Sumber Gambar dan Konten dari Sohu TV
Sinopsis Pounding Spike 2 Episode 13
-= Episode 13 – You And I=-
Hae Sung menyebut nama I Ra. I Ra tidak menjawabnya, ia mencoba menelaah situasi ini lalu ia meminta Da Won untuk mendekat padanya.
Da Won diam saja, maka I Ra menarik Da Won mendekat padanya, tapi Hae Sung ikut-ikutan menarik tangan Da Won yang satu lagi. I Ra tak suka, ia menepis tangan Hae Sung dengan kesal.
“Han Da Won
bukan kekasihmu. Dia kekasihku.” Tegas I Ra.
Da Won
mencoba menjelaskan tapi I Ra menyuruhnya diam karena I Ra perlu bicara pada
Hae Sung.
I Ra mengingatkan kalau Hae Sung selalu mengelak setiap kali ia bertanya, apa ia pacarnya Da Won. Hae Sung masih tenang, ia meminta I Ra untuk membiarkan Da Won pulang dulu baru ia akan mengatakan semuanya.
Da Won menengahi, ia meminta I Ra untuk bicara dengannya dulu. Hae Sung tidak setuju dengan keinginan Da Won itu tapi Da Won menjelaskan kalau urutannya memang I ra harus bicara dengannya duluan.
Saat dimobil, Da Won minta maaf pada I Ra. I Ra mendesah sebelum menanyakan alasan Da Won yang tiba-tiba memeluk Hae Sung.
Da Won galau
setelah tahu soal formulir pengunduran diri Hae Sung, pikiran bahwa ia tidak
bisa lagi bertemu Hae Sung membuatnya tak bisa menahan diri. I Ra dari marah
berubah menjadi terkejut mendengar Hae Sung akan berhenti kuliah.
Hae Sung menemui ayahnya, bertanya alasan ayahnya melakukan ini padanya. Ayahnya menjelaskan kalau anak menuju ke jalan yang salah maka tugas orang tua meluruskannya. Hae Sung tidak habis pikir, apa berhenti bermain voli untuk belajar adalah hal yang salah?
“Sekarang
kau seorang ahli tapi kau pikir hal itu dapat bertahan berapa lama? Di masa
depan, walaupun kau ingin mengikuti kejuaraan voli, tak kana da club yang mau
menerimamu. Kenapa kau tak mengerti juga? Bagi seorang atlet waktu itu adalah
batasan yang sangat singkat!”
“Ayah,
berhenti, KU MOHON!”
Hae Sung
hampir menangis, sekali saja, ia meminta ayahnya untuk mengijinkannya melakukan
apa yang ia inginkan.
I Ra dan Da Won sampai di depan rumah Da Won. Da Won mengajak I Ra bicara tapi I Ra tidak menanggapinya. I Ra malah memencet bel rumah untuk memenuhi janjinya memberi salam formal pada ibunya Da Won.
“Saya
pacarnya Da Won.”
Ibu mengajak I Ra makan bersama dan Ibu sangat senang melihat I Ra makan dengan lahap. I Ra bahkan meminta Ibu untuk membungkuskan makanan karena masakan Ibu sangat lezat.
Ibu tambah
senang mendengarnya sampai memukul-mukul Da Won. Pokoknya I Ra tipe-nya banget.
Barulah Ibu mulai pertanyaan serius, kenapa I Ra menyukai Da Won.
“Saya orangnya kurang sabaran dan kurang peka, tapi Da Won sangat tenang. Saya suka itu. Saya juga menyukai kejujurannya. Pokonya, Da Won adalah wanita tercantik di mata saya.”
Ibu
sepertinya tidak puas dengan jawaban I Ra. Ibu kemudian bertanya, apa I rat ahu
kalau Da Won punya kembaran identik. I Ra jujur kalau ia tahu hal itu.
“Jadi, mau
itu Da Won atau Ah Reum, tak masalah bagimu? Mereka kan sama cantiknya.”
I Ra
mengelaknya, ia tidak menyukai Da Won karena kecantikannya. Ibu terus
menanyainya, apa I Ra bisa membedakan Da Won dan Ah Reum. Katakan saja
misalnya, I Ra salah menganggap Ah Reum sebagai Da Won dan membuat kesalahan,
itu gimana?
I Ra
batuk-batuk karena terkejut. Da Won lalu menghentikan ibunya, ia mengalihkan
pembicaraan dengan mengajak I Ra melihat kamarnya.
Lucunya saat di kamar, I Ra selalu salah menebak barang-barang Ah Reum yang dikiranya barang-barang Da Won. I Ra tidak enak tapi ia memastikan kalau ia bisa membedakan Da Won dan Ah Reum.
“bagaimana
bisa?” tanya Da Won.
I Ra dengan
PD-nya menjawab kalau gadis yang ia cium tempo hari sangat hebat. Da Won
menunjukkan muka datar. I Ra baru sadar kalau ia salah ngomong lagi dan ia
memukul mulutnya.
Saat mengantar I Ra keluar, Da Won kembali membujuk agar I Ra mau bicara dengannya tapi I Ra lagi-lagi menghindar, I Ra mengatakan kalau ia sudah mendengar apa yang seharusnya ia dengar.
“Kau
menyukai Dong Hae Sung. Dong Hae Sung kemungkinan akan berhenti kuliah. Jadi
kau meluapkan perasaanmu pada Hae Sung. Begitu kan?”
Da Won tidak
bisa berkata apa-apa lagi. I Ra mengatakan kalau masalah selebihnya akan ia
selesaikan dengan Hae Sung. Da Won sungguh merasa bersalah pada I Ra, maaf.
I Ra menutup telingaya. Ia memutuskan untuk
tidak mendengar apa yang Da Won katakan, jadi Da Won tak usah mengatakannya.
Dan juga tak perlu merasa bersalah,
“Aku masih
kekasihmu.”
“Sunbaenim~~”
I Ra
mengingatkan soal apa yang dikatakannya setelah ia salah mengenali Ah Reum
sebagai Da won bahwa ia akan melakukan yang terbaik mulai saat itu, ia akan
mencoba dan sekarang ia melakukan hal itu.
“Sampai
sekarang, aku belum pernah mempertahankan seorang gadis sampai begitu. Tapi
untukmu, aku akan mencoba melakukannya.”
I Ra menghubungi Hae Sung. Seperti kata pepatah, “jangan pernah menunggu besok jika hari ini bisa”. Ia ingin bertemu Hae Sung untuk menyelesaikan masalah mereka malam ini juga.
Hae Sung yang datang menemui I Ra di depan asrama. I Ra memamerkan makanan pemberian Ibu Da Won. Hae Sung menjawab, apa I Ra mau bertemu dengannya hanya untuk menunjukkan itu.
“Kudengar
kau akan berhenti kuliah, apa itu benar?”
“Tidak!”
Kalau begitu
ya sudah, I Ra tidak ingin mereka menunda berkelahi. Hae Sung jelas tak
mengerti. I Ra memiliki alasan untuk berkelahi dengan Hae Sung ataupun untuk
mencemarkan nama Hae Sung, tapi lebih baik ia melakukan itu setelah musim
pertandingan.
“Kenapa?”
“Meskipun
aku yakin akan menang, tapi kau dan aku akan terluka. Dan orang yang luka tidak
bisa maksimal dalam pertandingan. Kau setuju, Dong Hae Sung?”
“Kenapa kau
pikir aku akan setuju?”
“Apa? Kenapa? Benar-benar… Kau bisa bertanya pada siapapun. Teman yang menikung temannya sendiri atau yang memukul temannya dari belakang itu adalah perbuatan tercela.”
Hae Sung
tersenyum menepuk pundak I Ra, kenapa juga ia jadi teman I Ra?
Hae Sung setelahnya berada di depan rumah Da Won. Da Won buru-buru keluar saat mengetahui kalau Hae Sung ada di depan rumahnya, ia heran kenapa Hae Sung bisa ada di depan rumahnya.
Hae
Sung tadi habis dari asrama pria dan ia
ingin menemui Da Won. Da Won khawatir, jangan-jangan Hae Sung dan I Ra
berkelahi. Hae Sung dengan senyum menjelaskan, mereka tidak berkelahi karena I
Ra ingin menunda hal itu sampai pertandingan usai.
Da Won teringat, bagaimana dengan formulir pengunduran diri. Ah itu… Hae Sung meminta Da Won mendekat, ia berbisik kalau ia tidak akan berhenti kulaih. Da Won yang sudah dag dig dug kesal dengan candaan Hae Sung itu dan Hae Sung malah semakin suka dengan sikap Da Won yang ini.
Tiba-tiba Ibu keluar. Hae Sung langsung membungkuk memperkenalkan diri. Da Won bertanya, ngapain ibu keluar.
“Untuk apa
lagi? Ya nunggu ayhmu lah.” Jawab Ibu.
Da Won
heran, kan ibu tidak pernah menunggu ayah sebelumnya. Ibu tak mau mengaku
bohong, ia malah menegur Da Won yang mengatakan hal aneh. Lalu Ibu mengajak Hae
Sung masuk karena Hae Sung bukan orang biasa dan banyak orang (yang mengenali
Hae Sung) di sekitar rumah.
Berbeda dengan I Ra, kali ini Ibu hanya menyuguhkan the untuk Hae Sung. Ibu terpesona dengan jari cantik Hae Sung, ibu penasaran, itu menurun dari ayah atau Ibu nya Hae Sung. Hae Sung menjawab kalau itu mungkin menuruh dari ayahnya.
Dan Ibu
menanyakan pertanyaan yang sama, kenapa Hae Sung menyukai putrinya. Hae Sung
tersenyum memandang Da Won yang antusias mendengar jawabannya.
“Jika Anda
bertanya alasan saya menyukainya, saya juga tidak tahu. Mau itu voli atau
orang, saya selalu menganalisanya secara rinci. Tapi Da Won, saya tidak tahu.
Hanya dia adalah Da Won, karena dia adalah Da Won jadi saya menyukainya.”
Da Won puas dengan jawaban Hae Sung. Ibu melanjutkan pertanyaannya mengenai kembaran Da Won. Hae Sung berkata kalau ia pernah bertemu dengan Ah Reum di kampus. Da Won mengkode Hae Sung untuk tidak mengatakannya.
Ibu lalu
beralih pada Da Won, apa kakanya pernah ke kampus. Da Won membenarkan dan
kemudian meyakinkan ibunya kalau kakanya hanya pernah ke kampus sekali,
sungguh!
Ibu langsung
meledak, bagaimana Ah Reum bisa main-main ke kampus dan meninggalkan les yang
sudah dibayar dengan mahal. Dan masih banyak lagi… Da Won lalu mengajak Hae
Sung meninggalkan ibunya yang masih mengomel.
Saat di kamar, Da Won meminta Hae Sung menebak soal kacamata, miliknya atau milik kakanya. Hae Sung melihatnya sekilas lalu meletakkannya kembali ke meja. Apa itu penting? Hae Sung lalu menarik Da Won dalam pelukannya.
“Yang
terpenting adalah kamu yang berdiri di hadapanku.”
Da Won belum bisa percaya hal ini, bahwa ia dan Hae Sung ada di salam kamarnya. Hae Sung minta maaf, seharusnya ia yang mengungkapkannya duluan. Hae Sung menatap Da Won.
“Aku sangat
menyukaimu, Han da Won.”
Mendengar
Hae Sung berkata seperti itu malah membuat Da Won makin merasa bersalah. Ia
dulu mengatakan menyukai I Ra dan bahkan meminta Hae Sung sebagai konsultan
cintanya.
Hae Sung
tersenyum, jadi mereka tak perlu merasa saling bersalah lagi. Da Won balas
tersenyum mengiyakan.
Pesan masuk di ponsel Hae Sung. Dari I Ra yang memberitahukan peraturan, bahwa Hae Sung dilarang mendekati Da Won sampai pertandingan usai, dimanapun Hae Sung, ia akan selalu mengawasi.
Hae Sung hanya tersenyum membacanya dan saat Da Won bertanya, Hae Sung menjawab kalau itu hanya pesan spam.
-- Pertandingan Voli Musim Semi antar Universitas –
Da Won sudah
resmi bergabung dengan tim pemandu sorak dan ia menyemangati tim voli
Universitas Daehan.
Pelatih Son memberikan pesan singkatnya sebelum pertandingan dimuai.
Universitas
Daehan FIGHTING!!!
>
EmoticonEmoticon