Sumber Gambar dan Konten dari jtbc
-- Persidangan Hari Pertama --
Sinopsis Solomon's Perjury Episode 5 Part 2
Semua bersama-sama menyiapkan auditorium sesuai dengan denah.
Sebelum sidang dimulai, mereka berkumpul di ruang klub. Soo Hee dan Yoo Jin mengatakan, juri yang sudah diseleksi mendadak tidak mau berpartisipasi dalam sidang gara-gara korespondensi kemarin.
Yang mundur
sebanyak 5 orang. Yoo Jin mengusulkan untuk menggantikan mereka. Seo Yeon
menjelaskan kalau Jurinya salah satu faktor utama. Saat berkaitan dengan juri,
tidak bisa mengganti posisi mereka dengan sembarang orang.
"Apa
kita tunda saja persidangannya sampai besok dan memilih juri lain?" Usul
Soo Hee.
Seung Hyun
pesimis, karena sekolah mengirim korespondensi pada ortu, siapa coba yang mau
jadi juri? Mereka sudah tamat sekarang.
Ji Hoon
mengatakan untuk melakukan sesuai rencana saja. Tidak peduli sekeras apa pun
sekolah berusaha menghalangi, mereka tidak boleh mundur. Sekali saja mereka
mundur, sekolah akan mencoba kedua, ketiga, dan seterusnya.
"Jika
begitu, seluruh rencana akan hancur."
Seo Yeon
membenarkan, sejak semula, mereka melakukannya tanpa dukungan sekolah. Jadi
fokus saja pada persidangan hari ini.
Soo Hee
menambahi. maju terus seperti banteng! Dan mengajak yang lain Tos. Min Suk juga
ikut, yey~
Kursi
penonton penuh ada beberapa murid, guru, orang tua murid, detektif dan reporter
Park. Tim Jaksa dan tim pengacara memasuki ruangan.
Soo Hee
terkejut dengan banyaknya yang datang, ia jadi takut.
Selanjutnya
adalah hakim dan Juri, semua hadirin diminta berdiri.
Min Suk
masuk dengan percaya diri membawa palu. Ia duduk di tempatnya memperkenalkan
diri.
"Halo,
saya Kim Min Seok yang berperan sebagai Hakim dalam persidangan dari kelas 2-1
ini. Silakan duduk."
Setelah
semuanya duduk, Min Suk menjelaskan informasi dasar perihal persidangan sebelum
persidangannya dimulai.
Persidangan
ini merupakan sidang tiruan yang digelar sebagai aktifitas klub. Tentu saja,
akan ada perbedaan dari sidang sesungguhnya, dan mungkin akan ada tambahan atau
pengurangan prosedur.
Tujuan dari
persidangan ini adalah untuk mengungkap kebenaran, bukan menjatuhkan hukuman.
Tidak akan ada tindakan hukum atas hasil akhirnya.
Seorang
Ahjumma wali murid mengacungkan tangan, sekalipun sidang ini hanya tiruan, apa
tidak terlalu berlebihan? Apa mereka semua melakukan ini atas ijin orang tua?
Hakin
menjawab kalau hadirin tidak memiliki hak untuk bicara. Ahjumma membatah, ia
bukan hadirin melainkan salah satu wali murid di sekolah ini.
"Lagi
pula, kenapa kalian sibuk melakukan ini dan bukannya belajar?"
Si anak juga
hadir disana, ia berbisik meminta ibunya untuk diam karena membuatnya malu.
Ahjusshi menyuruh Ahjumma itu untuk pergi kalau tidak ingin menonton!
"Siapa
bilang aku tidak akan menonton? Aku kan hanya mencemaskan para murid. Dan,
bukankah kalian semestinya mulai mempersiapkan diri untuk ujian masuk
universitas yang akan datang? Kenapa malah main-main begini?"
"Tolong
diam." Perintah Hakim.
Ada satu
ahjumma lagi yang berdiri, ia mengajak Ahjumma pertama untuk ke ruangan kepsek
saja meminta penjelasan dari pada ribut disana. Satu Ahjumma lagi berdiri dan
membenarkan ahjumma kedua.
"Astaga,
sekolah bilang mereka tidak punya pilihan selain menginjinkannya. Itu sebabnya
kita, para orang tua murid, harus menghentikannya." Kata Ahjumma pertama.
Hae Rin
berdiri dari kursi juri. Ia teriak, siapa Ahjumma pertama hingga mencoba
menghentikan mereka? Mereka bilang akan melakukannya!
"Tata
krama macam apa itu?"
"Apa
salahnya dengan sikapku?"
"Omo,
lihat gadis tidak sopan itu!"
Hae Rin
bertanya, jika ia mengetakan kebenaran, apakah masih dianggap tidak sopan? Hae
Rin juga mengkritik Ahjumma2 yang dianggapnya tidak punya tata krama.
Hakim
terpaksa mengetuk palu agar semuanya diam. Guru Kim menyuruh Hae Rin untuk
berhenti dan kembali duduk. Hae Rin mematuhiperintah Guru Kim.
Tapi para
Ahjumma tadi belum berhenti, mereka mencari-cari kepsek yang tidak ada disana.
Menyuruh para siswa berhenti bermain-main, mestinya pada belajar!
Ahjusshi
tadi berbicara lagi menyuruh Ahjumma pertama untuk diam. Memalukan tahu di
depan para murid. Ahjumma tak terima, ia melarang AHjussi ikut campur dan itu
malah menyebabkan mereka adu mulut, rame!
Ketukan palu
Hakim sudah tidak mempan lagi. Min Suk akhirnya menundukkan microphone-nya dan
menimbulkan suara “nginggggggg...”
Otomatis semuanya berhenti.
"Mulai
sekarang, siapa pun yang berusaha mengintervensi sidang akan dikeluarkan."
Tegas Min Suk.
Ahjumma yang
tadinya berdiri langsung duduk diam. Tapi seorang Ahjumma lain malah
berdiri,menyuruh Min Suk untuk berhenti. Yoo Jin berbisik pada Soo Hee kalau
Ahjumma itu adalah ibunya Min SUk.
Min Suk
meminta ibunya untuk diam. Ibunya tak mengerti, bukannya ia sudah meminta Min
SUk untuk berhenti? tapi kenapa Min Suk malah membuat keadaan semakin buruk?
Hentikan sekarang juga!
Min Suk
sudah mengingatkan soal dikeluarkan dari sini. Ibu meninggikan suaranya, Min
Suk berdiri tegas,
"Jika
aku tetap diam, lalu siapa yang akan membantu? Salah satu teman sekelas kami
meninggal. Dia memakai seragam, belajar di kelas, dan makan siang bersama kami.
Dia meninggal. Di saat seperti ini, membutuhkan ijin atau tidak, akhirnya bisa
kuliah atau tidak, apakah itu benar-benar penting?"
"Min
Suk, apa yang sedang kau pikirkan?"
Min Suk
memerintahkan pihak keamanan untuk membawa ibunya keluar. Ibunya protes tapi
Min Suk tetap kekeh, akhirnya ibunya memilih untuk keluar sendiri.
Min Suk
kembali duduk dan memasang microphon-nya, ia akan menegaskan sekali lagi. Siapa
pun hadirin yang berbicara tanpa ijin dari Hakim, akan dikeluarkan.
"Terdakwa
Choi Woo Hyuk, silakan masuk."
Woo Hyuk
berjalan masuk dan anak-anak sibuk mengambil gambarnya saat ia duduk di kursi
terdakwa.
Anak-anak
yang diluar auditorium mendapat kabar kalau Woo Hyuk datang jadi mereka
memutuskan untuk melihat persidangan.
Ibu
kesiswaan memberitahu Kepsek dan Pak Han kalau Woo Hyuk datang. Kepsek khawatir
mendengarnya. Pak Han meminta Ibu kesiswaan untuk mentransmisikan kamera yang
merekam persidangan ke ruang kepsek. Ibu kesiswaan akan mengaturnya.
Kepsek
curhat seperginya Ibu kesiswaan, pikirannya sudah kacau. Ia tidak mengira hasil
korespondensi berlawanan dari harapan. Bahkan memberikan daya tarik yang lebih
besar atas persidangan.
Hakim
meminta jaksa untuk membacakan dakwaan. Maka Seo Yeon pun maju ke tengah dengan
membawa berkas dakwaan. Sebelumnya ia memperkenalkan diri dahulu.
"Selama
beberapa waktu terakhir, kematian Lee So Woo diketahui sebagai tindakan bunuh
diri. Hal itu disebabkan dia tidak masuk sekolah selama dua minggu, dan kondisi
mentalnya pun tidak stabil. Namun, murid SMU Jeongguk mengetahui
kebenarannya."
Alasan
dibalik ketidakhadiran Lee So Woo di sekolah. Beberapa hari sebelumnya, Lee So
Woo terlibat perkelahian sengit dengan Choi Woo Hyuk. Lebih tepatnya, dia
dihajar habis-habisan.Woo Hyuk menyela penjelasan Seo Yeon. Seo Yeon menjawab kalau ia menyaksikannya sendiri. Bukan hanya ia yang menyaksikan. Beberapa murid lain pun mungkin juga menyaksikannya.
"Terdakwa
memukuli korban dengan tinjunya, menendang, bahkan mencekiknya."
"Itu
karena dia duluan yang mulai." Tegas Woo Hyuk.
Ji Hoon
memegang Woo Hyuk supaya tenang.
Seo Yeon
melanjutkan penjelasannya. Namun, Lee So Woo justru dijadikan pelaku
penyerangan oleh pihak sekolah. Ini akibat tidak seorangpun, termasuk dirinya,
tidak ada sama sekali, yang mau membuat pernyataan sebenarnya atas peristiwa di
lab sains tersebut.
Pada hari So
Woo dipanggil oleh Komite Anti Kekerasan Sekolah, dia mengosongkan lokernya.
Dia masih berusia 18 tahun, hanya itu satu-satunya pilihan yang dia miliki
dalam menghadapi keputusan tidak adil tersebut. Itulah maksud ketidakhadiran
dia di sekolah, bukan karena ingin menyiapkan tindakan bunuh diri.
Hakim
menyela, meminta jaksa untuk tidak mengutarakan opini pribadi, cukup
fakta-fakta saja. Jaksa mengerti.
"Dua
minggu setelah itu, pada tanggal 26 Desember 2016, sekitar pukul 6 pagi, saya
akan persingkat. Surat tuduhan ini merupakan pengakuan saksi mata atas kejadian
tersebut. Program News Adventure pun menyiarkan perihal surat tuduhan ini.
Karena itulah saya, berdasarkan bukti-bukti yang ada dan siaran tersebut,
mendakwa Choi Woo Hyuk sebagai pembunuh Lee So Woo."
Hakim
mempersilahkan pengacara untuk membacakan argumennya. Para siwi heboh karena Ji
Hoon akan maju. Hakim meminta mereka untuk diam.
Ji Hoon
membantah tuduhan jaksa, menurtnya semua itu tidak masuk akal. Jaksa hanya
sedang berimajinasi sekarang.
Kepsek
berkomentar menyaksikan Ji Hoon yang dari sekolah lain. Bahkan Kepala Sekolah
SMU Seni Jeongguk tidak mengatakan apa-apa padanya.
"Dia
puteraku." Jawab Pak Han yang mengejutkan Kepsek.
Ji Hoon
melanjutkan penjelasannya, Menggunakan fakta bahwa terdakwa memiliki masalah
dengan murid sekolah ini sebagai pembenaran bahwa Woo Hyuk melakukan
pembunuhan. Itu tidak masuk akal.
Menggunakan
surat tuduhan yang tidak jelas dan jurnalis, untuk menjatuhkan tuduhan tidaklah
tepat. Choi Woo Hyuk tidak membunuh Lee So Woo. Dia tidak bersalah. Itu fakta
yang tidak dapat dibantah siapa pun.
"Kesimpulannya,
tuduhan jaksa, bahkan Saya memiliki bukti untuk menguatkannya. Demikian."
Ibu bersisik
pada ayah, apa Ji Hoon tidak terlalu tangguh ya, padahal baru awal? Ayah
menjawab kalau Ji Hoon mencoba memulai dengan benar.Saksi pertama dimasukkan, dia adalah Detektif Oh. Sebelum memulai kesaksiaannya detektif Oh bersumpah bahwa dirinya hanya akan mengatakan kebenaran, seluruhnya, hanya kebenaran.
Hakin selanjutnya
memberi kesempatan pengacara untuk menanyai Detektif Oh.
"Apakah
Anda Detektif Oh dari Kepolisian Nambu yang menangani kasus Lee So Woo?"
"Ya,
benar. Saya penanggung-jawab investigasi pertama, juga investigasi ulang
setelah siaran itu."
Dari kedua
investigasi itu kesimpulannya adalah bunuh diri. Tidak ada cukup bukti yang
mengarahkan insiden itu sebagai tindak pembunuhan. Luka yang ditemukan di tubuh
Lee So Woo semuanya akibat jatuh dari atap.Ji Hoon mengerti lalu menunjukkan dokumen hasil otopsi di layar. Ia ingin mengajukan permohonan untuk menggunakan salinan pemeriksaan medis itu sebagai bukti pertama dari pihak pengacara.
Hakim
menerimanya.
Ayah Seo
Yeon mendapat telfon, lalu kemuar untuk mengangkatnya
"6?
Asuransi sebanyak itu? Bagaimana dengan pembayarannya? Oke. Aku akan segera ke
sana. Coba hubungi ahli kebakaran."
Ini kasus
ayahnya Woo Hyuk yang digali lebih dalam.
Joo Ri
datang ke persidangan, setelah memastikan tidak ada yang melihat, ia masuk dan
ia berdiri dipaling belakang.Hakim memberi juga kesempata pada jaksa untuk menanyakan hasil pemeriksaan silangnya pada saksi. Seo Yeon menanyakan, apakah saksi yakin 100% bahwa insiden itu merupakan bunuh diri?
Ji Hoon Keberatan. Menurutnya Jaksa berusaha menggiring saksi untuk memberikan jawaban yang spesifik. Seo Yeon membahtah, yang dilakukannya hanya pemeriksaan dasar terhadap pengakuan saksi.
"Keberatan ditolak. Jaksa lanjutkan!"
Saksi pun menjawab, ia 99% yakin akan kesimpulan tersebut. Kenapa tidak 100%? karena pekerjaan mengharuskannya tidak memercayai segala sesuatu 100%. Sekalipun kecil, selalu ada kemungkinan situasi berbalik.
"Benar.
Meski hanya 1%, masih ada kemungkinan situasi berbalik." ujar Seo Yeon.
Lalu Seo
Yeon menunjukkan bukti 1% tersebut di layar. Itu adalah tiket film yang dibeli
oleh Lee So Woo untuk kakaknya. tanggalnya 26 Desember. Hari dimana saksi
menyimpulkan dia bunuh diri.
"Jika
dia memang berencana bunuh diri, mengapa dia membeli tiket untuk menonton film
pada keesokan hari?"
Semua
penonton mulai kasak kusuk dan Woo Hyuk mulai resah. Ji Hoon bertindak, ia
mengajukan keberatan dengan bukti tersebut karena tidak disebutkan sebelum
persidangan digelar.
"Memberikan
bukti dan saksi tanpa memberitahukan sebelum persidangan bukan tidak bisa
dianggap, hanya rekomendasi."
"Kredibilitas
bukti belum terverivikasi." Bantah Ji Hoon."
"Saya
menerimanya langsung dari anggota keluarganya."
Hakim
menyela, mengajak jaksa dan pengacara ke belakang panggung untuk rapat darurat.
Maka tim jaksa dan tim pengacara mengikuti hakim.
Min Suk
bertanya, haruskah ia menerima bukti itu atau tidak. Ji Hoon menjawab tidak dan
Seo Yeon menjawab iya.
Ji Hoon
bersikeras kalau Bukti menjadi bukti jika bisa membuktikan kebenaran. Tapi
benda itu tidak membuktikan apa pun!
Seo Yeon
membantah, kenapa tidak? Itu membuktikan Lee So Woo memiliki rencana untuk
dilakukan sehari setelah dia ditemukan tewas.Ji Hoon menjelaskan, Jika menyangkut kematian, seseorang tidak selalu mengikuti rencana sebelumnya. Meski hanya sehari, keputusan mereka bisa langsung berubah. Kasus bunuh diri selalu seperti itu.
"Bukan hanya sehari. Tekanan tidak bisa menghancurkan seseorang secara tiba-tiba." Bantah Joon Young (kayaknya ini berdasarkan pengalaman pribadi).
Seung Hyun
heran dengan Joon Young, kan seharusnya ia berada di pihak pengacara.
Seo Yeon
menngambil kesimpulan, jika membahas ini sendiri tidak akan bisa selesai, jadi
serahkan saja pada Juri, mau menerimanya atau tidak. Ji Hoon masih bersikeras
dengan pendiriannya, Itu bukti untuk menggoyahkan saksi, jadi idak dapat
dibenarkan.
"Kita
membutuhkan saksi langsung. Kakak Lee So Woo."
Seo Yeon
lalu meminta persetujuan hakim untuk mengajukan saksi baru, kakanya lee So Woo,
Lee Tae Woo.
Kilas
balik...
Seo Yeon
membuka amplop pemberian Tae Woo,itu adalah tiket film. Tae Woo menjelaskan
kalau itu yang diberikan So Woo padanya seminggu sebelum dia meninggal. So Woo
bilang, mereka harus nonton bersama tanggal 26 Desember.
"Seperti
itu, apa dia punya alasan untuk bunuh diri sehari sebelumnya?"
Seo Yeon
meminta Tae Woo untuk mengatakan itu sendiri di persidangan, di hadapan banyak
orang.
Kilas balik
selesai...
Tae Woo
duduk di kursi saksi. Seo Yeon yang pertama menanyainya. Tae Woo mengatakan
kalau ia kakak kandung Lee So Woo.
"Apa
pendapat Anda mengenai kematian Lee So Woo?"
Tae Woo
memandang Woo Hyuk sebelum menjawab, "Pembunuhan. Saya yakin
pembunuhan."
Woo Hyuk
kelihatan tidak senang dengan jawaban tae Woo itu. Sementara Seo yeon meminta
Tae Woo menjelaskan mengapa ia mengklaim kalau insiden itu adalah pembunuhan.
"Tiket
film itu... menjadikannya tidak masuk akal. Dia membeli tiket film dan
berencana menonton bersamaku. Lalu kenapa justru bunuh diri sehari
sebelumnya?"
Barulah Seo
Yeon meminta pada hakim dan juri untuk memasukkan tiket film itu sebagai bukti.
Korban meninggal sehari sebelum hari janji temu dengan kakaknya, artinya tidak
memiliki keinginan bunuh diri.
"Itu
kematian yang menjadi misteri untuk semua orang. Demikian dari Kejaksaan."
Hakim
menawari pengacara, apa ingin melakukan pemeriksaan silang. Tapi Ji Hoon didam
saja, ia bengong tidak fokus. Tapi kemudian ia maju tanpa menjawab hakim.
Ji Hoon
bertanya pada saksi, Apa hubungan saksi dengan Lee So Woo. Saksi menjawab kalau
ia kakaknya So Woo tapi ternyata bukan hubungan semacam itu yang Ji Hoon
tanyakan.
"Seberapa
dekat, akrab, dan seringnya kalian mengobrol? Seberapa dalam keterkaitan kalian
dalam kehidupan masing-masing? Bukan kakak-adik, melainkan antar sesama
manusia. Seperti apa kedekatan kalian?"
Tae Woo
mengaku kalau ia tidak terlalu dekat dengan So Woo. Ji Hoon masih belum puas,
jadi sebatas mana kedekatan mereka.
"Kami
tidak saling menyukai. So Woo membenciku, dan aku membenci dia."
"Jika
begitu, berapa kali So Woo mengajak Anda menonton film bersama?"
"Ini
pertama kalinya."
Setelah
mendapat jawaban itu, Ji Hoon menghadap para penonton. Ia menjelaskan, Bersikap
di luar kebiasaan merupakan salah satu sinyal seseorang hendak bunuh diri.
"Keberatan.
Itu adalah penilaian, bukan fakta." Ujar Seo Yeon.
Ji Hoon
memiliki contoh lain. Perkelahian di lab sains. Lee So Woo seorang murid yang
tidak pernah membuat masalah. Dia merupakan pribadi yang pendiam dan introvert,
sebab itu tidak dekat dengan murid lain. Lee So Woo, dua minggu sebelum
kematiannya, berkelahi di ruang sains... dengan terdakwa, yang ditakuti murid
lain dan disebut tirani.
"Ini
juga hal yang tidak biasa dilakukan oleh Lee So Woo. Oleh karena itu, berencana
menonton film bersama dengan kakak yang tidak akrab dengan dirinya, saya
menyimpulkan hal itu merupakan sinyal hendak bunuh diri."
Ji Hoon
kembali lagi ke saksi, apakah sudah cukup. Tae Woo diam saja, Ji Hoon akan
mengakhirinta tapi Tae Woo kembali bicara, ia membantah deskripsi So Woo yang
dikatakan Ji Hoon tadi.
"Perkelahian
di lab sains itu... bukanlah sesuatu yang aneh. So Woo adalah seseorang yang
mampu melalkukannya, tidak, seperti itulah dia. Dia suka memprovokasi. Dia
menikmatinya. Dia selalu seperti itu. Dia selalu mencari cara untuk menyakiti
orang lain, sebab itu aku terkadang menganggap dia Iblis. Aku membenci dia. Itu
juga sebabnya aku menganggap ini pembunuhan. Sebab dia orang yang mampu
membunuh, bukan bunuh diri. Jika dia selemah itu, aku pasti berusaha mati-matian
melindungi dia, tapi aku bahkan tidak perlu melakukan apa pun untuknya agar
bertahan. Dia anak yang seperti itu. Adikku."
Semua
terdiam mendengar penuturan Tae Woo. Woo Hyuk tidak bisa lagi duduk diam
disana, ia memutuskan untuk keluar. Seung yun dan Joon Young mengejarnya
Ji Hoon
meminta waktu istirahat pada hakim. Hakim memberikan waktu 20 menit.
Ji Hoon
berjanji pada Tae Woo, ia akan mengungkapkannya. Kebenaran dibalik apa yang
terjadi pada So Woo, Ia pasti akan mengungkapnya.Detektif Oh keluar dan Reporter Park mengikutinya. Reporter Park pura-pura tidak sengaja bertemu Detektif Oh. Detektif Oh tidak mau berkomentar.
"Ey,
kau kejam sekali. Bahkan tidak mau menyapa?"
"Kau
anggap kita saling kenal baik, begitu?"
"Kenapa?
Kita kan terlibat langsung dalam hal ini. Saksi pengacara (Detektif Oh), saksi
kejaksaan (Reporter park)."
Detektif Oh
melarang reporter park bicara padanya karena suasana hatinya tidak baik.
Reporter park menghentikan detektif Oh, Apakah ada sesuatu yang detektif Oh
ketahui tentang Han Ji Hoon?
"Kudengar,
dia putera Ketua Yayasan Jeongguk. Kelihatannya, murid lain tidak tahu.
Bukankah aneh? Fakta bahwa putera mahkota yayasan justru membelot dan bergabung
dengan klub olah perkara. Dia bahkan bukan murid SMU Jeongguk, melainkan murid
SMA Seni Jeongguk. Lalu kenapa? Kenapa dia mempertaruhkan karir ayahnya
begitu?"
Detektif Oh
merasa karena Ji Hoon ingin. Anak-anak memang seperti itu. Reporter park
mengelak, ia sudah bertemu Ji Hoon dan kelihatannya Ji Hoon bukan tipe yang
melakukan sesuatu tanpa alasan. Ia yakin Detektif Oh juga pasti setuju.
Detektif Oh
tak menjawabnya, ia memilih berjalan menjauh. Reporter park terus mengejar,
"Tapi,
bukan itu yang penting dalam hal ini. Sekarang, bukti baru muncul, yang bahkan
tidak diketahui para detektif, tolong katakan sesuatu."
"Ay,
kau benar-benar..."
"Kenapa?
Katakan sesuatu."
Woo Hyuk
akan merokok tapi Ji Hoon menghentikannya. Woo Hyuk yang sudah kesal jadi
tambah kesal dengan sikap Ji Hoon. seperti di neraka rasanya!
"Choi
Woo Hyuk, kau tahu kesulitan terbesar kita dalam persidangan ini?"
"Soal
Joo Ri, tidak usah kuatir. Aku akan membereskan dia."
"Tidak.
Masalah terbesar dalam persidangan ini adalah orang-orang di laur sana.
Prasangka orang-orang. Mereka menudingmu. Itu sebabnya, mereka hadir di sini.
Jaga sikapmu."
Woo Hyuk
hanya bisa menendang kursi frustasi. Ji Hoon memberikan naskah pada Woo Hyuk
karena pemeriksaan terdakwa dilakukan setelah istirahat. Woo Hyuk tidak mau
awalnya, kan ia hanya perlu bilang tidak melakukannya!
"Kata-katamu
tidaklah penting." jawab Ji Hoon.
Terpaksalah
Woo Hyuk membaca naskah itu dan menjawab
Ji Hoon sesuai yang tertulis disana.
Ji Hoon
menanyakan alasan perkelahiannya dengan So Woo. Woo Hyuk menjawab kalau So Woo
yang mulai.
"Bagaimana
dia memulainya?"
"Dia
memandangiku dengan tatapan merendahkan."
"Jadi,
tidak ada alasan lain? Hanya karena sikap Lee So Woo hari itu, kau merasa tidak
nyaman?"
Woo Hyuk
mengingat waktu itu...
So Woo
memandangnya penuh sindiran, Woo Hyuk tidak terima, apa ada yang mau So WOo
katakan?
"Protes
hanya dilakukan sesama manusia. Kau bukanlah manusia. Dibandingkan
intelektualitas dan rasionalitas, kepalamu dipenuhi dengan sumpah serapah dan
amarah. Pengganggu. Sampah dunia?"
Mengingatnya
saja membuat Woo Hyuk kesal tapi ia tidak mengatakan yang senenarnya pada Ji
Hoon.
"Jadi,
aku mengatakan padanya "Kenapa menatapku, ada yang mau kau katakan?"
Lalu, kami berkelahi. Bukan masalah serius, setelahnya aku langsung lupa."Ji Hoon mengerti, ia menyimpulkan pada penonton. Perkelahian di lab sains antara terdakwa dan Lee So Woo, terlalu sepele untuk bisa menjadi motivasi melakukan pembunuhan. Perkelahian semacam itu sering ditemui di sekolah, antar pelajar. Kesimpulannya, terdakwa tidak memiliki alasan yang cukup kuat untuk membunuh Lee So Woo.
Selanjutnya giliran Seo Yeon melakukan pemeriksaan silang. Ia ingin Woo Hyuk mengatakan alibinya.
"Mulai
pukul 10 malam tanggal 25 Desember, sampai pukul 5 pagi tanggal 26 Desember.
Aku minum bersama temanku, Lee Sung Min dan Kim Dong Yeon. Puas?!"
"Alibi
itu dapat dikarang oleh siapa saja. Kedua orang yang disebut juga memiliki
kedekatan dengan terdakwa."
Woo Hyuk
kesal lalu menyuruh Seo Yeon untuk bertanya saja pada mereka toh mereka juga
ada di kursi penonton.Seo Yeon hanya bertanya pada Dong Hyun, apa bisa membuktikan alibi Woo Hyuk. Pengacara keberatan. Hakim pun demikian, dilarang bertanya pada penonton, memangnya ini konser?
"Maafkan saya. Kalau begitu, saya meminta Kim Dong Hyun diajukan sebagai saksi.”
"Sudah
selesai menanyai Terdakwa?"
"Belum."
"Permintaan
ditolak. Ajukan setelah selesai melakukan satu pemeriksaan."
"Kalau
begitu, jika saya ingin mendengar kesaksian orang itu dan orang ini, saya harus
bergantian mengirim dan menyelesaikan pemeriksaan Lee Sung Min, Kim Dong Hyeon,
dan Choi Woo Hyuk bergantian?"
Ibu
tersenyum dengan keteguhan Seo Yeon. Ditohok seperti itu, hakim pun
mempersilahkan Seo Yeon menanyai Dong Hyun.
Seo Yeon
meminta Dong Hyun berdiri, memintanya mengatakan kebenaran alibi Woo Hyuk.
"Pada
saat kematian Lee So Woo, tanggal 25 Desember malam, apa yang kalian lakukan?
Dan apakah ada yang bisa membuktikan? Katakan yang Anda ingat."
Dong Hyun
awalnya menjawab tidak tahu. Seo Yeon agak memaksa, bahkan satu kalimat saja
tidak masalah. Tolong katakan.
"Aku
tidak tahu. Aku tidak bersama dia. Choi Woo Hyuk berbohong. Alibinya
palsu!" Teriak Dong Hyun.
"Kim
Dong Hyun!" tegas Sung Min.
>
EmoticonEmoticon