Sinopsis Lookout Episode 6
Sumber Gambar: MBC
Soo Ji masuk dalam lapangan golf tapi ia ragu, yakin Kim Woo Sung ada disana? kyung Soo merasa Soo Ji sudah berada di tempat yang tepat, ia lalu memastikannya lagi.
"Tahun lalu, di toko online Dae Bak, telah terjadi peretasan informasi pribadi." Jelas Kyung Soo sembari mengkoding sesuatu.
Bo Mi kaget, soalnya ia sering belanja disana. Kyung Soo menenangkan, seluruh Korea juga belanja di situ.
"Kau peretasnya?" Tanya Soo Ji.
"Apa? Aku bukan orang jahat semacam itu. Aku hanya meretas para peretas yang mencuri informasi pribadi orang lain."
"Mencuri dari pencuri pun tidaklah baik."
"Tapi, begitulah caraku mengetahui keberadaan Kim Woo Sung."
Kyung Soo menemukan bahwa Woo Sung tidak membatalkan pemesanan tiketnya. Jadi Woo Sung pasti ada disana.
Soo Ji meneropong Woo Sung, ia tak menyangka, bahkan setelah semua yang Woo Sung lakukan, dia tampaknya masih menikmati hidupnya. Dia sudah menikah setahun yang lalu, tapi sekarang punya kekasih gelap.
"Dia berbakat sekali." Ujar Kyung Soo iri.
"Kau iri padanya?" Tanggapan Bo Mi.
"Bagaimana bisa kau berkata begitu setelah melihat tangis orang-orang yang dibuat olehnya?" Imbuh Soo Ji.
"Kakak-kakak, tenanglah. Kadang kala, aku memang.. suka bicara tanpa berpikir." Jelas Kyung Soo takut-takut.
"Itu penyakit. Penyakit idiot." Jawab Bo Mi.
Woo Sung bergerak, ia mengantar pacarnya ke apartemen. Kemudian langsung pulang ke apartemennya sendiri. Sedaritadi Soo Ji mengikutinya.
Soo Ji bertanya pada Kyung Soo, dimana Woo Sung tinggal?
"Unit 103, Kamar 1002. Tapi kenapa?"
"Kau kenal pencuri yang keluar masuk sebuah rumah tanpa diketahui sang pemilik? Kali ini, aku akan memakai taktik seperti itu."
Soo Ji memasang kamera di dekat tangga untuk merekam saat Woo Sung menekan password pintu rumahnya.
Rencananya berjalan mulus, ia bisa langsung tahu berapa password rumah Woo Sung.
Soo Ji memberi pilihan, siapa yang mau mengirim keluar Kim Woo Sung dari rumahnya agar ia bisa berkeliling? Kyung Soo menjawabnya terlebih dahulu, biar ia telepon Kim Woo Sung, lalu mengatakan dia harus memindahkan mobilnya karena area parkir akan dibersihkan.
"Tidak usah. Beri saja nomor ponselnya padaku. Itu bukan tugas untuk bocah lugu sepertimu." Bantah Bo Mi.
"Benar juga. Aku terlalu baik untuk berbohong."
"Bukan hatimu yang kumaksud. Tapi otakmu yang murni dan seputih salju."
"Aku tidak butuh bantuan kalian." Ujar Soo Ji.
Keduanya emosi, KENAPA? Karena Woo Sung sudah keluar sendiri.
Soo Ji melihat sebuah foto keluarga di dinding, tapi kelihatannya istri dan anaknya sudah lama pergi.
"Keluarganya mungkin di luar negeri." Tebak Kyung Soo.
"Kim Woo Sung mungkin sudah membunuh mereka." Tebak Bo Mi. Ini sepertinya pengalaman pribadi deh, soalnya Bo Mi suka sekali menduga orang membunuh orang lain.
"Ayolah, kau membuatku takut!" Larang Kyung Soo.
"Aku tidak yakin soal itu, tapi kelihatannya mereka bukan keluarga bahagia. Mobil luar negeri, klub golf, dan apartemen. Dia baj* tapi... memiliki banyak uang. Dimana dia sekarang?" Jelas Soo Ji sambil melihat tagihan macam-macam di meja.
Bo Mi mengamati kemana mobil Woo Sung pergi tapi ia kehilangannya karena Kyung Soo hanya meretas CCTV di jalanan utama. Ia kehilangan dia di sekitar Yeongpyeong-dong.
"Jangan khawatir. Kurasa, aku tahu dimana dia. Kurasa, dia pergi ke perusahaannya." Jawab Soo Ji saat menemukan kartu nama, ia lalu mengirimnya pada Bo Mi untuk di cek.
Woo Sung benar-benar kesana tapi bersama seseorang. Orang itu adalah Je Myung Hoon. Soo Ji pernah menangkapnya dulu setelah kejar-kejaran sengit dan sedikit mengancam.
"Kyung Soo-ya, aku butuh bantuanmu."
"Oke. Apa saja, katakan."
"Apakah ada cara menyadap percakapan mereka secara rahasia?"
"Itu mudah sekali. Kak, tahu apa yang tak akan orang jauhkan dari mereka?"
"Bisa-bisanya kau mengajak dia berteka-teki sekarang?" Bo Mi ikut bicara.
"Kau memegangnya juga. Handphone."
"Kau hendak meretas handphonenya?" Tanya Soo Ji.
"Ya, aku bahkan tidak perlu kemana-mana. Hanya perlu melakukan beberapa tahap."
Sepertinya Woo Sung baru pertama membawa Myung Hoon kesana. Woo Sung mengajak Myung Hoon sering-sering main golf, tapi Myung Hoon tak bisa. Maka Woo Sung berjanji untuk mengajarinya.
Kyung Soo mengirim pesan pada Woo Sung, gambar wanita, jika ingin tahu lebih lanjut harus membuka link yang disertakan dalam SMS. Sayangnya Woo Sung langsung menghapus SMS itu.
Kyung Soo tak mengerti kenapa Woo Sung tidak terpancing, padahal 90% pria tergiur olehnya. Bo Mi sudah menduga, tidak ada yang beres kalau Kyung Soo terlalu percaya diri. Soo Ji yang sedang naik motor bertanya, apa tidak punya cara lain?
"Jika seperti ini, kau harus masuk ke dalam."
"Tidak bisa. Kim Woo Sung tahu wajahku."
"Kalau begitu, aku yang lakukan?"
Bo Mi menentangnya, ia sudah mendapat firasat buruk. Jangan lakukan! Jangan lakukan! Kyung Soo menyindir Bo Mi yang bahkan tidak pernah keluar rumah. Kyung Soo beres-beres, ia akan menunjukkan kemampuannya sebenarnya kali ini jadi Bo Mi akan melihat sendiri kalau otaknya ini tidak kosong.
"Bagaimana caramu meretas ponsel Kim Woo Sung?" Tanya Bo Mi.
"Aku pernah mempelajari sesuatu. 101 Trik Pencopet. Alihkan dulu pandangan target."
"Apa artinya kau pernah masuk penjara juga?" Tanya Soo Ji.
"Ya, hanya sebentar. Sekedar kunjungan saja tepatnya hehehe. Bagaimapun, ini yang terpenting. Aku akan masuk dan mengalihkan penuh perhatiannya."
"Oh, baiklah. Aku tidak terlalu paham ucapanmu, tapi cepatlah." Jawab Soo Ji.
"Jangan khawatir dan saksikan pertunjukanku saja, Kakak-kakak."
Maka Kyung Soo pun berangkat dengan yakin.
Woo Sung dan Myung Hoon ternyata lama tidak bertemu. Myung Hoon mau bertemu soalnya Woo Sung bilang ada pekerjaan untuknya, jadi cepat katakan saja.
"Kita bertemu lagi setelah sekian lama, jangan buru-buru. Aku sebenarnya ingin mengajakmu makan malam yang lezat, tapi kurasa tempat ini lebih baik untuk obrolan kita."
"Kenapa? Di sini lumayan. Bukankah kau meneleponku hanya ingin pamer hidupmu sudah hebat sekarang?"
"kudengar, kau sudah berhenti dari narkoba dan hidup dengan baik sekarang."
"Gara-gara kau."
"Hei! Aku bahkan tak tahu kau ditahan karena aku. Juga, kau yang bilang padaku. Bagaimanapun, ini semua terjadi karena aku. Aku sungguh minta maaf. Kudengar ayahmu kolaps, dan kau melewati masa-masa yang berat."
"Jadi, apa sebenarnya maumu?"
Woo Sung berjanji akan membatu Myung Hoon sekarang, ia akan membuat Myung Hoon hidup enak. Myung Hoon menanyakan cara Woo Sung membantunya tapi tiba-tiba Listriknya mati.
Semua itu ulah Kyung Soo, saat ini ia di depan sedang mengaktifkan Remote Kontrol Ponsel.
Kyung Soo masuk ke dalam sebagai orang dari kantor manajemen, ia sengaja mengarahkan senternya ke mata Woo Sung. Woo Sung kesal dan meminta Kyung Woo menyingkirkan senternya.
Kyung Soopura-pura merasa bersalah lalu mendekatinya untuk minta maaf, tapi tujuan sebenarnya adalah menempelkan ponselnya pada ponsel Woo Sung. Setelah instalan 100% (sukses) ia permisi keluar untuk memeriksa transmisi di luar.
Soo Ji ternyata ada diluar, selama Kyung Woo di dalam ia sangat khawatir. Dan saat Kyung Soo keluar ia bisa bernafas lega. Ia lalu bergabung dengan Kyung Soo dalam mobil.
"Kau lihat?" Tanya Kyung Soo pada Bo Mi.
"Cih! itu cuma kebetulan saja." balas Bo Mi.
Kyung Soo menjelaskan mulai sekarang mereka bisa tahu apapun yang Kim Woo Sung lakukan.
Myung Hoon meminta Woo Sung untuk lekas bicara karena ia harus berangkat kerja. Oh ya, semua pembicaraan mereka terekam oleh kamera ponsel Woo Sung yang sidah diretas Kyung Soo.
"Bukan benda. Tapi orang." Kata Woo Sung.
"Aku tidak bekerja semacam itu lagi!" Tegas Myung Hoon hendak pergi tapi Woo Sung menghalanginya.
"Ini yang terakhir. Sekali ini saja. Aku punya rencana. Kau hanya perlu mengantarkan orang itu ke sana. Saat kudapatkan uang asuransinya, kau akan dapat bagian besar."
"Siapa orangnya?"
"Tanpa CCTV maupun ponsel, ayo kita bicara di tempat rahasia semacam itu dulu."
Soo Ji kecewa karena hanya sampai situ percakapan mereka yang terekam.
"Kenapa mereka tidak mengungkap bagian terpentingnya?" Sesal Kyung Hoon.
"Sudah kuduga, hanya untuk menyadap ponselnya saja kau sudah berlebihan. Tapi, apa maksudnya mengirim seseorang begitu?" Tanya Bo Mi.
Soo Ji menjelaskan kalau mereka ingin menculik seseorang. Woo Sung sulu dibebaskan meski sudah menyerahkan diri sukarela. jadi kini dia jadi semakin nekat.
"Kita harus tahu siapa targetnya sebelum dia mulai bergerak." Tutup Soo Ji.
"Rencana akan dieksekusi besok. Bagaimana cara mengetahuinya?" Tanya Bo Mi.
"Penerima uang asuransinya adalah Kim Woo Sung. Pasti orang dekatnya. Salah seorang anggota keluarga atau teman yang tidak memiliki keluarga atau pasangan."
"Seseorang yang hidup sebatang kara tanpa keluarga maupun pasangan." Gumam Kyung Soo.
Soo Ji menyimpulkan orangnya adalah kekasih Woo Sung.
Bo Mi tak menyangka, rupanya Woo Sung sengaja mendekati gadis itu demi uang asuransi. Tapi Kyung Soo memiliki kesimpulan lain, bisa saja kakak Woo Sung sendiri.
Kyung Soo lalu melihat pesa-pesan di ponsel Woo Sung untuk kakaknya dan kesannya Woo Sung seperti penguntit kakaknya. Soo Ji yakin antar saudara tidak mungkin saling menguntit, tapi kakaknya tidak mau menerima telepon dari Woo Sung. Jadi Soo Ji menebak mungkin saja mereka bertengkar.
"Dengan kemampuanmu itu, bisa kau caritahu lebih dari bayanganku perihal kakaknya?" Tanya Soo Ji sedikit memuji Kyung Soo.
"Sekarang kau sudah memahami pria seperti apa aku ini. Tentu saja."
Dengan kecepatan luar biasa Kyung Soo bisa menemukan data diri Kakaknya Woo Sung. Namanya Kim Woo Jin, setahun lebih tua dari Kim Woo Sung. Tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh. Hubungan mereka tidak tampak buruk. Woo Jin bahkan tampak begitu menyayangi keponakannya.
"Aku tidak melihat foto keluarga. Dia pasti masih lajang." Kesimpulan Soo Ji.
"Mereka masih dekat sampai tahun lalu."
Soo Ji melihat foto keluarga Woo Sung bersama istri, anak, kakak, dan ibunya. Foto itu diambil beberapa hari sebelum Kim Woo Sung menyerahkan diri. Woo Jin masih melindungi adiknya sampai saat itu. Lalu, apa yang terjadi selanjutnya sampai hubungan mereka renggang?
"Tidak mungkin. Apa masuk akal dia mencoba membunuh kakaknya sendiri?" Kyung Soo bertanya-tanya.
"Kenapa tidak? Manusia bisa menjadi sangat rumit. Karena begitulah manusia." Jawab Bo Mi.
"Bicaramu lagi-lagi pahit."
Soo Ji melerai, mereka harus tetap berpikiran terbuka. Soo Ji meminta Kyung Soo untuk meneliti isi ponsel Kim Woo Sung, dan daftar kemungkinan korbannya.
"Apa? Memeriksa semua ini? Memeriksa semua email dan pesan masuk... bisa menghabiskan waktu semalaman." Keluh Kyung Soo.
Bo Mi menegur, apa Soo Ji tidak sedang salah tanggap? Soo Ji bukan lagi detektif sekarang. Mereka hanya perlu membuat polisi asli menangkap Kim Woo Sung. Soo Ji tahu. Tapi jika mereka melakukan kesalahan, seseorang bisa mati.
Soo Ji menyarankan untuk melaporkan pada polisi saja. Dengan begitu, kita bisa mencegah rencananya sekaligus menangkap Kim Woo Sung. Bo Mi bertanya, bagaimana caranya? Bukti apa yang kiranya akan membuat polisi langsung bergerak?
"Kita kan sudah meretas ponselnya. Kita serahkan saja rekamannya." Jawab Kyung Soo.
"Meretas saja sudah masuk tindak kriminal! Sekalipun kita bilang ini demi menangkapnya, pengadilan tidak akan mau menerima. Kita tidak boleh terlihat. Mau kita semua tertangkap sebelum dendam terbalaskan?"
Soo Ji bersikeras, mereka pasti akan menangkap Woo Sung. Tapi, ia tidak mau ada korban dalam prosesnya.
"Apa sebenarnya yang coba kau lakukan?" Desah Bo Mi.
"Polisi paling tidak butuh lima menit untuk sampai di TKP. Jika kita menelepon terlalu cepat, mereka tidak akan tertangkap basah. Namun jika terlambat, seseorang akan mati."
Soo Ji beralih ke Kyung Soo, "Kita temukan dulu siapa target Kim Woo Sung sebenarnya." Lalu kembali pada Bo Mi lagi, "Pastikan timing-nya tepat."
"Bagaimana caranya untuk mengetahuinya?!" Bentak Bo Mi.
"Oke, oke. Aku mengerti, jadi berhenti berdebat. Aku akan begadang untuk mendapatkannya." Akhirnya Kyung Soo mengalah.
Soo Ji mengawasi Kyung Hoon yang mulai melakukan pergerakan. Iamelapor pada yang lain bahwa Myung Hoon barusan berangkat.
"Kekasih Kim Woo Sung masih di rumah. Kim Woo Jin... barusan naik bis." Jawab Bo Mi.
Kyung Hoon yang begadang semalaman menemukan bahwa Woo Sung ternyata mempekerjakan detektif swasta tiga bulan lalu. Kyung Soo mengandai, jika saja Woo Sung ke kantor mereka, maka selesailah sudah misi mereka.
Soo Ji bertanya, apa Kyung Soo dapat sesuatu soal itu? Kyung Soo tidak mendapat banyak, mereka mengobrol beberapa hari lalu, dan dia membayar si detektif itu.
"Kapan panggilan terakhirnya?"
"Dua hari lalu."
"Dua hari lalu? Esok harinya, dia menginstruksikan Choi Myung Hoon untuk penculikan. Cepat caritahu mereka dipekerjakan untuk apa!"
Soo Ji bergerak mengikuti mobil Myung Hoon.
Bo Mi merasa menemukan targetnya, Kim Woo Jin yang saat ini sedang menuju posisi mereka. Soo Ji Menoleh ke belakang, Bis Woo Jin sudah semakin dekat. Ia lalu menyuruh mereka untuk menelfon polisi segera.
Bo Mipura-pura sedang diculik, sementara Kyung Soo merekam suaranya untuk melaporkannya pada polisi.
Woo Jin sudah semakin dekat tapi polisi masih belum bergerak. Soo Ji sudah siap dengan menghidupkan motornya. Tapi saat Woo Jin sudah sampai di sampingmobil Myung Hoon tidak ada yang terjadi.
"Kita salah. Bukan dia." Ucap Soo Ji.
Kyung Soo kembali menemukan sesuatu, Woo Sung mempekerjakan detektif swasta untuk mencari istri dan anaknya.
Soo Ji mengerti sekarang, diseberang ada anak Woo Jin yang melambai pada Woo Jin. Taeget Woo Sung adalah puterinya sendiri, setelah Myung Hoon memastikan siapa puteri Woo Sung, mereka langsung putar arah dan membawa puteri Woo Sung (Sae Bom).
Sae Bom di dalam mobil menangis memanggil ibunya. Soo Ji terus mengikuti mereka dengan motornya.
Soo Ji teringat Yu Na saat melihat Sae Bom di dalammobil. Kemudian ia memukulkaca jendela mobil dengan tongkat sehinggasupir terpaksa menghentikan mobilnya.
Soo Ji mencopot helm-nya lalu melemparkannya ke kaca depan mobil dengan kesal. Selanjutnya ia berjalan ke samping mobil untuk mengambil Sae Bom tapi pria disamping Sae Bom menutup kembali pintunya dan menjauhkan Sae Bom.
Pria yang disamping Sae Bom mendorong Soo Ji supaya lepas pegangannya dari mobil. Kyung Soo memanggil-manggil Soo Ji karena mendengar suara aneh. Sementara Bo Mi yang mengetahui situasi seperti apa meminta Soo Ji memegang dengan erat.
Sampai akhirnya Soo Ji terlempar di tengah jalan. Tepat saat itu sebuah truk melaju ke arahnya. Bo Mi sampai menutup matanya, tidak berani melihat.
Soo Ji sungguh beruntung, truk itu tepat berhenti di depannya, walaupun tubuhnya masuk ke kolong truk, tapi untung saja ia tidak terlindas.
"Noonim, Kau baik-baik saja?" Tanya Kyung Soo tapi tidak ada yang menjawabnya.
Soo Ji mengerahkan tenaganya bangkit dan menjauh dari sana. Kyung Soo bertanya lagi, apa yang terjadi?
"Bukan apa-apa." Jawab Bo Mi.
Soo Ji kembali ke motornya, ia tidak membuang waktu dan langsung mengejar mobil yang membawa Sae Bom.
Do Han belanja jas mahal, tak lupa ia meminta sanga manajer toko untuk memotretnya dengan jas mahal itu. Setelahnya, Do Han akan meng-upload-nya ke instagram tapi Bujangnim Oh keburu menelfonnya.
Kali ini Do Han berpura-pura sakit dan menjawabnya dengan nada selemah mungkin. Bujangnim Oh menyuruhnya ke kantor polisi sekarang juga.
"Ini... tentang Kim Woo Sung? Siapa... yang muncul?" Do Han tampak sangat terkejut.
Yang dimaksud muncul adalah Soo Ji, karena ia terekam CCTV saat polisi mendapat laporan penculikan.
Do Han tersenyum, "Kau masih merasa dia itu detektif? Itu sebabnya dia masih berkeliaran di luar sana. Dia itu bukan detektif. Dia buronan."
"Kami juga tahu itu." Jawab Soon Ae.
Do Han marah, "Dan kalian masih diam di sini? Cepat keluar dan tangkap dia!"
Soon Ae balik membentak bawahannya, "Kenapa kalian masih di sini? Kenapa?"
Semua orang bergerak, tapi Soon Ae berbalik untuk bicara pada Do Han, "Jang Do Han Geomsanim (jaksa). Kami akan mengerjakan tugas kami. Kau juga bekerjalah dengan baik sebagai Jaksa."
Kekesalan Do han masih belum reda, ia menatap tajam gambar Soo Ji di layar. "Kau. Apa yang sebenarnya coba kau lakukan?"
>
1 komentar:
terima kasih mba... lanjut ya nulis sinopsis nya... Semangat....
EmoticonEmoticon