Sumber Gambar dan Konten dari SBS
Sinopsis Romantic Doctor, Kim Sabu Episode 2 Part 2
-= EPISODE 2 HARI
TERAKHIR HIPERTENSI ADRENALIN =-
Seo Jung bertanya, kenapa Dong Joo bisa ada di sana. Itulah yang ingin Doo Joo tanyakan juga, Seo Jung kenapa bisa... Sejak kapan Seo Jung bekerja disana?
"Aku
bertanya duluan! Bagaimana kau bisa disini?"
Dong Joo
menjelaskan, Kemarin ia ditugaskan bekerja disana. Sementara ini ia akan kerja
disini. Itu yang terjadi.
"Berapa
lama? Kau mau disini sampai kapan?"
"Sunbae
belum menjawab pertanyaanku. Sejak kapan kau disini?"
"Sampai
kapan kau mau disini?"
"Jangan-jangan
sejak kejadian itu? Selama 5 tahun... kau terus berada disini?"
"Lupakan.
Tidak usah dijawab."
Seo Jung
memilih keluar. Dong Joo memprotesnya, kenapa Seo Jung tidak pernah menelfonnya
dan itu membuat Seo Jung berhenti. Dong Joo mengaku kalau ia mengirimi Seo Jung
pesan selama berbulan-bulan setelah Seo Jung pergi. Apa Seo Jung mendengar atau
membacanya?
"Tidak."
Jawab Seo Jung singkat lalu keluar.
Seo Jung bersandar di tembok, ia menyentuh tangan kanannya.
Seseorang dengan luka di kepala mengendarai sebuah mobil, ia munuju rumah sakit Doldam. Orang itu sudah tidak bisa menahan sakinya. Ia pingsan setelah tiba di halaman rumah sakit. Kepalanya roboh di kemudi dan menekan klakson.
Mobilnya
baru berhenti setelah menabrak mobil Dong Jo yang terparkir di sana.
Perawat Oh
dan yang lain mendengar suara klakson yang tiada henti itu, lalu keluar setelah
melihat dari jendela. Seo Jung memeriksa keadaan pasien lalu meminta Kepala
Jang dan Perawat Park untuk memindahkan pasien ke UGD.
Seo Jung memeriksa pasien, perawat Oh menduga kalau pasien masih sadarkan diri. Seo Jung menanyakan kondisi vital pasien.
"Tekanan
darah 70/40 detak jantung 140."
Suara paru-parunya melemah.
"Ini
tension pneumothorax [akibat luka di dinding dada yang bertindak sebagai katup
yang memungkinkan udara masuk rongga pleura tetapi mencegah pengeluaran]"
Ujar Seo Jung lalu ia memerintahkan untuk memberi pasien oksigen.
"Jika
dia menubrukkan mobilnya, kemungkinan ada pendarahan." Ucap Dong Joo yang
barusan bergabung dengan mereka.
Seo Jung
akan menyedot darah pasien tapi ia kesulitan menggunakan tangan kanannya. Dong
Joo mengamati itu, ia bertanya, kenapa tangan kanan Seo Jung? terluka kah?
Seo Jung tak
menjawabnya, ia meminta Perawat Park untuk mengambilkan chest tube. Seo Jung
kembali bertanya pada Perawat Park mengenai tanda vital pasien.
"Tekanan
darah 80/40. Detak jantung 140. Tapi aku tidak yakin karena Ia sedang menerima
cairan saat ini."
"Sedang
apa? Perut pasien bisa rusak! Aku kira kau pembedah umum!" Bentak Seo
Jung.
Dong Joo merasa aneh karena Seo Jung mendadak memakai bahasa formal. Seo Jung ternyata masih dokter residen disana, makanya ia bicara formal.
"Aku
tidak mengerti maksudmu. Mana mungkin kau tetap jadi residen selama 5 tahun?
Apa maksudmu?"
"Aku
sedang mengurus sertifikat ganda sebagai ahli bedah kardiovaskular. Apa
sekarang kau bisa fokus pada pasien, dokter Kang Dong Joo?"
Dong Joo
mengatakan kalau cidera otot pasien sangat parah, Itu berarti pendarahan
dalamnya sangat buruk. Saat ini sebaiknya menggunakan tube dada dan dipindahkan
ke rumah sakit besar. Ini adalah keterbatasan rumah sakit kecil.
Sementara itu seseorang menggeliat dalam tidurnya, ia berpakaian dokter.
Perawat Oh
datang membawa mesin USG.
Kepala Kang ikutan nimbrung, ia kembali menjelaskan kalau rumah sakit mereka punya segalanya meski terlihat seperti ini.
Dong Joo
menggunakan mesin USG jadul itu dan monitornya sudah tidak terlalu jelas bahkan
Perawat Oh harus menggedornya.
Tapi
walaupun begitu, perawat Oh bisa menduga apa yang terjadi dalam tubuh pasien,
"Ternyata pendarahan limpanya memang buruk, Benar?"
"Sepertinya
pendarahannya lebih buruk daripada perkiraan kita." Jawaban Seo Jung.
Lalu Seo Jung
menanyakan pendapat Dong Joo. Dong Joo masih dengan keputusan awalnya, membawa
pasien ke rumah sakit besar.
Perawat Oh
mengatakan butuh 2 jam menggunakan mobil atau 1 jam 30 menit jika ngebut jika
ingin sampai ke rumah sakit besar terdekat. Pasien kemungkinan meninggal karena kehilangan darah
terlalu banyak dalam perjalanan. Perawat Oh menyarankan untuk mengobati pasien
di rumah sakit mereka saja.
"Ini
bukan luka yang bisa diobati dirumah sakit sekecil ini. Kau tidak tahu?"
bentak Dong Joo.
"Bukan
karena kau tidak percaya diri dengan kemampuanmu?" Bentak Seo Jung.
Meskipun
Dong Joo dokter, membelah perut pasien
di rumah sakit kurang fasilitas, sama saja dengan percobaan pembunuhan.
Bukannya tidak bisa. Tapi ia tidak mau!
Orang tadi terbangun karena suara berisik, ia menyibak tirai. Yep! dia adalah Dokter Bu. Lalu ia berjalan mendekati pasien sambil merapikan rambutnya. Dong Joo refleks menyembunyikan lengannya
Pertama yang
ditanyakan Dokter Bu adalah kondidi vital pasien.
"Tekanan
darah 60/40. Detak jantung 128. Pendarahan dalam di bagian bawah perut.
Identitas dan penyebab luka tidak diketahui. Ia menyetir sendiri kemari dan
menubruk mobil lain di lahan parkir.
Mobilnya juga rusak parah." Jelas perawat Oh.
Dokter Bu menegur Seo Jung yang hanya berdiri diam saja sejak ia bangun. Seo Jung pun mengiris perut pasien yang darahnya ia sedot tadi.
Dokter Bu
memberikan komando. Pertama berikan intubasi. Sambungkan pasien ke ventilator.
besiap untuk melakukan operasi penghentian pendarahan.
Dong Joo
bertanya, Jangan-jangan... Dokter Bu berencana menghentikan darahnya disana?
Dokter Bu
tidak menjawabnya, ia fokus melakukan intubasi. Dong Joo terkesima dengan
kecepatan Dokter Bu dalam melakukannya.
Dokter Bu bersiap memakai peralatan operasi. Sementara ia menyuruh perawat untuk melakukan ini itu.
Seo Jung
selesai, ia meminta tube. Dokter Bu melarang, jangan buang waktu, gunaka trokar
saja! Lalu Perawat Park membawakan trokar untuk Seo Jung.
Dong Joo
heran, disana ada trokar juga?
Dokter Bu
selesai, memakai sarung tangan dan baju operasi, sekarang gilirannya, ia
menyuruh Dong Joo minggir.
"Anda
mau membedah perut pasien disini? Ini bahkan bukan ruang operasi hybrid! Disini
juga tidak steril..." Protes Dong Joo
Dokter Bu
marah, ia menyuruh Perawat Park untuk mengyingkirkan DOng Joo dari hadapannya.
"Apa?
"Singkirkan ?" Singkirkan?! Apa-apaan... Lepaskan aku! Lepas!"
Karena Perawat Park memeganginya.
Dong Joo tetap teriak-teriak menyuruh mereka berhenti tapi Dokter Bu tidak menggubrisnya. Dokter Bu memulai pertunjukkannya dalam membedah, dalam waktu singkat ia sudah menemukan sumber pendarahannya.
Dong Joo
heran, sudah ketemu?
Selanjutnya,
Dokter Bu minta benang jahit pada Seo Jung tapi Seo Jung kesulitan, ia
menggunakan tangan kanannya tapi malah guntingnya jatuh. Perawat Oh melihat itu
dan langsung mengambil alih, ia mengambilkan benang itu untuk Dokter Bu.
Dokter Bu
juga dengan cekatan menjahit sumber pendarahan, Dong Joo memperhatikannya
dengan cermat, ia kembali berdecak.
"Apa
ini? Tangan itu? Apa yang sekarang... Aku lihat ini?"
Dokter Bu
selesai menjahit, ia menyuruh mereka memindahkan pasien ke ruang operasi.
Dong Joo bertanya dalam hati, siapa pria yang dilihatnya itu. Lalu ia mengikuti Dokter Bu, yang tadi bertanya, apa ada masalah dengan cara kerjanya?
"Ceroboh,
tidak bertanggung jawab dan berbahaya." Jawab Dong Joo.
Dokter Bu
tidak punya pilihan lain melihat situasinya dan nyawa pasien dalam bahaya. Dong
Joo bertanya, apakah masih tidak apa-apa setelah pasien tahu bagaimana cara Ia
dirawat?
"Maksudmu
hak pasien? Yang harusnya dihormati oleh dokter? Jangan berdebat soal itu di
depanku. Yang aku perdulikan hanya satu. SELAMATKAN! Apapun yang terjadi, harus
diselamatkan! Yang lainnya, persetan dengan itu."
Kemudian
Dokter Bu menuju ruang operasi duluan. Seo Jung memerintahkan yang lain untuk
menyiapkan pasien, ia akan menyiapkan ruang operasi.
"Sebenarnya disini... tempat macam apa?"
Seo Jung hanya berdiri di depan ruang operasi saat operasi berlangsung. Katanya ia dilarang masuk.
Dong Joo
memprotes sikap Soe Jung yang sama sekali tidak melawan. Jelas-jelas membedah
perut seseorang di ruang uGD sangatlah konyol. Pasien sama sekali tidak aman
jika operasi dilakukan seperti itu.
"Lalu
bagaimana denganmu? Kau mengundur operasi pasienmu demi mengoperasi pasien VIP
yang akhirnya meninggal di meja operasi. Kau dikirim kemari karena kau berusaha
mendapat pengakuan tapi diabaikan. Apakah operasi seperti itu tidak
masalah?"
"Kau
masih berhubungan dengan In Soo sunbae?"
Seo Jung
mendengarnya dari salah satu kepala departemen. Sepertinya mereka dengar banyak
sejarah Dong Joo dari kenalan mereka.
Dong Joo
tidak punya pilihan lain. Kalau ia tidak mengambil resiko, ia akan kehilangan
kesempatan.
"Kesempatan apa?"
"Membuktikan
kemampuanku."
"Pada
siapa?"
"Kau
tanya karena tidak tahu? Tentu saja para atasan yang memperhatikan aku.
Semuanya berdasarkan koneksi. Kau tidak tahu itu? Orang seperti aku harus jatuh
bangun melakukan apapun. Kita harus punya orang tepatatau menyelamatkan VIP
agar dapat pengakuan!"
Seo Jung
heran, selama 5 tahun apa yang telah terjadi pada Dong Joo sehingga jadi
penakut dan banyak alasan. Kenapa Dong
Joo berubah sekali? Apakah hidup... sesulit itu?
"Kau
bilang hanya satu bulan, paling lama 2 bulan? Berusahalah, meskipun aku tidak
tahu apa kau bisa bertahan disini."
Seo Jung kembali ke ruang staff, ia teringat pernytaan cinta Dong Joo 5 tahun lalu, ciuman itu lalu kecelakaan Dokter Moon.
Tangan Seo Jung bergetar hebat, ia mengambil obat penenang di laci dan langsung meminumnya. Dibelakangnya, Dokter Moon berkata.
"Kau
pikir bisa menyembunyikan perasaanmu dengan begitu?"
Seo Jung
menoleh tapi tidak ada siapa-siapa. Suara Dokter Moon terdngar lagi,
"Karena bertemu dia lagi... jatungmu berdebar-debar?"
Seo Jung
meyakinkan dirinya kalau semua itu hanya ilusi, Ilusi. Hanya ilusi. Seo Jung
lalu mengambil segenggam obat penenang dan meminumnya sekaligus.
Ia menutup
telinganya dan tubuhnya bergetar.
Dong Joo menunggu Dokter Bu di depan ruangannya. Saat dokter Bu datang selesai operasi, Dong Joo minta bicara dengannya. Dokter Bu menjanjikan nanti saja karena ia capek lalu masuk ruangannya.
Dong Joo
tetap menerobos masuk. Dokter Moon berganti baju, di punggungnya ada bekas luka
dan Dong Joo melihatnya.
Dokter Bu
kemudian memutar kaset Madona, katanya agu Madonya memang paling enak di dengar
menggunakan kaset.
Dong Joo
mematikan tape-nya. Ia ingin bicara. Hak pasien dan integritas dokter, dokter
Bu mungkin tidak perduli soal itu,
"Kau,
berapa orang yang kau bunuh sampai bisa disini? Bukan saat kau masih jadi
residen. Setelah menjadi spesialis, ada berapa orang yang mati dibawah
pisaumu?"
Satu orang,
jawab Dong Joo, Tepat sebelum ia datang kesana. Dokter Bu menyuruhnya menambah
10 lagi, unuh lebih banyak orang sebelum Dong Joo datang dan bertanya lagi
padanya. Maka, saat itu ia akan mendengar Dong Joo.
Dokter Bu
menyalakan tape-nya kembali, "Oh iya. Kau masih menyimpan tangan kananmu?
Jaga baik-baik, aku akan memintanya suatu saat."
Dong Joo
mengepalkan tangannya kesal, lalu kembali mematikan tape.
"Maaf,
aku tidak bisa lama-lama disini. Dalam sebulan atau lebih cepat, aku ingin
segera meninggalkan tempat reyot ini!
"Selain
tempat reyot ini, kau punya tujuan lain?"
"Aku
akan kembali ketempat sebelumnya"
"Disana
kenapa? Mereka mau menerimamu kembali?"
"Aku,
tidak dikirim kemari karena aku tidak punya kemampuan. Aku hanya sedang sial.
Aku tidak belajar keras, praktek dan latihan membedah dan begadang semalaman
agar aku bisa berada di rumah sakit busuk ini seumur hidupku!
"Makanya
itu, inti perkataanmu apa?"
Dong Joo
akan lakukan apapun, agar bisa kembali. Dong Joo kembali menyalakan tape, lalu
keluar dengan kesal.
Dong Joo lewat depan meja informasi, kepala Kang memanggilnya karena ada telfon dari ibunya Dong Joo. Ibu Dong Joo menelfon rumah sakit karena Dong Joo tak menjawab ponselnya.
Tepat saat
itu, In Soo menelfonnya,
"Nanti
saja. Katakan aku sedang sibuk. Nanti akan kutelpon." Jawab Dong Joo dan
ibunya di seberang mendengar ucapan Dong Joo itu. Ibunya kelihatan kecewa.
Dong Joo memilih menjawab telfon In Soo yang mengabarkan kalau Direktur Do dan Direktur Yeo berteman sejak masih kuliah. Ia menyuruh Dong Joo untuk memberi kesan baik pada Direktur Yeo. Kalau Dong Joo ingin mengubah pikiran direktur Do, Dong Joo harus buat Direktur Yeo suka pada dirinya.
"Ah,
aku juga dapat informasi dari kenalanku. Direktur Yeo, suka sekali main baduk.
Ah, lalu dia suka dengan anggrek oriental."
Dong Joo
menyesali sikapnya saat pertama bertemu Direktur Yeo tadi. Dan ia mengeluhkan
kalau ia paling tidak bisa main baduk dan tidak mengerti soal tanaman.
"Yaa,
bocah menyebalkan! Kau mau terperangkap di rumah sakit Doldam selamanya?"
Dong Joo selanjutnya mendatangi Direktur Yeo yang sedang main baduk. Ia membawa anggrek oriental tapi ia sembunyikan dibelakang tubuhnya.
"Ada
perlu apa?" Tanya Direktur Yeo ramah.
Dong Joo
ingin memberkan anggerk itu tapi ia melihat sekeliling, milik Direktur Yeo
sudah bergeret banyak ia pu ragu, lalu direktur Yeo memberinya lampu hijau
untuk mengatakan semuanya saja, tidak apa-apa.
"Tadi
pagi saya sudah bicara kelewatan. Saya ingin minta maaf pada Anda. Jika aku
menyinggung perasaan Anda, tolong dimengerti Direktur."
"Hahaha
Bukan apa-apa. Aku tidak tersinggung."
Dong Joo
senang mendengarnya, ia akan mengeluarkan anggreknya tapi tidak jadi saat
Direktur Yeo kembali bicara.
"Oh iya
! Aku dengar soal dirimu dari Kim Sabu [Guru Kim / Teacher Kim / Dokter
Bu]."
Dong Joo
tidak mengerti, Kim Sabu. Direktur Yeon menjelaskan kalau yang dimaksudnya
adalah kepala bedah.
"Aah...
orang menyebutnya begitu?"
Direktur
menjelaskan, Awalnya mungkin orang salah menilai Kim Sabu, tapi banyak yang
bisa dipelajari darinya. Yah, menurut Dong Joo tidak banyak juga.
Dong Joo
lalu teringat pesan In Soo kalau Dong Joo harus memberi kesan baik pada
Direktur Yeo. Maka Dong Joo mengiyakan kata Direktur Yeo, ia akan melakukan
yang terbaik.
"Baiklah.
Kau bisa keluar."
Dong Joo
menjawab iya tapi ia tak kunjung keluar sehingga Direktur Yeo bertanya kenapa,
ada yang ingin Dong Joo katakan lagi padanya?
"Anu,
sebenarnya..." Dong Joo akan menunjukkan anggrek lokal yang dibawanya.
Tiba-tiba
Kepala jang membuka pintu tanpa peringatan. Ia mengatakan kalau Seo Jung kambuh
lagi. Direktur Yeo sepertinya sudah paham, ia menyuruh kepala Jang untuk memanggil Kim Sabu sementara ia akan
menuju Seo Jung.
Semua menuju ruang staff dimana di sana Seo Jung memegang pisau bedah di tangan kirinya, kapan saja ia siap mengiris nadi tangan kanannya yang gemetar hebat.
Dong Joo
terkejut melihatnya, ia sampai menjatuhkan anggrek yang ditentengnya dari tadi.
Perawat Oh membujuk Seo Jung untuk menaruh pisau bedah itu, Dong Joo akan maju
tapi Direktur menghalanginya.
"Percaya
pada Perawat Oh. Lebih baik kita tetap dibelakang."
Perawat Oh
mengingatkan kalau Seo Jung sudah baik-baik selama ini. Seo Jung juga harusnya
bisa masuk ruang operasi dalam beberapa hari.
"Aku
mati karenamu." Suara Dokter Moon kembali terdengar oleh Seo Jung.
Seo Jung
mengatakan kalau suaranya tidak mau berhanti. Perawat Oh menjawab kalau itu
disebabkan karena Seo jung masih berpikir bisa mendengarnya.
"Dokter
Yoon kau sudah sembuh dan baik-baik saja. Jadi, kemarilah. Berikan itu
padaku."
"Tolong
aku. Kumohon Tolong aku..." rintih Seo Jung.
Dong Joo
maju, ia mencoba mengajak Seo Jung bicara, Kenapa? Apa yang terjad ? Kenapa
memegang pisau bedah yang berbahaya?
Melihat
wajah Dong Joo, ingatan Seo Jung jadi semakin tajam, kecelakaan itu.. dan
wanita (ibunya?) yang meninggal bunuh diri saat ia pulang sekolah dikala ia SMA
dulu.
Dong Joo
minta Seo Jung memberikan pisau bedah itu tapi Seo Jung malah... menyayat
nadinya. Tidaaaaaakkk!!!
Seo Jung tumbang, Kim Sabu datang tepat waktu menangkap Seo Jung. Dong Joo syok. Kim Sabu menyuruh Perawat Oh mengambil kasa.
Perawat Oh
dengan sigap mengambil kasa dan membantu Kim Sabu membalut luka Seo Jung,
setelahnya Kim Sabu membopong Seo Jung ke luar ruang staff.
Dong Joo tertegun, ia cuma bisa mengamati dan akhirnya ia ditinggalkan dengan pisau bedah tergeletak di lantai.
Perawat Oh menduga kalau Seo Jung minum terlalu banyak obat penenang, kondisi vitalnya juga tidak baik. Sepertinya pisaunya merusak arterinya, ya kan?
"Hidrasi
dia dan segera pindahkan ke ruang operasi." Perntah Kim Sabu.
Dong Joo terduduk, ia menatap anggreknya di lantai, Ia menangis mengingat kejadian tadi.
Kim Sabu sudah siap di ruang operasi bersama Perawat Oh dan Perawat Park. Tiba-tiba Dong Joo muncul, kedua perawat lalu memakaikanbaju operasi dan sarung tangan kepadanya setelah mendapat persetujuan Kim Sabu.
Perban Seo
Jung dibuka. Kim Sabu melihat kerusakannya, "Lukanya kecil tapi dalam. Dia
memotong arterinya, saraf dan 2 tendon, tidak, tiga. Jadi ada 5 yang harus
disambungkan lagi. Kau pernah melakukannya?"
Dong Joo
tidak menjawabnya, ia memandang wajah Seo Jung. Kim Sabu mengulangi, pernah
atau tidak?!
"Tidak. Aku hanya liat prosedurnya via video. Ini pertamakalinya aku melakukannya.
"Kalau
kau buat kesalahan, aku akan potong tanganmu dan kutempel ke tangan Dokter
Yoon. Asal tahu saja."
"Ayo
mulai." Jawab Dong Joo yakin.
"Bodoh."
>
EmoticonEmoticon