-->

Sinopsis Introverted Boss Episode 9 Part 1

- Februari 21, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN



Hwan Gi dan Woo Il sudah mabuk. Ro Woon memberi aba-aba agar mereka mulai bicara karena dari tadi mereka hanya saling melotot satu sama lain.

"Um... Apa kau akan mengatakan aku pendendam lagi sekarang karena tidak kunjung bicara?" Tanya Hwan Gi.

"Aku membuatmu marah? Kau mendendam lagi?" Tanggapan Ro Woon.



Hwan Gi mendesah, ia tidak bicara karena mencoba berhati-hati. Hwan Gi menyindir Woo Il, apa Woo Il tahu artinya mencoba berhati-hati? Hwan Gi mencoba memahami orang lain, bahwa mereka mungkin memiliki alasan sendiri dan suatu saat akan tersadar dan berhenti. Ia menahan diri dan menunggu. Ia melewati banyak hal sampai akhirnya bicara seperti ini.

"Aku ingin kau tahu itu." Tutup Hwan Gi.


Woo Il memukul meja dengan botol, "Hwan Gi! Kau pikir aku selalu mengatakan semua yang kumau?"

"Kurasa begitu."

"Tidak."

"Tidak?"

"Tidak!"

"Astaga. Aku ragu."

"Aku bicara lebih banyak dbanding kau karena memang banyak yang harus kukatakan. Namun jarang bisa mengatakan yang benar-benar kuinginkan. Aku juga berhati-hati. Aku berpikir secara mendalam dan menahannya. Kau tahu itu? Tidak, kau tidak tahu."

"Kau berpikir dan menahannya?"


Ro Woon menyela, ia bisa memahami mereka berdua dan menyuruh mereka untuk mulai saling mengungkapkan yang benar-benar diinginkan. Woo Il akan mulai duluan tapi Hwan Gi malah membentaknya.

Hwan Gi lalu mencari minumannya, ia kehilangan minumannya. Di meja masih ada satu gelas dan Woo Il meminumnya. Hwan Gi mengatakan kalau mereka butuh lebih banyak minuman sekarang. Woo Il menawarkan diri untuk mengambilnya.

"Kau tetap di sini! Jangan kabur!" Ujar Woo Il.

Woo Il berdiri dari kursinya untuk mengambil minuman tapi ia malah terjatuh. Hwan Gi berteriak senang karena ia akhirnya menang. Ro Woon kemudian membawa Woo Il ke hotel.


Wo Woon kembali ke Bar dan mendapati Hwan Gi ketawa ngakak karena foto jeleknya. Ro Woon melihat foto itu juga dan ia juga mengakui kalaudirinya jelek di foto itu.


Ro Woon merangkul Hwan Gi untuk membawanya ke Hotel. Selama perjalanan pun Hwan Gi masih menertawakan foto Ro Woon.

"Lakukan. Tertawalah sepuasmu. Kau tidak tertawa saat aku memintamu." Kesal Ro Woon.


Ro Woon membaringkan Hwan Gi tapi ia malah ikutan jatuh ke tempat tidur dan saat akan bangun tangan Woo Il menimpa tubuhnya, ia pun tidak bisa bergerak.


Mata Ro Woon dan Hwan Gi bertemu membuat Ro Woon deg-degan. Hwan Gi memegang wajah Ro Woon.

"Dia sangat jelek." Ujar Hwan Gi yang kemudian ketawa dan pelan-pelan tertidur.

"Aku tidak tahu dia bisa tertawa selepas ini. Dia terlihat tampan." Gumam Ro Woon sambil tersenyum.


-= Episode 9 - Jika Kau Mendengar... =-


Se Jong mencari Ro Woon kemana-mana tapi tidak menemukannya. Jelas saja karena Ro Woon ketiduran di kamar Hwan Gi. Ia tidur diantara dua pria.


Woo Il merasakan ada kaki menindihnya. Karena menganggap itu kaki Hwan Gi, ia menyuruh Hwan Gi untuk memindahkan kakinya. Hwan Gi minta maaf dan memindahkan kakinya.

Hwan Gi lalu meminta Woo Il memindahkan kepalanya dari lengannya. Woo Il tidak merasa menggunakan lengan Hwan Gi sebagai bantal.

"Kubilang pindahkan kakimu! Berat, tahu!" Kesal Woo Il.

"Sudah, kok!"

Tanpa membuka mata Woo Il menyungkirkan kaki yang menindih kakinya. Ro Woon menggeliat karena hal itu dan memeluk Hwan Gi. Hwan Gi kesal dan menyuruh Woo Il melepaskannya.

"Bicara apa, sih?" Woo Il juga kesal dan ia membuka matanya, ternyata Ro Woon lah yang mengganggu mereka tadi. Hwan Gi juga membuka matanya dan ia terkejut melihat Ro Woon memeluknya.


Hwan Gi meminta Woo Il untuk memindahkan kepala Ro Woon dari lengannya dengan pelan-pelan. Mereka bekerja sama agar tidak sampai membangunkan Ro Woon. Lalu mereka cepat-cepat keluar kamar.


Setelah sampai di luar, Woo Il tersenyum lebar setelah tadi menahannya. Woo Il lalu menawari Hwan Gi untuk minum kopi bersama. Hwan Gi menjawabnya dengan hembusan nafas berat.


Woo Il mengatakan kalau Ro Woon sangat aneh. Dengan Ro Woon, mereka mungkin bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Berkat Ro Woon, mereka bertengkar, berdebat, dan tertawa seperti dulu. Woo Il ingin di masa depan tetap seperti itu.

"Agar bisa terwujud, sebaiknya aku... tidak menikahi Yi Soo. Aku mengatakan ini sejujurnya padamu... karena tidak ingin kehilangan dirimu (sebagai teman). Mungkin aku serakah, tapi aku ingin kau memahami aku. Kau tidak akan pernah mengungkit... peristiwa tiga tahun lalu, 'kan?"


Woo Il kembali mengingat Ji Hye di mobilnya yang sangat ketakutan karena merasa sudah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan padanya. Woo Il waktu itu memeluknya dan melarang Ji Hye berpikiran seperti itu.


"Aku merasa sangat bersalah padanya (Ji Hye) jika tetap bersama Yi Soo. Juga, tidak benar bertahan dengan Yi Soo dengan perasaan seperti ini. Aku baru sadar telah membiarkan dia pergi seburuk itu. Kesalahan terbesar yang sudah kulakukan adalah... tidak memilih dia. Aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama." Aku Woo Il.

Hwan Gi juga tidak akan mengulang kesalahan yang sama, ia tidak akan bimbang lagi. Woo Il tidak mengerti dengan maksud Hwan Gi.

"Orang yang kau maksud hendak kau pilih... adalah adik Nona Chae."

"Apa?"

"Chae Ro Woon adalah... adik Chae Ji Hye. Kau mengerti?"


Woo Il tidak percaya awalnya tapi melihat ekspresi serius Hwan Gi, ia menjadi tegang. Woo Il bertanya, kenapa Hwan Gi tidak bilang padanya mengenai siapa Ro Woon sebenarnya.

"Aku sudah menyuruhmu memecat dia."

"Kau sudah tahu sejak awal? Kenapa kau tidak... Tunggu. Kenapa Ro Woon memilih bergabung dengan perusahaan kita?"

"Biarkan saja... dia. Jangan lakukan apa pun padanya."

"Apa yang kau..."

"Sekarang, aku... tidak bisa melepaskan dia."


Ro Woon terbangun. Setelah melihat sekeliling, ia tersadar sedang berada di kamar siapa. Ia pun terperanjat kaget. Tapi beruntung disana tidak ada Hwan Gi.


Se Jong masih mencari-cari Ro Woon dan memergoki Ro Woon keluar dari kamar Hwan Gi. Ro Woon mengelak, ia ke kamar Hwan Gi untuk mencari Hwan Gi. Se Jong tidak percaya karena ia melihatnya sendiri.


Se Jong langsung masuk ke kamar Hwan Gi untuk memastikan. Ro Woon kekeh kalau ia hanya sedang mencari Hwan Gi saja.

"Pagi-pagi begini?"

"Sarapan. Dia kan harus sarapan."

"Hanya untuk mengajaknya sarapan, kau buru-buru kesana sesaat setelah bangun tidur? Kau bahkan belum membasuh wajahmu. Rambutmu berantakan."

Se Jong bahkan menelfon Gyo Ri yang sekamar dengan Ro Woon. Ia pura-pura penasaran apa Gyo Ri tidur dengan nyenyak atau tidak. Ia menanyakan dimana Gyo Ri dan akan segera menemui Gyo Ri. Ro Woon berusaha merebut ponsel Se Jong tapi usahanya sia-sia.

Se Jong buru-buru keluar untuk menemui Gyo Ri. Ro Woon berusaha menghentikannya tapi Se Jong terus menampik tangan Ro Woon yang menyentuhnya.


Woo Il masih tidak mengerti maksud Hwan Gi sama sekali. Hwan Gi menjelaskan kalau Ro Woon datang untuk membalas dendam. Ro Woon yang merilis artikel soal ia menyalahgunakan kekuasaan.

"Apa itu benar? Kenapa kau... merahasiakannya?" Kesal Woo Il.

"Karena dia bisa terluka. Itu sebabnya tidak kukatakan padamu."

"Yaa! Kalau Ayah sampai tahu..."

"Jadi, rahasiakan darinya. Jangan katakan apa pun pada Ro Woon. Dia tidak tahu kalau aku mengetahuinya."

Pembicaraan mereka terhenti saat mendengar Ro Woon mengejar Se Jong.


Se Jong jadi lebih curiga karena Ro Woon mencoba menghentikannya. Ro Woon menepis hal itu, ia mengeaskah bahwa tidak ada yang perlu dicurigai. Se Jong tetap tidak percaya dan berhasil melewati Ro Woon.


Hwan Gi mengaku kalau ia ingin melindungi Ro Woon kali ini. Dan jika Woo Il merasa bersalah atas yang terjadi pada Ji Hye, ia meminta Woo Il untuk melindungi Ro Woon dengan segala cara. Woo Il tidak menanggapinya, ia masih mencerna apa yang barusan ia dengar dan ia pergi meninggalkan Woo Il


Gyo Ri mengikuti kelas yoga, tepat saat ia selesai Se Jong datang.


Se Jong bertanya dengan menggebu, semalam Ro Woon tidak kembali ke kamar, kan? Gyo Ri mungkin sudah menduga Se Jong akan menanyakan hal itu dan ia menjawab kalau ia tidak tahu karena ia tidur duluan.

"Kau pasti tahu. Dia itu suka mendengkur." Paksa Se Jong.

Gyo Ri menghembuskan nafas berat. Ro Woon akhirnya sampai, lalu Gyo Ri pergi dari sana tanpa mengatakan apa-apa. Ro Woon kelihatan sangat tidak enak dengan Gyo Ri.


Ro Woon kesal dengan Se Jong. Se Jong menyuruh Ro Woon jujur, Semalam tidur dengan siapa? Bos? Kang Daepyo? Atau keduanya?

"Benar. Aku tidur dengan dia. Aku tidur dengan Bos. Puas?!"

"Kan? Kau menyukai Bos."

"Kami hanya tidur. Dia mabuk, jadi aku mengantarnya kembali ke kamar. Lalu, aku ketiduran."

"Kau mau aku percaya?"


"Baiklah, tidak usah percaya. Tidak masalah. Sekarang, kau bisa berhenti menggangguku."

"Kau menganggapku pengganggu?"

"Kau terus saja melewati batas dan membuat orang lain tidak nyaman. Kau terus menguntitku."

"Aku menguntitmu? Semalaman, aku mencarimu kemana-mana. Aku ingin menunjukkan kembang api padamu. Aku terjaga sepanjang malam demi kau. Dan kau menganggapku penguntit?"

Se Jong pergi dengan kesal. Ro Woon menyesal sudah mengatakannya, ia jadi tidak enak dengan Se Jong.


Ro Woon mendekati Hwan Gi, ia bertanya dimana Woo Il. Hwan Gi mengatakan kalau Woo Il pulang duluan. Ro Woon bertanya lagi, apa Woo Il ada urusan mendadak tapi Hwan Gi hanya diam saja.

Ro Woon lalu minta maaf karena ia ketiduran di ranjang Woo Il. Ditambah ia ketahuan leh Se Jong, si mulut besar. Ia berusaha menutup mulutnya tapi Se Jong gigih sekali. Dan... ia semestinya tidak mengatakan apa pun,

"Bos kan pintar sekali menyimpan rahasia. Hanya antara kau dan aku. Masalahnya, Gyo Ri menyukai Se Jong. Aku kira itu akan membuat Se Jong menyerah atas aku. Dia terus saja mengatakan menyukai aku. Aku merasa kasihan pada Gyo Ri. Kau tertawa lepas semalam. Kau berubah jadi pria gunung es lagi dalam semalam. Aku tidak bisa memahami jalan pikiranmu."


Sejujurnya, Ro Woon terus mencari cara berkomunikasi dengan Hwan Gi. Ia lalu menyelipkan bunga sepatu di telinga Hwan Gi. Hwan Gi menggeliat protes tapi Ro Woon menyuruhnya diam dan akhirnya berhasil.

"Ini sinyal." Ujar Ro Woon.

"Apa?"

"Kau bisa mengekspresikan perasaanmu dengan warna yang berbeda. Saat kau tidak ingin diganggu oleh siapa pun, nyalakan lampu merah. Kalau bisa diganggu untuk hal-hal darurat, lampu kuning. Ketika bisa diajak berdiskusi untuk apa pun, nyalakan lampu hijau."


Hwan Gi mencopot bunga itu, ia tidak apa-apa kok. Ro Woon tahu awalnya mungkin merasa tidak nyaman, tapi nanti juga akan terbiasa.

Ro Woon memakaikan bunga itu lagi. Ia mulai kode-nya, ia tahu kalau sekarang waktunya lampu merah dan ia akan berhenti bicara jadi Hwan Gi bisa rileks.


Se Jong sangat marah dengan kata-kata Ro Woon. Ia berteriak di pantai dan menangis kesal, ia bukan menguntit Ro Woon.


Se Jong mengerti, Ro Woon mungkin merasa ia terlalu bergaya untuknya. Semua karena penampilannya yang keren, itu sebabnya Ro Woon tidak menangkap ketulusannya dan mengganggapnya main-main.

Se Jong lalu melemparkan sepatunya ke laut. Ia bahkan melepas bajunya. Terus akan melepas celananya tapi tersadar kalau sepatu edisi terbatasnya hanyut. Tanpa pikir panjang Se Jong pun nyebur ke laut untuk mengambil sepatunya itu.


Gyo Ri melihat Se Jong. Ia mengira Se Jong mau bunuh diri gara-gara ditolak Ro Woon. Gyo Ri tidak bisa membiarkan hal itu, ia pun menyusul Se Jong dan mencoba merubah pikirannya.

"Jangan seperti ini! Jangan putus asa begini!"

"Tidak, tidak bisa! Sepatu edisi terbatasku! Aku bersusah payah mendapatkannya. Oh... sepatuku..." Rengek Se Jong.


Se Jong mengira Gyo Ri membencinya. Gyo Ri tidak mengerti kenapa Se Jong berpikiran begitu. Se Jong merasa Gyo Ri menjaga jarak sejak tahu siapa kakeknya.

Se Jong sudah banyak melalui hal itu jadi ia menganggapnya wajar. Semua orang agak berubah setelah mengetahuinya. Entah mulai membencinya, atau malah memperlakukannya lebih baik. Bagaimanapun, keadaan tidak bisa kembali seperti semula.

"Bukan begitu." Bantah Gyo Ri.


Tapi Se Jong memiliki seseorang yang tidak berubah sama sekali. Gyo Ri bisa menebak kalau dia adalah Ro Woon. Se Jong membenarkannya.

"Sikapnya yang kasar padaku memang agak mengganggu, sih."

Gyo Ri membalasnya dengan senyum. Se Jong lalu berterimakasih atas sepatunya.


Bukan Ro Woon namanya kalau ia diam. Baru sebentar diam, Ro Woon sudah bicara lagi. Ia bertanya kenapa Woo Il tiba-tiba pulang. Hwan Gi tidak mau menjawabnya, ia melangkah pergi.


"Baiklah, oke. Aku akan mengunci mulutku. Apakah..." Ucap Ro Woon sambil mengikuti Hwan Gi.

"Lampunya merah. Kau melanggar aturanmu sendiri." Sela Hwan Gi.


Ro Woon mengerti, tapi ia benar-benar penasaran akan satu hal. Apakah ia mendengkur? Hwan Gi hanya diam tapi Ro Woon menyimpulkan sendiri,

"Benarkan? Apa kau jadi sangat sensitif akibat tidak bisa tidur karenanya? Apa aku mendengkur sekencang itu? Sampai kalian berdua kabur dari kamar? Apakah itu juga alasan Kang Daepyo kembali pagi-pagi..."

Hwan Gi melanjutkan jalannya sambil menahan tawa. Ro Woon masih bicara terus sambil mengikutinya, "Ayolah. Bukan karena itu, kan? Tidak mungkin sampai seburuk itu. Tapi, bunga itu cocok denganmu. Kau sadar?"


Semua kembali ke Korea. Hwan Gi melihat sambutan aneh di bandara, "Selamat datang, Yoon Jung"


Ia teringat saat dulu ia mendekorasi sebuah lantai untuk menyambut kedatangan Yoon Jung. Di dinding ia menempeli kertas bertuliskan "selamat datang, Yoon Jung". Ia juga mengikat banyak balon di tangga.


Di belakang Hwan Gi ada Yoon Jung. Karena hanya melihat dari belakang, Yoon Jung agak ragu kalau itu Hwan Gi tapi ia tetap memanggilnya. Sayangnya Hwan Gi tidak mendengar.

Ro Woon mendekati Hwan Gi. Ia heran kenapa Hwan Gi masih memakai hoodie begitu. Hwan Gi mengaku kalau ia sudah seperti itu sejak kulai dulu.

"Kenapa? Apa terjadi sesuatu? Karena seorang gadis? Akibat patah hati atas cinta pertama? Astaga, pasti benar begitu. Orang seperti apa dia? Apakah ada kisah memilukan yang bisa diceritakan? Katakan padaku."

"Bukan urusanmu!"

Yoon Jung semakin yakin saat melihat Hwan Gi berjalan menjauh tapi ia tidak mengejarnya karena ada orang yang menjemputnya.


Ayah di rumah cemas. Ia mondar mandir di depan rumah dengan kesal dan beberapa kali menghembuskan nafas berat.

Ahjusshideul menebak pasti karena Ro Woon  belum pulang. Ro Woon bahkan tidak meninggalkan pesan.

Ayah menyapu putung rok*k nya tapi itu tetap tidak bisa meredakan kecemasannya. Ayah kemudian merok*k kembali. Ahjusshideul paham betapa cemasnya ayah.


Ro Woon kelihatan di ujung tangga. Ayah mengepalkan tangannya kesal. Ahjusshideul antusias, mereka rasa ini kali pertama melihat ayah meneriaki puterinya. Ro Woon juga sudah menyiapkan hati untuk dimarahi.

Ayah mendekati Ro Woon dengan tergesa-gesa. Ayah merebut koper Ro Woon lalu berjenti. Ahjusshideul merasa ini adalah waktunya.

"Jadilah pria sejati!" Komando mereka.

Ayah menghembuskan nafas beberapa kali lalu bertanya dengan nada biasa saja, "Kau sudah makan?"

Ahjusshideul kecewa mendengarnya. Ro Woon juga terkejut dengan rekasi ayahnya. Ia menjawab dengan bingung kalau ia sudah makan. Ayah tidak berkata apa-apa lagi, ia langsung berjalan masuk membawa koper Ro Woon.

Ro Woon tersenyum dengan kelakuan ayahnya.


Ternyata Woo Il membuntuti Ro Woon untuk memastikan. Dan sekarang ia sudah yakin, ia juga mendapat jawaban kenapa ia teringat Ji Hye saat melihat Ro Woon.

Woo Il kemudian mendapat telfon. Kayaknya berita penting.
>

3 komentar

avatar

Terima Kasih chingu atas sinopsisnya ditunggu part 2 nya...

avatar

Di tunggu part 2 nya,,,

avatar

Di tunggu part 2 nya,,,


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search