Sumber Gambar dan Konten dari tvN
Di upacara pernikahan, Jin Woong menjalankan tugasnya dengan baik dengan cosplay-nya. Semua tamu undangan tertawa mendengar cosplay Jin Woong.
Berbeda dengan Bos Kim dkk yang sudah sering mendengar. Bos Kim malah kesal dengan Jin Woong, jika begitu terus kapan acaranya akan selesai? Tapi Bos Kim mengatakannya dengan meniru cosplay Jin Woong.
"Wow,
Direktur juga punya bakat cosplay!" Puji Jin Yi.
Bos Kim
tidak melakukannya bukan berarti tidak bisa. Ia hanya tidak ingin orang-orang
jadi sakit kepala, seperti yang dibuat Jin Woong.
Kemudian Bos
Kim mencoba steak yang dihidangkan dan ia benar-benar menyukainya, Jin Yi juga
setuju. Ha Na yang tidak fokus iya iya saja saat ditanya Jin Yi, sedangkan Jung
Suk malah membanting garpu dan pisaunya.
"Menurut
pendapatku, rasanya tidak enak." Ujar Jung Suk.
Jin Yi
bersikeras kalau itu enak. Jung Suk menjelaskan kalau ia hanya makan daging
Hanwoo terbaik saat makan steak. Dan karena sudah pernah merasakannya, steak
itu benar-benar terasa buruk.
"Kenapa
kau pemilih sekali? Steak ya steak. Ini enak." Tanggap Bos Kim sambil
memotong steak-nya.
Jung Suk
jadi emosi, kenapa ia tidak boleh menjadi pemilih dengan makanannya sendiri?
APa Bos Kim tidak tahu siapa dirinya?
"Tidak,
tidak, aku tahu. Yeah. Mana mungkin aku tidak tahu? Tentu aku tahu. Aku yakin
seseorang dengan gaji selangit sepertimu hanya memakan daging kualitas
terbaik."
Jung Suk
membenarkan, Kapanpun ia makan steak, ia hanya memilih daging Hanwoo kualitas
terbaik. Sayuran pun, ia hanya memilih sayuran organik segar dari distrik
Chungjung, maksimal enam jam setelah dipetik. Dan aku hanya memilih melon
terbaik.
"Seseorang
sepertiku yang hanya menginginkan yang terbaik dalam hal makanan, tidak mungkin
menyukai sembarang wanita, kan? Tidak. Aku hanya menyukai seseorang yang
berkualitas tinggi sepertiku."
Lalu Jung
Suk menjauh dari meja untuk mengangkat telfon. Bos Kim kembali bertanya-tanya,
kenapa seharian ini Jung Suk selalu membahas wanita?
Dong Young keluar minimarket dengan hanya membawa sumpit membuat Ki Bum heran. Ternyata Dong Young mengharapkan makanan sisa Ki Bum karena Ki Bum makan makanan katering dan ramen sekaligus.
"Dasar
berandal. Oh yeah, hentikan sikap seperti itu. Kau akan segera lulus ujian. Kau
akan mendapatkan banyak fasilitas dari pemerintah, jadi kau tidak perlu
bersikap seperti pengemis begini! Benarkan, Tuan Kim Dong Young, PNS tingkat
sembilan?" kata Ki Bum keras-keras.
Dong Young
lelah mendengar panggilan Ki Bum itu, ia mengaku salah dan minta maaf, maka
dari itu ia berharap Ki Bum berhenti.
"Kau
sudah selesai makan, kan? Aku akan menghabiskannya."
Dan Dong
Young mengambil makanan Ki Bum. Ki Bum hanya memandangnya tajam. Dong Young
menjelaskan, toh semua itu hanya akan menjadi sampah jika Ki Bum tidak
menghabiskannya.
"Aku
membaca sebuah artikel kemarin lusa. Tertulis bahwa Korea menghabiskan banyak
anggaran untuk pengolahan sampah makanan!"
Ki Bum
memberi Dong Young tepuk tangan yang ternyata sangat peduli pada negara, Tuan
Kim Dong Young, PNS tingkat sembilan?
Dong Young
membentak Ki Bum untuk berhenti. Ki Bum tak mau, ia mengatakannya karena ia
sangat iri pada Dong Young.
"Yeah,
aku pergi. Aku akan berkemas, kau tahu, karena aku tidak memiliki harapan lagi.
Oke, Tuan Kim Dong Young, PNS tingkat sembilan?"
Dong Young
paham, memang pantas Ki Bum merasa sedikit iri. Dan ia kembali memuji dirinya
sendiri.
"Dong
Young, kau melakukannya dengan baik. Kau bekerja begitu keras hari ini.
Orang-orang pasti iri padamu. Yep, yep, yep."
Chae Yeon makan sambil membaca. Gong Myung mendekat dan ikut makan juga.
"Shabu.
Kau bahkan belajar saat sedang makan?"
Chae Yeon
melakukan itu untuk menyelamatkan waktu agar tidak terbuang sia-sia saat
makan., tidak boleh lengah, meskipun hanya sedetik saja.
Makanan Gong
Myung siap dan Chae Yeon melemparkan catatan untuknya menyuruhnya membaca itu
sambil makan.
"Hey,
sudah cukup sulit buatku untuk sekedar belajar. Dan sekarang kau malah
menyuruhku belajar saat sedang makan? Aku akan belajar setelah selesai
makan." Tawar Ki Bum.
"Bukankah
kau bilang akan menuruti semua perkataanku?" Bentak Chae Yeon.
Gong Myung pun
tak punya pilihan lain selain menuruti kata Chae Yeon. Gong Myung sudah
mencobanya tapi ia kesulitan mengarahkan sendok ke mulutnya karena tidak
melihat.
Tapi saat melihat Chae Yeon, ia kagum. Chae Yeon bisa dengan mudah mengarahkan sendok ke mulutnya dengan tepat bahkan saat menyendok sup pun tidak tumpah.
"Kau
bisa melakukannya jika terus mencoba. Fokuslah, bisa?" Saran Chae Yeon.
Bukan hanya
makan, Chae Yeon juga bisa berjalan tanpa melihat jalan, bahkan ia bisa
menangkap bola yang menggelinding ke arahnya dengan kaki lalu menendangnya.
Yang lebih
mencengangkan lagi, Chae Yeon bisa menghindari pipa besi yang dibawa oleh para
pekerja konstruksi.
"Wow.
Dia benar-benar ahli" Gumam Gong Myung.
Selanjutnya, Chae Yeon membawa Gong Myung ke toko buku untuk membeli buku panduan tiga pelajaran utama, Bahasa Korea, Bahasa Inggris, dan Sejarah Korea.
Gong Myung
sudah menemukan dua buku tinggal buku Sejarah Korea saja yang belum. Gong Myung
melihat Chae Yeon dalam bahaya, dimana Chae Yeon bisa saja kejatuhan buku dari
atas.
Gong Myung
bergerak cepat dengan memeluk Chae Yeon sehingga buku-buku itu mengenainya
bukan Chae Yeon.
Chae Yeon
khawatir pada Gong Myung dan Gong Myung memastikan kalau dirinya tidak apa-apa.
Ia lega karena "Shabu-nya" tidak terluka.
Hal itu
membuat Chae Yeon bertanya kagum, Apa?
"Jika
kau terluka, lalu siapa yang akan mengajariku?"
Untuk sesaat
Chae Yeon tidak bisa berkata apa-apa.
Jin Woong masih saja melakukan cosplay dan diakhiri dengan tepuk tangan riuh oleh undangan. Selanjutnya adalah menyanyikan lagu pernikahan.
Kedua mempelai tampak sangat bahagia, ditambah lagu yang romantis. Jin Yi sampai berkaca-kaca. Bos Kim menyuruhnya untuk menikah juga, kan Jin Yi juga punya kekasih. Hal itu malah membuatnya sedih.
Bos Kim tak menangkap sinyal itu, ia terus berbicara, "Aku memahami Profesor Park tidak memiliki pacar karena dia masih sangat muda. Bagaimana bisa kau tidak berkencan dengan siapa pun? Apa kau punya masalah tertentu?" tanya Bos Kim pada Jung Suk.
"Tidak,
aku juga tidak bermaksud terus hidup sendirian. Suatu hari, aku akan menikah,
hanya jika aku sudah bertemu seorang wanita yang memenuhi standarku."
"Astaga,
kau bicara soal wanita lagi. Baiklah, biar kami mendengarnya. Wanita seperti
apa yang memenuhi standarmu?"
Pertama, dia
harus lulus dari universitas yang sama dengannya, Universitas Seoul. Demi
anak-anaknya kelak, ia tidak akan menikahi wanita yang tidak memiliki
almamater
bagus. Dan dia harus seorang profesional. Jika dia profesional dalam sebuah
bidang yang prestisius, hal itu akan lebih baik lagii.
"Seperti
pengacara, hakim, atau dokter?" Tanya Jin Yi.
"Tepat.
Aku tidak mengharuskan gajinya sama sepertiku. Tidak masalah jika sedikit lebih
rendah dariku. Soal penampilan, aku suka yang tinggi seperti model."
Menurut Bos
Kim, Jung Suk menuntut terlalu banyak. Jung Suk mengingatkan bahwa dirinya
adalah Jin Jung Suk, ia sangat layak untuk mendapatkan wanita seperti itu, saat
aku memiliki segalanya,
"kenapa
aku harus mengencani seorang wanita yang tidak
lulus dari
universitas bagus, bukan profesional, dan penampilannya biasa saja? Itu tidak
wajar."
Ha Na tak bisa lagi mendengarnya, maka ia pamit duluan dengan alasan masih ada yang harus dikerjakannya di akademi.
Jin Yi lalu
mengikuti Ha Na setelah menatap Jung Suk tidak suka. Jung Suk sih tidak ambil
pusing tatapan Jin Yi tadi.
Jin Yi
berhasil menyusul Ha Na, ia bertanya apa Ha Na sungguh kembali ke akademi untuk
bekerja? bukan pergi karena merasa marah?
Ha Na tidak
mengerti, kenapa harusmarah? Jin Yi langsung menjawab tidak apa-apa. Ha Na
menyuruh Jin Yi kembali ke dalam, ia benar-benar ada sesuatu yang harus diurus
di akademi.
"Malang
sekali. Astaga, si sampah itu..." Guman Jin Yi lalu kembali ke dalam.
Jin Yi malah bertabrakan dengan Jung Suk setelah beberapa langkah masuk ke dalam. Jung Suk sampai menjatuhkan tas bermereknya. Jin Yi pun minta maaf.
"Maafkan
aku. Wanita idealmu lulusan Universitas Seoul. Dan dia seorang profesional
dengan penampilan supermodel. Aku tidak percaya menabrak seorang pria
sepertimu."
"Kenapa
kau mengajak bertengkar?"
"Apa
kau harus melukai perasaannya seperti itu? Dia memiliki perasaan
padamu..."
Jung Suk
bertanya, apa maksud Jin Yi dengan Ha Na memiliki perasaan padanya. Karena
sudah keceplosan Jin Yi pun jujur pada Jung Suk.
"Ha Na
memiliki perasaan padamu. Kami bicara setelah dia mabuk kemarin. Dia
memberitahuku bahwa dia mungkin memiliki perasaan padamu. Jadi, dia ingin
mengonfirmasi tentang perasaanmu padanya. Itu sebabnya, dia bertanya kau
menyukainya atau tidak. Jadi, hentikan mengoceh soal kau hanya mengencani
wanita yang dapat memenuhi standarmu. Kau tidak perlu berbuat sejauh itu. Dia
sudah tahu kau tidak memiliki perasaan padanya. Dia benar-benar
kesulitan."
Jung Suk
masih belum bisa percaya seperginya Jin Yi, kemudian Jin Yi kembali lagi,
memastikan supaya Jung Suk menjaga rahasia itu dari Ha Na.
Ha Na sudah naik bis, ia akan membayar dengan kartu tapi ternyata saldonya tidak cukup. Maka ia pun mencari-cari uang tunai dalam dompetnya
Ha Na duduk,
ia membuka kembali dompetnya yang lusuh. Ia mendesah,
"Aku setuju. Dia di luar jangkauanku.
Dia tidak akan jatuh cinta pada sembarang wanita. Seseorang sepertiku..."
Dan Ha Na
kembali mendesah.
Ki Bum kembali mengomentari Dong Young, kali ini ia membahas mengenai Dong Young yang melangkah dengan sangat tegap. Apakah itu karena Dong Young akan bekerja untuk pemerintah?
"Astaga,
benar-benar. Aku bahkan tidak boleh berjalan, Berandal?"
Lalu ada
seseorang yang menjatuhkan uang. Dong Young kebetulan melihatnya lalu
mengembalikan uang itu pada pemiliknya.
Ki Bum memberinya tepuk tangan. Dong Young memang PNS tingkat sembilan.
"Apalagi
sekarang?"
"Biasanya
saat kau melihat uang terjatuh di jalan, kau akan mengambilnya, menganggap
tidak ada pemiliknya. Sekarang, karena kau akan segera lulus ujian, kau mulai
hidup dengan benar layaknya PNS. Aku rasa kau akan melakukan pekerjaanmu dengan
baik, Pak."
Kemudian Ki
Bum beralih pada kaos Dong Young yang sudah dipakai sejak 5 tahun. "Kau
akan melakukan pekerjaan luar biasa, PNS Kim Dong Young. Aku iri. Aku sangat
iri padamu."
Dong Young
gerah mendengarnya, ia minta Ki Bum untuk berhenti sekarang juga.
Chae Yeon menemukan Gong Myung di ruang belajar yang fokus sekali sampai tak mendengarpanggilannya. Chae Yeon mengira kalau Gong Myung tidur, makanya ia mendekatkan wajahnya untuk memastikan.
Gong Myung
menoleh sehingga wajah mereka dekat sekali dan saat mata Gong Myung menatap
Chae Yeon, Chae Yeon merasakan sesuatu, ia terkejut lalu cepat-cepat menjauh.
"Apa-apaan?
Kenapa kau tidak menjawab saat aku memanggilmu?"
Gong Myung
cuma menuruti kata Chae Yeon yang menyuruhnya fokus jadi ia tidak menyadari hal
lain. Chae Yeon cuma mau memberi obat karena ia takut Gong Myung terluka karena
insiden tadi.
Chae Yeon
kembalike mejanya namun ia terus saja memikirkan Gong Myung dan sesekali ia
menoleh ke arah Gong Myung.
Bos Kim keluar bersama Jin Yi dan Jin Woong sedangkan Jung Suk tadi pergi begitu saja tanpa pamit. Jin Yi kesal saat Bos Kim bertanya mengenai kepergian Jung Suk.
Jin Woong
menebak kalau Jin Yi kesal gara-gara Profesor Shin mendahuluinya menikah.
"Semangatlah.
Kau juga akan secepatnya menyusul. Aku akan menjadi MC pernikahanmu, jangan
kuatir."
"Tidak,
terima kasih. Aku ada janji, jadi aku pergi dulu." Jawab Jin Yi.
Saat diluar, Jin Woong menyesal sudah mengungkit soal pernikahan Jin Yi. Bos Kim tak mengerti, kenapa memangnya?
"Yeah,
dia ingin segera menikah. Tapi tidak dengan kekasihnya."
Bos Kim
terkejut. Mengingat usia mereka seharusnya tidak menunda pernikahan lebih lama
lagi. Menurut Bos Kim, pacar Jin Yi memang tidak memiliki keingian menikah. Jin
Woong juga rasa juga begitu, mengingat mereka sudah berkencan selama lima
tahun.
Bos Kim
menggunakan kesempatan ini untuk minum dan mengutuk kekasih Jin Yi karena ia
masih marah. Jin Woong setuju dan bertanya kemana mereka harus pergi?
Bos Kim memikirkan sebuah tempat dan ponsel Jin Woong berdering dari tumah sakit ibunya. Jin Woong permisi untuk mengangkatnya. Perawat mengatakan kalau ibu Jin Woong mencari Jin Woong.
"Ibu
Anda meminta bertemu. Beliau tampak lebih baik hari ini." Jawab Jin Woong
bahagia.
Lalu ia
kembali pada Bos Kim untuk pamit. Bos Kim tentu saja melarangnya tapi Jin Woong
tidak perduli.
Bos Kim
mengira kalau Jin Woong pasti mau bertemu istrinya lagi. Kenapa Jin Woong
membiarkan istrinya memegang kendali begitu?
Kemudian
ponselnya berdering, dari istrinya dan Bos Kim menjawabnya dengan patuh. Ia
ijin untuk pulang telat, istrinya pasti berteriak-teriak, soalnya Bos Kim
sampai menutup telinganya.
"Oke,
aku akan pulang lebih awal." Ucap Bos Kim menyerah.
Jin Woong sampai di ruangan ibunya, ia sangat bahagia saat ibu mengenali dirinya. Ibu bahkan menyadari kalau berat badannya turun.
"Apakah
kau melewatkan waktu makan karena perceraianmu?"
Jin Woong
baik-baik saja, jadi ia melarang ibunya khawatir. Ibu ingin pulang ke rumah.,
ingin pulang dan membuatkan Jin Woong makanan.
"Jika
kondisi Ibu meningkat, aku akan mengajak Ibu pulang."
Jin Woong
lalu memeluk ibunya dan berterimaksih karena ibunya telah mengenalinya.
Dong Young melijat ayam bakar saat jalan-jalan, ia bertanya-tanya,haruskah ia beli satu? Tapi kemudian tersadar kalau ia masih mendapatkan bantuan dari Ibu dan saudara-saudaranya, jadi tidak pantas melakukannya.
"Lupakan
saja. Saat aku mendapat gaji pertamaku setelah lulus, aku bisa makan ayam
setiap hari."
Tapi ia
tidak bisa lewat begitu saja, hitung-hitung untuk merayakan hari ini, tidak apa
untuk membeli satu. Ia pun masuk ke restaurant itu.
Dong Young
memesan satu, ia minta pemilik untuk membungkus yang kedua dari kiri (yang
paling besar), Dong Young juga pesan 2 porsi acar dan berjanji akan sering
datang. Lalu ia memberikan kartu untuk membayarnya.
Pemilik
menggesek kartunya tapi saldonya tidak cukup. Dong Young tak percaya, uang
sakunya seharusnya sudah dikirim beberapa hari lalu. Dan ia pun ijin membuka
ponsel untuk memeriksanya dan benar saja kalau uangnya belum masuk.
"Aku
terlalu sibuk dengan ujian sampai tidak memeriksanya. Apa yang terjadi?"
Gumamnya.
Dong Young lalu keluar lagi untuk menelfon Kakaknya. Ia bilang kalau ia lulus ujian akademi dan yakin kalau ia bisa lulus ujian PNS tahun ini, jadi kakanya tidak perlu membantunya lebih lama lagi.
"Noona.
Pasti berat harus mengirimiku uang setiap bulan."
Kakanya
langsung menangkap maksud Dong Young, pasti Dong Young menelfon karena uangnya.
Kakaknya baru teringat kalau ia belum mengirimnya.
"Maafkan
aku, Dong Young. Aku terlalu sibuk belakangan ini. Sebenarnya, Ibu baru saja
jatuh saat bekerja. Punggungnya cedera."
Dong Young terkejut, apa Cederanya parah? Kenapa tidak memberitahunya?
Kakak
berkata kalau ibu berpikir hal itu dapat mengganggu belajar Dong Young. Tak
usah kuatir. Ibu akan keluar rumah sakit bulan depan, Kondisinya tidak terlalu
parah.
"Tapi tetap
saja kau seharusnya memberitahuku..."
Kakaknya
menjelaskan kalau semua orang sibuk patungan membayar biaya rumah sakit Ibu.
Mereka semua pasti lupa mengiri Dong Young uang. Kakanya berjanji akan
mengirimnya sekarang.
"Tidak
perlu, Noona. Kau tidak perlu mengirimiku uang. Masih ada sisa uang yang kau
kirimkan sebelumnya. Jangan mencemaskan aku. Aku yakin semua orang sedang
kesulitan. Maaf karena aku tidak bisa membantu apa-apa."
Dong Young
lalu menutup telfon, ia merasa egois sekali, bagaimana ia bisa berpikir untuk
makan enak di saat seperti ini? Berapa lama lagi ia akan membebani keluarganya,
huh?
Dong Young ke atap asrama. Tepat sekali saat Ki Bum sedang makan ayam goreng dan minum disana.
"Oh
astaga, lihat siapa yang ada di sini. Bukankah dia PNS tingkat sembilan, Kim
Dong Young?"
"Kau
tidak bisa fokus di ruang belajar. Kau bilang akan belajar di asrama. Kenapa
justru minum?"
Ki Bum sudah
menyerah, agaimanapun juga, ia tidak memiliki harapan lagi. Ia ingin minum
sebagai perpisahan dengan Noryangjin sebelum berkemas. Apa? ia tidak boleh
melakukan itu? Bagaimana mungkin Dong Young bisa memahami perasaanku?
"Aku
sangat iri padamu, PNS tingkat sembilan, Kim Dong Young. Aku sangat iri."
Dong Young
lebih iri pada Ki Bum yang bisa membeli dan makan ayam tanpa kesulitan kapanpun
Ki Bum mau.
"Tirori...
Omong kosong apa itu?"
Dong Young
serius. Ia iri pada Ki Bum yang bisa belajar tanpa mencemaskan soal uang.
"Kalau
begitu, ayo bertukar tempat. Orang tua ku yang kaya dengan nilaimu. Ayo
bertukar. Tunggu. Kecuali wajah kita. Aku rasa aku tidak akan bisa hidup dengan
wajahmu. Ah, kecuali tubuh kita. Proporsi tubuhmu bukan tipe ideal semua orang.
Kau tahu itu, kan?"
Dong Young kembali ke kamarnya, ia mendapati pesan ibu asrama supaya Dong Young membayar uang sewa besok.
Dong Young
membawanya masuk. Ia duduk di ranjang dengan lesu lalu sms masuk beruntun,
pemberitahuan kalau uang sudah dikirim ke rekeningnya. 30,000 dikirim dan
70,000 dikirim, 100,000 dikirim.
"Apa
ini? Sudah kubilang padanya bahwa aku baik-baik saja. Kurasa Noona memberitahu
mereka semua."
Selanjutnya
sms dari Kakanya masuk, kakaknya bangga sekali pada Dong Young yang berhasil
dalam ujian akademi. Ia minta maaf karena tidak bisa banyak membantu.
"Makanlah
dengan baik dan semangat. Semoga berhasil."
Membaca itu
membuat Dong Young menangis, ia merasa bersalah, ia minta maaf.
Gong Myung mengantar Chae Yeon sampai ke asrama padahal Chae Yeon sudah menolaknya. Gong Myung melakukan itu karena ia merasa tidak enak karena hanya duduk seharian. ia menganggap itu sebagai latihan fisik.
Chae Yeon
mengerti, ia berpesan agar Gong Myung mengulang bab yang ia ajarkan tadi. Gong
Myung mengerti. Ia akan menuruti apa pun kata "Shabu".
"Berhenti
main-main."
"Oke."
Ki Bum selesai makan, ia kekenyangan, lalu melangkah ke depan untuk melihat ke bawah.
"Aku
hanya bercanda. Apakah aku harus berkemas sekarang? Haruskah aku benar-benar
meninggalkan Noryangjin?"
Ki Bum
melihat Gong Myung dan Chae Yeon berpisah di depan asrama. Ia melihat Gong
Myung berjalan pulang, tapi Chae Yeon yang awalnya mau masuk asrama berbalik
lagi untuk menatap kepergian Gong Myung
"Apa
yang terjadi dengan mereka?" Tanya Ki Bum.
Gong Myung melihat Ha Na di halte, ia memutuskan untuk menghampiri Ha Na, bertanya apa yang sedang Ha Na lakukan disana?
"Aku
baru saja mengurus beberapa hal di akademi. Apa yang sedang kau lakukan masih
berkeliaran di sekitar sini?"
"Apalagi
selain belajar? Aku dari tadi belajar."
Ha Na senang
mendengarnya. Gong Myung minta maaf karena terus main-main di sekitar Ha Na.
Seperti yang Ha Na katakan, ia tidak memiliki keseriusan sama sekali. Tapi ia
sudah merenungkan diri.
"Apakah
kata-kataku tadi menyakiti perasaanmu?"
Tidak, Gong
Myung tidak sakit hati, Justru itu memotivasinya. Sejujurnya, ia hanya mengoceh
saja soal belajar. Benar bahwa ia tidak berusaha sungguh-sungguh. Kali ini, ia
sudah membulatkan tekad. Ia akan melakukan yang terbaik.
"Pemikiran
yang bagus."
Kemudian bis
Ha Na datang dan ia pun pergi duluan. Gong Myung melambai pada Ha Na.
Jung Suk kembali minum sendirian, ia memikirkan Ha Na yang menyukainya.
"Itu
keterlaluan. Kenapa dia tidak jujur dan memberitahuku bahwa dia menyukaiku?
Kenapa dia mencoba mencari tahu perasaanku lebih dulu?"
Ia teringat
percakapannya dengan Ha Na tadi.
Ha Na juga
minum sendirian di rumah.
Narasi Ha Na: Aku minum sendirian lagi hari ini. Saat
sedang minum sendirian, rasanya tidak selalu manis.
Ia teringat reaksi Jung Suk saat pertama bertemu di Noryangjin.
"Kelihatannya
dia berusaha keras di Seoul. Ini yang kupercayai. Seseorang bisa menipumu, tapi
tidak dengan almamatermu. Cobalah duduk di kelasnya. Kau bisa tahu dari
universitas macam apa dia berasal."
Narasi Ha
Na: Saat minum sendirian. kau teringat
kenangan yang ingin kau lupakan.
Ha Na
teringat saat Jung Suk salahmenuduhnya mengenai Gong Myung yang menyebarkan
tisu promosinya.
"Tutor
macam apa kau? Kau pikir kau memenuhi kualifikasi? Aku benci orang-orang yang
melakukan apa pun demi mewujudkan keinginan mereka. Kau lebih buruk dari
dugaanku.
Ha Na kembali menenggak minumannya.
Narasi Ha
Na: Terus membuatku memikirkan kenangan
yang sedih.
Lalu ia
teringat saat Jung Suk menegurnya karena pingsan di kelas.
"Sebagai
seorang tutor, bukankah menjaga diri sendiri yang utama? Siapa yang bisa
kusalahkan? Kesalahanku sendiri terlalu berharap padamu. Aku menilaimu terlalu
tinggi.
Narasi Ha Na: Dan saat aku merasa tidak mampu. aku merasa lebih rendah diri.
Yang lebih
menyakitkan saat ia mendengar Ucapan Jung SUk mengenai tipe wanita idealnya,
cantik, seorang profesional, lulusan Universitas Seol dll.
Narasi Ha
Na: Untuk alasan itu, saat kau minum
sendirian, ada saat-saat dimana rasanya lebih pahit. Di waktu seperti hari
ini...
Ha Na
menyerah, mari akhiri di sini. Beraninya ia? Ia harus mengerti posisinya.
Seseorang sepertinya... Beraninya ia memiliki perasaan pada Si Terhormat Jung
Suk? Apakah itu masuk akal? Seseorang sepertinya...
Gong Myung mengiriminya pesan
"Guru."
"Aku akan lulus ujian, tidak peduli
bagaimanapun juga. Aku ingin membanggakan untukmu."
"Kau seseorang yang berharga
untukku."Tidak ternilai."
"Aku... "
"aku menyukaimu."
Ha Na menangis, "Apa... Dia pikir aku ini siapa? Aku seseorang yang tidak berguna."
>
2 komentar
Gomawo unnie d tggu episode selnjtnya n jgn lm" y ngepostna
Gomawo unnie d tggu episode selnjtnya n jgn lm" y ngepostna
EmoticonEmoticon