tanpa menambahi maupun mengurangi berdasar hati nurani. Bila saya berbohong, saya siap menanggung hukuman."
Eun Joong membuka laci ayahnya dan menemukan ponsel Byung Jae serta tulisan password.
Kongres Chae menanyakan kenapa Soo Ji begitu bersemangat mengungkapkan korupsi yang telah dilakukan Kepala Kejaksaan? Apakah sebagaimana yang dia katakan? Bahwa kematian putrinya bukanlah sebuah kecelakaan?
"Ya. Putra Kepala Kejaksaan, Yoon Shi Wan, membunuh putrinya."
"Yoon Shi Wan melakukan pembunuhan?"
"Ya. Dan juga, Kepala Kejaksaan menyuruh saya menyelesaikan serta menutupi kasus tersebut. Itulah yang ditugaskan kepada saya."
Yoon Seung Ro bersuara, "Ini adalah jajak pendapat. Orang-orang menonton. Apakah tepat membiarkan seorang pria bersaksi atas kasus yang bahkan tidak ada bukti sama sekali? Tidak ada bukti, maupun saksi lain. Ini hanya teori konspirasi atas kasus lama."
Soon Ae juga melihat jajak pendapat itu tapi di rumah sakit.
Do Han: 5 Mei 2016, Yoon Shi membawa putri Detektif Jo Soo Ji, Jo Yu Na, ke atap gedung. Saya melihatnya sendiri. Saya... bisa saja mencegah tindakan Yoon Shi Wan. Saya bisa mencegah kematian Yu Na. Namun, saya tidak melakukan apa-apa.
>
2 komentar
Terima kasih banyak mba diana atas sinopsisnya. Ditunggu sinopsis ep selanjutnya. Semangat nulisnya ya mba....
Mbak diana maaf mau tanya judul lagu disetiap akhir episode nya lookout itu apa yah. Makasih and semangat trs buat sinopsisnya
EmoticonEmoticon