Sinopsis Suspicious Partner Episode 3
Sumber Gambar dan Konten dari SBS
Setelah disuruh Ji Wook pulang ke rumah, Bong Hee menulis surat ucapan untuk Ji Wook.
Tiga bulan terakhir ini, aku belajar banyak dari Anda. Aku belajar kekuatan hidup dari hukum. Anda memberiku keberanian dan kebijakan praktis untuk dipenuhi kekuatan dari hukum...
Tapi ia berhenti sampai disitu, ada batasan juga ia bisa berbohong. Yang ia tulis sudah kelewat batas, ia menyobeknya lalu melipatnya.
Bong Hee melihat buku diary-nya, Ia menulis tentang Ji Wook hari ini (Noh Ji Wook menjengkelkan seperti biasanya). Bong Hee setuju dengan catatannya itu, Ji Wook memang benar-benar menjengkelkan tapi...
Bong Hee mengingat omongan Ji Wook bahwa menyanyikan kutukan untuk Hee Joon tidak akan membuat Hee Joon kembali padanya. Lebih baik Bong Hee jadi orang baik dan hiduplah dengan baik.
"Tapi, dia keren." gumam Bong Hee dan tanpa sadar tangannya menulis kalimat itu dibawah tulisan "Noh Ji Wook menjengkelkan seperti biasanya".
Saat Bong Hee sadar, ia langsung membuang bolpoinnya. Apaan ini? Ia pasti sudah gila. Bong Hee tertawa ngakak sambil bersender ke belakang tapi sial, ia malah terjengkang kebelakang.
Sayangnya, ingatan Bong Hee cuma sampai itu. Ia bertanya-tanya, kenapa ia tidak bisa ingat kejadian setelah itu. Dan tiba-tiba ia merasa kepanasan, makanya ia membuka jendela lebar-lebar dan meletakkan kaca matanya.
Selalu ada sebab dan akibat dalam suatu kejadian. Ini dikenal sebagai kejujuran bagi tiap orang, tapi masalahnya...
Karena Bong Hee melepas kacamatanya jadi ia tidak bisa melihat dengan jelas. Padahal di atap ada pria berakaian serba hitam yang membawa bungkusan sebesar dirinya, itu adalah korbannya.
Inilah dimana masalah dimulai. Terkadang kita tak bisa menemukan sebabnya. Ada sesuatu yang benar-benar terjadi, tetapi kita tak bisa menemukan alasan kenapa ini terjadi, seperti aku yang tak bisa menemukannya sekarang.
Pria itu jelas melihat Bong Hee, ia terus memperhatikan Bong Hee sampai Bong Hee menutup kembali jendelanya. Pria itu lalu memasukkan korbannya ke dalam tangki air yang ada di atap.
Hee Joon ke rumah Bong Hee dalam keadaan mabuk. Ia memencet bel tapi tidak ada jawaban. Lalu ia mencoba password lama Bong Hee dan ternyata masih berfungsi. Hee Joon pun masuk tapi saat pintunya hendak tertutup ada yang manahannya.
Hee Joon berbalik, ia sangat terkejut melihat siapa orang yang menahan pintu itu.
Bong Hee berjalan kembali ke rumah sambil membawa belanjaannya. Saat itu ia berpapasan dengan pelaku yang mengendarai sepeda. Bong Heeberhenti, ia bisa mendengar lagu yang didengarkan pria itu melalui headset.
Pria itu juga berhenti dan berbalik menatap punggung Bong Hee. Tepat saat itu ada kereta melintas, Bong Hee tidak lagi mendengar lagu itu. Bong Hee menoleh tapi pria itu sudah menjalankan sepedanya lagi.
Bong Hee sampai rumah, saat itu lah ia menemukan Hee Joon sudah tidak bernyawa dan ia tidak sengaja menyentuh darahnya. Bong Hee terkejut bukan main.
Bersamaan dengan menyalanya kembali listrik, petugas ambulan datang. Sementara mereka mengurusi jenazah Hee Joon, Bong Hee duduk gemetaran di pojokan sambil memegang ponsel.
Sebuah akibat mendekat kepadaku yang mana aku tak tahu sebabnya. tidak beruntung, kejam, dan kecelakaan yang tiba-tiba.
Pelaku sebenarnya membung pisau yang ia gunakan di rerumputan kering.
Bong Hee dibawa ke kantor polisi. Detektif menginterogasinya dengan mengajukan beberapa pertanyaan tapi Bong Hee tidak bisa mendengarnya. Bong Hee melamun sambil menatap tangannya yang masih ada darah Hee Joon.
Bong Hee memaksa dirinya sendiri untuk sadar, "Jika kau tidak mennyerahkan diri dirimu sekarang, kau mungkin akan dalam masalah. Jika di sana ada kecelakaan, setelah itu bersihkan. Respon awal sangat penting. Sadarlah."
Bong Hee menepuk wajah dan kepalanya sendiri agar bisa berpikir jernih.
Setelah itu Bong Hee baru bicara, ia tahu bahwa sekarang posisinya adalah sebagai tersangka bukan saksi. Detektif itu membenarkan, jadi ia mengajak Bong Hee untuk melakukan investigasi tanpa ada presumsi.
"Aku mengerti, Detektif. Biasanya, tersangka adalah orang yang dekat dengan korban atau orang yang pertama menemukan jasadnya. Ditambah TKP-nya adalah tempat tinggalku. Memungkinkan saja kalau aku kelihatan seperti pelaku."
"Kau baru saja mengaku." Tanggapan detektif.
"Aku kan bilang mungkin, aku bukan pelakunya. Tolong dengarkan aku baik-baik. Jika Anda ingin menuduh seseorang yang tidak bersalah sebagai pelaku, penyelidikan awal akan benar-benar sia-sia. Tersangka sesungguhnya adalah orang lain dan Anda harus menemukannya, tetapi jika Anda menahan orang yang tidak bersalah sepertiku, apa yang akan terjadi terhadap tersangka sesungguhnya? Tersangka akan menghilang. Anda akan kehilangan bukti dan saksi."
Ji Hye datang ke kantor polisi berderai air mata, ia memaksa untuk bertemu Bong Hee.
"Kau akhirnya membunuhnya." Kata Ji Hye.
Detektif menanyakan identitas Ji Hye, lalu menyimpulkan bahwa Ji Hye adalah orang terakhir yang ditelfon Hee Joon. Ji Hye tidak memperdulikannya, ia fokus pada Bong Hee, bertanya alasan Bong Hee membunuh Hee Joon.
"Hei, aku tidak membunuhnya." Sanggah Bong Hee.
"Baiklah. Hee Jun membuangmu. Karena itu kau membunuhnya?"
"Bukan aku yang membunuhnya."
"Kau terus bernyanyi kalau kau ingin membunuhnya. Ada banyak saksi. Haruskah aku panggil teman sekelas kita?"
"A.. Aku hanya bilang saja. Aku tidak bersungguh-sungguh."
Ji Hye menyerang Bong Hee melarangnya berbohong dan memintanya untuk mengembalikan Hee Joon. Para detektif menahan Ji Hye. Ji Hye histeris, ia bersumpah akan membunuh Bong Hee.
Bong Hee gugup, ia terus menjelaskan pada detektif kalau ia bukan pelakunya.
Tapi Bong Hee tetap diproses sebagai pelaku, ia diambil sidikjarinya dan difoto layaknya seorang tersangka.
Tidak, jika aku bisa menemukan satu petunjuk, inilah yang akan kuberitahu kepadanya. Eun Bong Hee, berhati-hatilah dengan pria. Pria akan mengacaukan hidupmu.
Seorang biksu memperingati seorang anak kecil. Anak itu harus waspada dengan wanita. Jika wanita bertemu dengan pria yang salah, atau pria bertemu dengan wanita yang salah hidup mereka akan benar-benar sia-sia.
"Tapi aku melihat akan ada wanita yang seperti itu dalam hidupmu. Akan ada wanita yang benar-benar mengacaukan hidupmu."
"Siapa wanita itu?"
Ternyata anak kecil itu adalah Ji Wook. Ji Wook tidur selama 17 menit di kantor dan memimpikan kejadian masa lalunya itu. Sek. Bang menghitung waktu Ji Wook memejamkan mata, ia rasa Ji Wook tidak sedang berperang degan kriminal, melainkan sedang berperang dengan insomnia.
Ji Wook bernadzar, jika ada orang yang bisa membuatnya tidur nyenyak, ia akan menyerahkan jiwa
dan raganya pada orang itu. Sek. Bang menyarankan, mungkin Ji Wook akan tidur nyenyak jika bertemu dengan wanita baik.
"Tapi, aku bermimpi kalau aku bertemu dengan wanita yang tidak seharusnya kutemui."
"Wanita yang tidak seharusnya kutemui?" Ulang Sek. Bang.
"Ya. Saat aku kecil, ada biksu di sekitar lingkunganku. Tapi, dia memperingatkanku akan sesuatu. Aku lupa itu, tapi dia muncul di mimpiku. Apa yang dia katakan? Wanita yang tidak seharusnya kutemui... Eun Bong Hee." Ji Wook mengatakan Eun Bong Hee karena melihat Bong Hee menelfonnya.
Sek. Bang terkejut, apa wanita yang dimaksud biksu itu Bong Hee? hebat banget dong biksu itu.
Terus Ji Wook bergumam, kenapa Bong Hee menelfonnya jam segini. Ji Wook lalu mengangkat telfonnya dan Sek. Bang kembali ke mejanya.
Ji Wook menyuruh Bong Hee cepat dan langsung keintinya saja karena ia sedang sibuk. Bong Hee menjawab ia ditangkap tanpa surat perintah.
"Penangkapan tanpa surat perintah? Berapa banyak kau minum?" Tanya Ji Wook.
"Aku tidak minum."
"Kalau kau tidak minum, apa kau menyerang seseorang?"
"Tidak."
"Mencuri?"
"Mana mungkin."
"Mengganggu?"
"Tidak lah."
"Lalu apa?"
"Aku ditangkap karena pembunuhan."
Ji Wook terbahak mendengar jawaban Bong Hee itu. Ia terus tertawa lalu menutup telfon tapi setelahnya ia menjadi tegang. Bong Hee mendesah karena Ji Wook menutup telfonnya.
Ayah Hee Joon adalah pengacara ternama, seorang Pengacara distrik Sunho, namanya Jang Moo Young. Tuan Jang mengunjungi Hee Joon di ruang penyimpanan jenazah.
"Ku dengar polisi menahan seorang tersangka." Ujar Tuan Jang.
Ji Wook datang ke kantor polisi menemui Bong Hee di tahanan. Ia benar-benar marah, kesal, gemas pokonya semua bercampur jadi satu, ia bahkan hampir memukul Bong Hee.
Ji Wook dibukakan pintu sel, Bong Hee ketakutan dan ia menundukmenyembunyikan wajahnya di pojokan. Bong Hee merasa sudah melakukan kesalahan. Ia sadar pasti ada yang tidak beres tapi ia tidak tahu apa yang ia lakukan itu salah.
Ji Wook dibukakan pintu sel, Bong Hee ketakutan dan ia menundukmenyembunyikan wajahnya di pojokan. Bong Hee merasa sudah melakukan kesalahan. Ia sadar pasti ada yang tidak beres tapi ia tidak tahu apa yang ia lakukan itu salah.
"Angkat kepalamu."
"Kenapa?"
"Aku ingin melihat muka memalukanmu itu. Angkat kepalamu."
Bong Hee masih belum mau sampai Ji Wook harus menggertaknya lagi. Bong Hee tidak bermaksud, tapi ia terlibat dalam kecelakaan, tapi ia mengakui kalau ini salahnya. Tapi yang ia lakukan hanya membeli bir. Tapi saat ia kembali, semua ini terjadi. Tapi ia bahkan tidak tahu mengapa ini terjadi.
"Aku tidak percaya ini, aku takut. Tapi, hanya Anda satu-satunya tempatku bergantung."
"Kenapa? Jangan bergantung kepadaku."
"Aku akan bergantung kepadamu. Akan. Anda adalah orang terkuat yang kukenal di dunia hukum."
Ji Wook melembek, pertama ia menyuruh Bong Hee untuk melepaskan pakaiannya. Bong Hee menyilangkan tangan di dada. Ji Wook memerjelasnya, pakaian Bong Hee adalah bukti dan Bong Hee harus mandi untuk menghapus darah itu.
Bong Hee pun pergi mandi, hal pertama yang ia lakukan adalah membersihkan tangannya dari darah. Dan tiba-tiba ia menangis
Akhirnya aku sadar apa yang terjadi. Hee Joon mati. Tentu, aku pernah sekali sangat menyukaimu. Meskipun begitu, kau mengkhianatiku, membuangku, menyakitiku. Aku tak pernah berharap sesuatu buruk terjadi kepadamu. Tapi kuharap kau bisa istirahat dalam kedamaian. Kuharap kau bisa bahagia di alam sana. Tapi, meskipun begitu... Kenapa kau mati di rumahku? Ada banyak tempat di dunia, jadi kenapa kau mati di rumahku? Apa kau sangat ingin mengacaukanku? Apa yang akan kulakukan kepadamu, anak jalang?
"Aku sungguh minta maaf... Kenapa kau harus mati... Kenapa kau mati? Kau seharusnya tidak mati..."
Ji Wook dan dua asistennyamelihat berita di TV soal kasus Bong Hee. Lalu kantornya mendapat telfon yang mengharuskannya ke DA segera.
Saat kau punya firasat buruk, itu biasanya benar.
Dua atasan Ji Wook merekomendasikan Ji Wook untuk menangani kasus pembunuhan Hee Joon. Tuan Jang berharap, Ji Wook dapat mengadili dan bertarung demi keadilan.
Ini adalah situasi terburuk yang pernah kubayangkan.
Bong Hee dipindahkan ke kejaksaan. Para reporter berkerumun di depan gedung dan saat ia diturunkan dari bis tahanan, mereka menyingkirkan masker dan kacamatanya. Parahnya lagi ada yang menginjak kacamatanya sampai hancur.
Ji Wook masuk ke ruang interogasi, "Aku sudah memeringatkanmu. Aku sudah bilang kepadamu untuk tidak muncul sebagai tersangka karena aku jaksa yang tak kenal ampun."
Ji Wook memulai melakukan interogasi, ia menjelaskan kalau Bong Hee bisa menolak pernyataan yang memang tidak Bong Hee lakukan.
Keluar dari ruangan Tuan Jang, kedua atasan Ji Wook memerintahkan Ji Wook agar cepat mendapat kesaksiannya. Jika Ji Wook gagal memenangkan kasus ini, maka Ji Wook akan dipecat. Jika itu terjadi, Ji Wook bahkan tidak akan bisa jadi pengacara.Tapi jika beruntung, Ji Wook masih bisa bekerja di pinggiran kota.
Ji Wook yakin, Bong Hee pasti tahu kalau semua pihak menyudutkan Bong Hee sebagai pelakunya. Ji Wook lalu menunjukkan kesaksian pekerja paruh waktu di tiserba malam itu. Dia ingat ada pelanggan yang datang tapi tidak bisa mengingat wajah pelanggan itu.
Bong Hee menyela, ia tidak bisa mendengar Ji Wook dengan jelas. Ji Wook memperkeras suaranya, malam itu ada pemadaman listrik dan kamera CCTV rusak, jadi tidak ada bukti kalau Bong Hee keluar malam itu.
"Lebih tepatnya, aku tak dapat melihat."Jujur Bong Hee.
"Apa?"
"Aku tak bisa memakai lensa kontak, dan reporter sialan itu... Seorang repoter merusak kacamatku, jadi aku tidak bisa lihat jelas sekarang. Tapi anehnya, jika aku tak bisa melihat, aku tak bisa mendengar dengan baik juga. Karena aku tak bisa melihat wajah Anda. Aku tak tahu apa yang Anda pikirkan atau bagaimana perasaan Anda."
"Jadi?"
Ji Wook duduk lebh dekat dengan Bong Hee agar Bong Hee bisa melihatnya. Ji Wook mengaku kalau ia memahami situasi Bong Hee, ia tahu kalau Hee Joon selingkuh dari Bong Hee jadi ia tahu jelas bagaimana perasaan Bong Hee malam itu. Oleh karena itu--
"Aku tidak yakin. Ini pertama kalinya aku melihat Anda menginterogasi seseorang. Ini adalah konsiliasi (pendamaian) dengan memberi mereka permen dan membuat nyaman." Sela Bong Hee.
Beberapa saat berlalu, Ji Wook mulai bicara dengan nada tinggi. Polisi tidak menemukan DNA lain di rumah Bong Hee selain DNA Hee Joon dan Bong Hee, apa Bong Hee masih mau menyangkalnya?
"Aku masih tidak yakin." Jawab Bong Hee.
Ji Wook melemah lagi, ia menyimpulkan, pokoknya Bong Hee akan dituntut karena ada cukup bukti tapi tidak ada alibi. Dan Hee Joon terbunuh dirumah Bong Hee tapi tidak ada tersangka lain.
"Tapi benar-benar bukan aku."
"Itu tidak penting."
"Apa?"
Ji Wook menjawab dalam hati, "Tidak penting kau melakukannya atau tidak. Eun Bong Hee, kau akan dihukum secara kejam. Karena aku tidak ingin hidupku kacau."
"Jaksa Noh, Anda percaya aku kan? Aku percaya kalau Anda percaya padaku. Aku percaya kalau Anda ada di pihakku, dan Anda adalah satu-satunya harapanku." Ujar Bong Hee.
Ji Wook kembali teringat kata-kata biksu itu, "Di masa depanmu, Aku melihat wanita seperti itu. Jika kau bertemu dengannya, dia akan benar-benar mengacaukan hidupmu."
Ji Wook berkata kalau ia tersesat, ia tersesat kepada biksu itu, ia jadi percaya pada biksu itu karena Bong Hee.
Saat Ji Wook bertanya siapa wanita itu, biksu menjawab kalau Ji Wook akan tahu ketika bertemu langsung dengan wanita itu.
"Dia bilang kalau aku akan bertemu dengannya. Aku menyadarinya sekarang. Dia adalah... kau, Eun Bong Hee." Lanjut Ji Wook sambil menatap Bong Hee.
Tuan Byeon melihat artikel Bong Hee bersama dengan Eun Hyuk. Tuan Byeon merasa perbah melihat Bong Hee sebelumnya tapi ia tidak ingat dimana itu.
Eun Hyuk membahas ekspresi Bong Hee yang tampak sangat terintimindasi, ia penasaran siapa pengacara yang bakal ditunjuk Bong Hee nanti?
"Korbannya itu putera Pengacara Jang, siapa coba yang mau jadi pengacaranya? Yang ada hanya akan memperburuk citra mereka dipersidangan." Jawab Tuan Byeon.
Eun Hyuk menebak mungkin Bong Hee akan menggunakan pengacara publik. Tuan Byeon yakin, Bong Hee akan mendapat pengacara publik yang terburuk.
Eun Hyuk termenung menatap ponselnya, Tuan Byeon bertanya ada apa, kenapa? Eun Hyuk menunjukkan ponselnya. Ji Wook menelfonnya. Tuan Byeon tidak merasa ada yang aneh dengan itu.
"Ji Wook meneleponku. Sudah lama dia tak menelepon." Jawab Eun Hyuk girang lalu ia mengangkat telfon Ji Wook.
Ji Wook meminta bantuan Eun Hyuk.
Sek. Bang tak percaya Ji Wook menelepon Eun Hyuk padahal sangat benci dia. Ji Wook langsung menggaruk seluruh tubuhnya, rasanya setelah menelfon Eun Hyuk ada serangga yang merayap di tubuhnya. Sek. Bang tampak iba melihatnya.
Nyonya Park datang berkunjung dengan membawa kacamata lama Bong Hee. Nyonya Park menyesal, harusnya ia memberi Bong Hee kacamata baru yang bagus.
"Aku hanya menggunakannya sebentar. Itu pasti sia-sia." Jawab Bong Hee.
"Tentu saja. Kau akan segera keluar dari sana."
Bong Hee membuka kacamatanya, kacamata itu mengingatkannya akan masa lalu. Nyonya Park juga, Bong Hee giat belajar dengan kacamata itu. Bong Hee melanjutkan, ibunya mendukungnya selama proses perjalanannya.
"Jangan cemaskan ibu. Ini bukan pertama kalinya. Waktu ayahmu..." Nyonya Park langsung mengalihkan pembicaraan, "Bagaimana makanannya? Apa rasanya enak?"
"Memijat itu melelahkan, bukan?"
"Omong kosong. Semua orang juga hidup susah sepertiku."
"Koyo tidak mahal. Kenapa membaginya seperti itu?"
"Aku bisa gunakan di tempat yang berbeda kalau seperti ini. Omong-omong, bagaimana teman di selmu? Apa mereka baik? Apa ada yang jahat?"
"Apa yang ibu bicarakan? Aku ini ketua di sel itu. Cuma aku yang kasusnya pembunuhan. Yang lainnya dituduh atas pencurian, penggelapan, penipuan, dan perjudian. Tapi aku dituduh atas pembunuhan, jadi mereka takut padaku."
Waktu kunjungan habis. Bong Hee melarang ibunya datang lagi besok. Ibu menegaskan kalau ia baik-baik saja jadi Bong Hee tidak perlu khawatir dan mereka berdua lalu saling memberi semangat.
Eun Hyuk menunggu Bong Hee tami Bong Hee lama sekali. Ia mengecek pintu dan terjadi lagi. Bong Hee membuka pintu hingga membentur kepalanya.
Bong Hee minta maaf, Eun Hyuk bilang tidak apa-apa. Eun Hyuk bercanda, ia itu sangat pintar jadi jika sel otakku mati sedikit tidak akan berpengaruh.
Eun Hyuk menjelaskan kalau ia ditunjuk sebagai pengacara Bong Hee jadi penunjukkan pengacara publik akan dibatalkan. Eun Hyuk tiba-tiba keceplosan senyum.
"Kacamatamu... Aku tidak bilang itu lucu. Tapi sepertinya itu menetralisir wajahmu yang mengintimidasi. Bagus. Taktik yang hebat." Jelas Eun Hyuk.
"Terima kasih."
"Aku yang harus terima kasih. "
"Kenapa Anda harus?"
"Berkat kau, Ji Wook meneleponku."
"Maaf?"
"Ada hubungan apa antara kau dan Ji Wook?"
"Dia mentor-ku, dan sekarang dia jaksa yang bertugas di kasus ini."
"Tidak, bukan itu. Apa ada hal lain dalam hubunganmu?"
"Pak, Apa Anda tidak punya pertanyaan untukku?"
"Ada. Apa kau membunuh Jang Hee Jun?"
"Tidak."
"Aku tahu semuanya sekarang. HA HA HA."
Ji Wook dan Sek. Bang mendatangi TKP. CCTV rusak dan lingkungan itu merupakan lahan konstruksi jadi ada banyak rumah kosong. Selain itu, ada pemadaman malam itu.
"Maaf, tapi sepertinya ini tempat yang bagus untuk melakukan pembunuhan." Tebak Sek. Bang.
"Aku tidak tahu itu. Tapi tempat ini memang cocok untuk Eun Bong Hee. Bagaimana pencarian senjata?"
"Mereka mencari di seluruh tempat, tapi belum menemukan apa-apa."
"Bagaimana dengan yurisdiksi lain?"
"Aku sudah hubungi setiap kantor polisi di Seoul dan Prov. Gyeonggi. Aku minta mereka untuk melapor jika menemukan senjata yang panjangnya 13cm dan lebar 3.5cm."
"iya, kerja bagus."
"Iya, kan? Tapi kenapa Anda berusaha keras?"
"Aku hanya terbuka untuk kemungkinan. Seperti kata Eun Bong Hee, pelakunya mungkin orang lain. Tentu saja, itu belum pasti."
"Akan lebih bagus, jika itu benar."
Mereka lalu ke rumah Bong Hee yang masih dipasangi garis polisi. Ji Wook melihat ke luar jendela seperti cerita Bong Hee.
Aku melihat ke luar jendela karena aku merasa panas. Aku tidak lihat apa-apa karena tidak pakai kacamata. Aku hanya merasakan angin sepoi-sepoi, dan memang iya.
"Jika dia menyaksikan sesuatu, tapi tidak tahu... pa yang dia lihat... Itu sebabnya... saksi... Tidak mungkin." Gumam Ji Wook.
Ji Wook memastikan, Sek. Bang memeriksa semua kejadian yang terjadi di sekitar lingkungan ini pada malam itu, kan? Sek. Bang membenarkan, ia menyelidiki pelaku kejahatan seksual dan mantan napi di sekitar tapi ia tidak dapat apa-apa.
"Bisa kau periksa keberadaan warga sekali lagi untuk berjaga-jaga?" Pinta Ji Wook.
"Baiklah."
Ji Wook membayangkan bagaimana pelaku menikam Hee Joo. Hee Joon menghadap ke pintu dan pelaku menusuknya dari sana lalu Hee Joon tersungkur ke dalam.
"Siapa pun pembunuhnya, dia pasti masuk ke rumah dan menikam korbannya." Kesimpulan Ji Wook.
Ji Wook menatap foto Bong Hee kecil, ia mengingat-ingat sepertinya ua pernah melihat gadis kecil itu disuatu tempat.
Sementara itu Sek. Bang membuka diary Bong Hee dan ia menemukan tulisan tentang Ji Wook yang menyebalkan tapi keren. Ji Wook bertanya apa itu tapi Sek. Bang menyembunyikannya.
Ji Wook penasaran dan memaksa Sek. Bang memberikan buku itu. Ji Wook membaca semuanya dan ia melotot saat membaca tulisan tentangnya.
Sek. Bang mendapat telfon dari polisi, ada seorang yang menemukan pisau di rerumputan ditemukan di tempat yang berjarak 7km dari sana, Panjangnya 13cm dan lebar 3.5cm.
Tepat saat itu, Ji Wook juga menemukan pisau yang sama dibawah kulkas Bong Hee.
>
EmoticonEmoticon