Sinopsis Suspicious Partner Episode 4
Sumber Gambar dan Konten dari SBS
Kilas Balik...
Tuan Jang memanggil Ji Wook guna menanyakan perihal Bong Hee yang tak kunjung didakwa. Ji Wook menjelaskan, diperlukan penyelidikan lebih lanjut karena saat ini tidak ada bukti langsung seperti senjata atau saksi mata. Dan Bong Hee juga belum mengakuinya.
"Senjata pembunuhan itu... Kau akan menemukannya segera. Apa yang perlu muncul, akan selalu muncul. Seperti yang kita tahu, yang penting adalah Eun Bong Hee itu pelakunya. Apa aku salah?" Tegas Tuan Jang.
Kilas Balik selesai...
Ji Wook bertanya pada Sek. Bang, apa benar Sek. Bang sudah menggeledah secara menyeluruh. Sek. Bang meyakinkan, mereka sudah berkali-kali menggeledah. Ji Wook curiga, padahal sudah seperti itu tapi sekarang pisau itu muncul dihadapannya? Plus, mereka mungkin menemukan dua.
"Yah, yang lainnya... Astaga, aku tidak tahu apa yang terjadi sekarang." Jawab Sek. Bang.
Ji Wook lalu mengajaknya ke tim Forensik. Ji Wook meminta petugas untuk menganalisis kedua pisau itu secepatnya secara rahasia.
Bong Hee menanyakan berapa IQ Eun Hyuk. Ternyata IQ Eun Hyuk cukup tinggi, 143. Bong Hee juga mengakui itu, lalu ia bertanya lagi, apa Eun Hyuk tidak mau bertanya. Eun Hyuk tak mengerti apa maksudnya.
"Orang biasanya membalas. Ketika orang mengatakan halo, kebanyakan orang membalas." Jelas Bong Hee.
"Oh, benar. Baiklah. IQ-ku 143. Kau berapa?"
"101. Aku lulus ujian dengan IQ segitu. Itu bagus, bukan? Dan, dulu aku adalah atlet. Menurutmu, berapa banyak usahaku agar lulus ujian pengacara? Aku bertanya pada diriku setiap hari. "Haruskah aku hentikan semuanya dan mendapatkan uang agar bisa membantu keluargaku?" Maksudku, aku bahkan tidak yakin aku bisa lulus.
Belajar itu sulit, tapi melihat ibuku harus berjuang, itu lebih sulit lagi. Begitulah aku bisa sampai sejauh ini, tapi semua waktu dan usahaku akan sia-sia. Jadi, tolong jangan anggap ini sebagai lelucon. "Aku kasihan padanya, jadi aku harus membantunya". Aku juga tidak suka pola pikir itu. Hidupku bergantung pada ini, dan keluargaku juga dipertaruhkan."
Eun Hyuk mengajak Ji Wook bertemu tapi Ji Wook malah duduk di meja depan. Ji Wook bertanya, apa Eun Hyuk sudah bertemu Bong Hee. Eun Hyuk menjawab sudah.
"Oh, dan... Alasan aku memintamu menjadi pengacaranya adalah... Itu karena, haknya menyewa pengacara... tidak dihormati. Itu sebabnya.
Eun Hyuk tahu. Ia yakin tidak ada pengacara yang mau membantu Bong Hee. Dan perlu Ji Wook tahu, ia melakukan semua itu karena Ji Wook yang memintanya.
"Apa kau harus mengungkit kalau kau membantuku?"
"Aku akan lakukan yang terbaik sebagai pengacara."
"Aku tak pernah melarangmu."
"Maksudku, aku akan mengalahkanmu, Jaksa No."
"Berusahalah semampumu untuk mengalahkanku."
"Kau tidak akan menyerah? Kau mau menghukum dan mengurungnya?"
"Jaksa macam apa yang menuntut kasus lalu menyerah dan kalah?"
"Begitu rupanya."
Ji Wook langsung pergi karena merasa mereka sudah selesai bicara.
Eun Hyuk belum selesai, ia mengejakJi Wook untuk mengajaknya minum kopi bersama sebelum pergi. Ji Wook menepis tangan Eun Hyuk yang menghalanginya, asal tahu saja, ia tidak tahan melihat Eun Hyuk bahkan sedetik saja.
"Kau masih belum memaafkanku?"
Ji Wook kesal karena lift-nya tak kunjung terbuka, ia pun memutuskan menggunakan tangga saja.
Eun Hyuk tetap mengikutinya. Eun Hyuk akan memmohon dan terus memohon agar Ji Wook memaafkannya. Ia tidak bisamelepas Ji Wook karena Ji Wook orang yang paling berharga dalam hidupnya.
"Yaa Wook-ah, kau datang ke sidang, kan? Sampai ketemu di pengadilan. Sampai ketemu lagi Wook-ah, aku mencintaimu!"
Ji Wook masuk ke ruang interogasi dan langsung marah-marah pada Bong Hee, gara-gara Bong Hee ia harus bertemu seseorang yang bahkan tak ingin ia ajak bicara lagi! Bong Hee terkejut, apa ia berbuat salah lagi?
"Semua yang kau lakukan itu salah. Kau adalah lambang kesalahan!" bentak Ji Wook.
"Aku tidak tahu ini soal apa, tapi kalau aku salah atau berbuat salah lagi..."
"Semua yang kau lakukan itu salah. Keberadaanmu sendiri saja itu kesalahan!"
Bong Hee meringsut diam, ia hanya bisa memandang Ji Wook dan itu pun juga ditegur Ji Wook.
Ji Wook beralih pada Sek. Bang, apa sudah ada kemajuan?
"Tidak juga. Kami belum makan, jadi kami memutuskan menu." Jawab Sek. Bang.
"oke, jadi mau makan apa?"
"Jjajangmyeon."
Ji Wook menunggu Bang Hee menyantap Jjajangmyeon-nya. Ia berpikir...
Ji Wook pernah berdiskusi dengan Sek. Bang. Jika dua pisau yang ditemukan itu terdapat darah Hee Joon, artinya Bong Hee bukanlah pelakunya.
Ji Wook berkata pada Bong Hee, hari ini adalah kali terakhir ia menginterogasi Bong Hee sebagai tersangka, artinya Bong Hee akan segera menjadi terdakwa.
"Aku percaya padamu. Aku yakin, Anda percaya aku." Ucap Bong Hee yakin.
Aku sungguh percaya pada Anda. Itu satu-satunya pilihan yang kumiliki saat ini.
Sidang pertama Bong Hee di gelar. Nyonya Park, Tuan Byeon, Hye Ji dan senior pria yang pernah makan bersama Bong Hee ada di kursi penonton. Tapi bukan hanya mereka saja masih banyak hadirin yang lain bahkan mereka rela berdiri karena tidak kebagian kursi.
Ji Wook memulai dakwaannya. terdakwa Eun Bong Hee berencana membunuh mantan pacarnya, Jang Hee Jun, setelah korban berselingkuh darinya. Pada 11 Mei 2015 , terdakwa memancing korban, Jang Hee Jun, ke tempatnya. Lalu dia dengan brutal membunuhnya dengan pisau. Untuk itu, Ji Wook menuntut terdakwa Eun Bong Hee atas pembunuhan dengan Pasal 250 UU Pidana.
Eun Hyuk membantah tuduhan Ji Wook itu, Terdakwa Eun Bong Hee tidak bersalah.
Ji Hye masuk sebagai saksi pertama. Ji Wook menanyainya, apa Ji Hye pernah melihat Bong Hee mengancam akan membunuh Hee Joon?
"Iya. Saya sering melihatnya dengan mata dan telinga saya sendiri. Selain itu, banyak teman sekelas yang melihatnya mengancamnya."
Kilas Balik...
Bong Hee masuk toilet dengan emosi. Ia bersumpah akan membunuh Hee Joon. Saat itu, Ji Hye mengupingnya dari luar.
Saat merea makan bersama juga, Bong Hee sering mengisyaratkan akan membunuh Hee Joon.
Kilas Balik selesai...
Eun Hyuk melakukan pemeriksaan silang. Ia mengajukan pertanyaan untuk Ji Hye, "Aku bisa mati kelaparan, aku sangat kesal sampai bisa mati". Orang mudah mengatakan hal-hal seperti itu. Menurut Ji Hye, orang yang mengatakan hal itu benar-benar meninggal? Semua itu berlaku juga untuk kalimat "Aku akan membunuhmu".
"Bong Hee serius dengan apa yang dia katakan. Dia tidak main-main. Menurut pendapat saya, dia menjadi pembunuh potensial segera setelah dia mengatakan ancaman itu."
"Saya dengar, Anda mengatakan hal yang sama di kantor polisi."
"Maaf?"
Ji Hye mengingat saat ia mengamuk di kantor polisi dan mengancam akan benar-benar membunuh Bong Hee. Ji Hye akan beralasan untuk itu tapi Eun Hyuk memotongnya.
"Anda serius dengan ucapan Anda. Itu juga bukan lelucon, benar? Lalu apa itu juga membuat Anda menjadi pembunuh potensial?"
Saksi kedua adalah Senior pria. dia mengatakan kalau Bong Hee selalu menyanyikan lagu aneh yang menunjukkan banyak kebencian dan dendam, kadang-kadang juga mengganti liriknya.
"Bisa berikan kami contoh?" Pinta Ji Wook.
Senior pun menyanyikannya, "Lihatlah aku saat aku mengutukmu. Jangan kau lupakan itu. Karena aku akan membunuhmu."
Usai senior menyanyi, semua hadirin mulai kasak kusuk.
Giliran Eun Hyuk melakukan pemeriksaan silang. Eun Hyuk menanyakan apa yang ia dengar bahwa senior mengajak Bong Hee kencan begitu Bong Hee dan Hee Jun putus.
"Yah, itu hanya lelucon." Jawab senior.
"Jumlahnya... Anda melakukan itu tiga kali, dan Anda ditolak setiap kalinya."
"Ya. Betul, tapi..."
"Jika Anda benar-benar berpikir dia cukup kejam untuk membunuh orang, apa Anda akan mengajaknya kencan? Bagaimanapun, apa Anda memberi kesaksian palsu karena Anda dendam terhadap dia?"
"Tidak..."
Senior menatap Bong Hee yang saat ini menatapnya dengan tajam. Senior takut, ia sampai bertanya pada Eun Hyuk, bisa tidak Eun Hyuk menjamin perlindungannya?
Selanjutnya Bong Hee yang duduk di kursi saksi, ia mengakui memang benar ia mengutuk dan mengancam Hee Jun akan ia bunuh. Tapi ia mengatakan itu sesaat karena kemarahan, ia tidak pernah berniat untuk membunuhnya.
"Jika saya benar-benar ingin membunuhnya, saya takkan akan memberitahu kepada dunia tentang itu, bukan? Orang tidak selalu serius saat bertindak. Sejujurnya, saya cukup yakin banyak wanita yang ingin membunuh pacar dan suami mereka pada waktu tertentu."
Eun Hyuk terkejut dengan pernyataan Bong Hee itu dan semua orang mulai kasak kusuk lagi. Bong Hee mendesah, apa ia salah?
Usai sidang, beritanya langsung disiarkan dan banyak artikel dikeluarkan. Rata-rata membahas pernyataan terakhir Bong Hee, "Sejujurnya, saya cukup yakin banyak wanita yang ingin membunuh pacar dan suami mereka pada waktu tertentu."
Ji Wook sudah mendapatkan hasil pemeriksaan kedua pisau itu. Ia terkejut melihat hasilnya. Tapi kita belum tahu bagaimana hasilnya.
Sidang kedua Bong Hee. Banyak reporter yang menunggunya datang, Bong Hee diberondong pertanyaan oleh mereka tapi ia tidak menanggapinya. Bong Hee malah memandang Ji Wook yang juga baru datang.
Ji Wook menyerahkan bukti tambahan pada Hakim. Eun Hyuk menolaknya, Ji Wook sudah menyelesaikan interogasi tapi kenapa malah mengajukan bukti tambahan.
"Bukti ini ditemukan di rumah terdakwa pada 15 Mei, pukul 3 sore."
Ji Wook menjelaskan kalau mereka perlu mengonfirmasi sepenuhnya apa pisau itu yang digunakan untuk menusuk korban, Jang Hee Jun. Mereka baru menerima hasilnya tadi malam jadi harap maklum jika pengajuannya terlambat.
"Yang Mulia, menurut laporan investigasi, rumah terdakwa digeledah berkali-kali. Namun, mereka gagal menemukan senjata mematikan di tempatnya. Oleh karena itu, sangat sulit untuk menerima sebuah senjata yang tiba-tiba muncul beberapa hari setelah mereka menggeledah rumahnya. Mohon ditunda untuk menerimanya sebagai bukti." Pinta Eun Hyuk.
Tapi hakim menyetujui pemasukan bukti itu tapi ia ingin mendengar pendapat dari dokter forensik.
Dokter forensik dihadirkan. Ji Wook bertanya, apa benar dokter itu mengklaim bahwa luka tusukan yang ditemukan di tubuh korban dan bentuk senjata cocok?
"Ya, dengan memeriksa panjang luka tusuk, secara kasar saya bisa tahu bentuk senjata pembunuhan. Bentuk senjata yang diajukan sebagai bukti hampir identik." Jawab dokter itu.
Eun Hyuk melakukan pemeriksaan silang. TKP sudah diperiksa berkali-kali, tapi suatu hari, senjata pembunuhan itu yang tidak dapat ditemukan sebelumnya, muncul entah dari mana. Bukankah ini mencurigakan?
"Baiklah, ini kemungkinan belaka. Mungkinkah DNA korban pada senjata itu bisa dibuat? Misalnya, seseorang bisa mendapat darah korban ari pakaian atau barang dan ditaruh di atas senjata." Lanjut Eun Hyuk.
Dokter itu tidak bisa mengatakan klaim Eun Hyuk tidak mungkin, tapi pada saat bersamaan Eun Hyuk bisa membuktikan klaim itu mungkin.
"Tapi ini mungkin saja." Sela Eun Hyuk dan ia mengakhiri pemeriksaan silangnya.
Selanjutnya hakim meminta Ji Wook untuk memberikan argumen penutup. Ji Wook pun berdiri dan membacakan argumen terakhirnya.
"Terdakwa, Eun Bong Hee, didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama setelah memancing korban, Jang Hee Jun ke apartemen yang berada di Kota Goyang, Prov. Gyeonggi pada 11 Mei 2015."
Ayahku bilang dia kehilangan saudaranya karena penjahat.
Ji Wook kecil, sering diam-diam masuk ke ruang kerja ayahnya dan memakai jubah jaksa ayahnya. Ayahnya pura-pura marah tapi kemudian memeluknya sayang.
Ayahku menjadi jaksa seperti bebek yang berada di air. Dia menjauhkan diri dari jaksa politik dan korup. Dia mengambil kasus kriminal dan melawan kejahatan. Ayahku... adalah pahlawanku.
Tapi ayah Ji Wook meninggal. Ji Wook sangat sedih karenanya.
Sama seperti saudaranya, ayahku menjadi korban kejahatan. Aku ingin memenuhi impian ayahku yang tidak bisa dia penuhi. Aku... ingin menjadi seperti ayahku.
Sebelum Ji Wook memulai sidang, ia melihat bayangan ayahnya di depan gedung pengadilan.
Aku ingin melawan kejahatan seperti ayahku, menangkap penjahat sebanyak mungkin, dan suatu hari nanti, aku mati sebagai jaksa. Tapi...
Ji Wook melanjutkan dakwaannya, "Oleh karena itu, saya menuntut hukuman maksimum. Terdakwa merencanakan pembunuhan tersebut, Terdakwa tidak menyesali kejahatannya, terdakwa berbohong selama persidangan, dan keluarga korban meminta hukuman seberat mungkin. Dengan mempertimbangkan hal ini, menurut Pasal 250 KUHP, Saya meminta agar Terdakwa dijatuhi hukuman 15 tahun penjara atas pembunuhan tingkat pertama."
Bong Hee tercengang mendengarnya. Ia seperti tidak menyangka Ji Wook akan mendakwanya seperti itu. Ji Wook tidak punyapilihan lain, ia harus melindungi karirnya tapi sebenarnya ia juga bimbang soalnya Bong Hee bilang kalau sangat mempercayainya.
Eun Hyuk menyampaikan pembelaan, Argumen jaksa bahwa terdakwa membunuh korban didasarkan pada bukti tidak langsung dan keraguan yang tidak masuk akal...
Belum selesai Eun Hyuk menyampaikannya, Ji Wook tiba-tiba berdiri. Hakim pun menegurnya untuk duduk kembali.
"Yang Mulia! Saya ingin... mengajukan bukti tambahan."
Ji Wook menyampaikan yang sesungguhnya bahwa ada satu lagi senjata yang telah ditemukan. Kedua senjata itu ditemukan pada hari yang sama di tempat yang berbeda.
Ji Wook juga menjelaskan bahwa darah Hee Joon ada di kedua pisau itu. Ia lalu menunjukkan slide denah senjata kedua ditemukan yang Jaraknya sekitar 7 km dari TKP.
"Mengingat waktu kematian dan waktu respon ambulans, tidak mungkin jika terdakwa melakukan perjalanan sejauh itu setelah membunuh korban untuk menyembunyikan senjata. Entah dia memiliki kaki tangan yang bisa membuang senjatanya, atau dia adalah manusia yang bisa teleportasi, ini tidak mungkin."
"Lalu mengapa Anda mengajukan bukti ini sekarang?" Tanya hakim.
"Saya sengaja mengecualikan bukti ini. Bagi saya, melanjutkan persidangan lebih penting dari kebenaran itu sendiri. Jika ada dua senjata pembunuhan, itu berarti salah satunya dibuat. Yang berarti senjata tersebut bukan bukti yang bisa diterima. Jadi, menurut Pasal 255 Hukum Acara Pidana, jaksa berusaha untuk menolak tuduhan tersebut." Setelah mengatakannya Ji Wook kembali ke tempat duduknya dan ia tampak sangat menyesal.
Nyonya Park tidak mengerti sama sekali apa yang terjadi. Ia bertana pada hadirin yang lain. Kebetuan, Tuan Byeon ada dibelakangnya jadi beliau menjelaskan.
"Jaksa menggali kuburannya sendiri, dan dia akan membebaskan terdakwa."
"Benarkah?"
"Jaksa mengakhiri kasus ini dengan tangannya sendiri. Terdakwa, Eun Bong Hee-ssi, akan dibebaskan. Itu berarti, dia bisa pulang ke rumah."
Nyonya Park sangat senang mendengarnya.
Tapi Bong Hee tidak tampak sesenang itu, ia menghawatirkan Ji Wook kayaknya.
Usai sidang, Ji Wook keluar duluan. Para reporter menyerbunya untuk memberikan komentar tapi Ji Wook melalui mereka begitu saja.
Setelah Ji WOok, Bong Hee keluar didampingi Eun Hyuk. Para reporter pun berganti mengerumuni Bong Hee. Tapi Bong Hee juga tidak mempedulikan mereka ia malah menatap punggung Ji Wook yang makin menjauh.
Saat hendak masuk bis, Bong Hee berhenti. Ia mendengar lagu yang sama persis seperti yang ia dengar malam itu. Lagu yang didengarkan oleh pria bersepeda yang melewatinya malam itu. Bong Hee celingukan mencari asal suara itu tapi ia tidak menemukan siapa-siapa.
Tuan Jang sangat marah pada Ji Wook. Ia sampai menampar Ji Wook 4 kali dengan amat sangat keras. Ji Wook menerimanya saja tanpa protes.
Bong Hee dan ibunya kembali ke rumah Bong Hee. Ibu menahan tangan Bong Hee yang akan masuk kesana.
"Aku tak apa." Bong Hee meyakinkan ibunya lalu merangkul ibunya masuk.
Ji Wook minum-minum dengan Tuan Byeon. Tun Byeon heran, harusnya kan Ji Wook tidak perlu sampai begitu. Ji Wook juga tampak menyesalinya.
"Kau melakukan itu, takutnya... kejaksaan meminta banding bahkan jika dia dibebaskan."
"Entahlah."
Bong Hee cerita pada ibunya kalau kejaksaan tidak akan banding. Ketika seorang jaksa menjatuhkan dakwaan, mereka tidak dapat menuntutnya lagi kecuali mereka menemukan bukti lain yang membuktikan dirinya bersalah.
"Yang jelas, biar ibu paham."
"Jadi artinya... kejaksaan tak bisa menangkapku kecuali mereka menemukan bukti penting yang menunjukku sebagai pembunuh."
"Ibu sangat lega. Itu masuk akal."
Bong Hee bilang pada ibunya kalau Ji Wook berkoban besar untuknya.
Tuan Byeon bertanya, apa hubungan Ji Wook dengan Bong Hee sampai Ji Wook melakukan itu untuk Bong Hee.
"Takdir." Jawab Ji Wook.
Saat ibunya tidur, Bong Hee mengendap keluar. Ia membuka buku diary-nya. Disana ia menemukan tulisan lain.
Ji Wook yang menulisnya, "Juga"
Ji Wook harus kehilangan pekerjaannya, artinya ia menanggalkan jubahnya.
"Hati nurani Anda mengecewakanku. Kupikir akan mudah bagimu untuk mengabaikan kebenaran." Ucap Sek Bang lalu menyerahkan papan nama Ji Wook.
Ji Wook menerimanya dan memasukkannya bersama barang-barangnya yang lain. "Aku yakin aku lebih kecewa darimu. Kebenaranku pasti mengecewakanku." Balasnya.
Sementara itu, Bong Hee kembali magang. Ia berjalan ke gedung kejaksaan dengan penuh senyum.
Terbakar dan terluka oleh pria, kupikir aku takkan pernah bisa lagi mempercayai seseorang. Tapi aku mulai percaya dan menyukai seseorang lagi.
Dia adalah Pria itu. Orang yang menyelamatkanku.
Bong Hee berjalan menuju Ji Wook dan Ji Wook juga berjalan menuju ke arahnya. Lalu mereka berhenti berhadapan.
"Kupikir kita bertemu karena takdir." Ucap Ji Wook.
Bong Hee tersenyum, ia juga berpikir Ji Wook adalah takdirnya. Tapi ternyata Ji Wook masih belum selesai, Ji Wook menganggap pertemuan mereka adalah takdir yang buruk.
"Jadi... mari kita, jangan pernah berurusan lagi."
Ji Wook lalu pergi melewati Bong Hee.
>
EmoticonEmoticon