-->

Sinopsis Drinking Solo Episode 9 Part 2

- Oktober 12, 2016
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN



Di upacara pernikahan, Jin Woong menjalankan tugasnya dengan baik dengan cosplay-nya. Semua tamu undangan tertawa mendengar cosplay Jin Woong.



Berbeda dengan Bos Kim dkk yang sudah sering mendengar. Bos Kim malah kesal dengan Jin Woong, jika begitu terus kapan acaranya akan selesai? Tapi Bos Kim mengatakannya dengan meniru cosplay Jin Woong.

"Wow, Direktur juga punya bakat cosplay!" Puji Jin Yi.

Bos Kim tidak melakukannya bukan berarti tidak bisa. Ia hanya tidak ingin orang-orang jadi sakit kepala, seperti yang dibuat Jin Woong.

Kemudian Bos Kim mencoba steak yang dihidangkan dan ia benar-benar menyukainya, Jin Yi juga setuju. Ha Na yang tidak fokus iya iya saja saat ditanya Jin Yi, sedangkan Jung Suk malah membanting garpu dan pisaunya.

"Menurut pendapatku, rasanya tidak enak." Ujar Jung Suk.

Jin Yi bersikeras kalau itu enak. Jung Suk menjelaskan kalau ia hanya makan daging Hanwoo terbaik saat makan steak. Dan karena sudah pernah merasakannya, steak itu benar-benar terasa buruk.

"Kenapa kau pemilih sekali? Steak ya steak. Ini enak." Tanggap Bos Kim sambil memotong steak-nya.

Jung Suk jadi emosi, kenapa ia tidak boleh menjadi pemilih dengan makanannya sendiri? APa Bos Kim tidak tahu siapa dirinya?

"Tidak, tidak, aku tahu. Yeah. Mana mungkin aku tidak tahu? Tentu aku tahu. Aku yakin seseorang dengan gaji selangit sepertimu hanya memakan daging kualitas terbaik."

Jung Suk membenarkan, Kapanpun ia makan steak, ia hanya memilih daging Hanwoo kualitas terbaik. Sayuran pun, ia hanya memilih sayuran organik segar dari distrik Chungjung, maksimal enam jam setelah dipetik. Dan aku hanya memilih melon terbaik.

"Seseorang sepertiku yang hanya menginginkan yang terbaik dalam hal makanan, tidak mungkin menyukai sembarang wanita, kan? Tidak. Aku hanya menyukai seseorang yang berkualitas tinggi sepertiku."

Lalu Jung Suk menjauh dari meja untuk mengangkat telfon. Bos Kim kembali bertanya-tanya, kenapa seharian ini Jung Suk selalu membahas wanita?


Dong Young keluar minimarket dengan hanya membawa sumpit membuat Ki Bum heran. Ternyata Dong Young mengharapkan makanan sisa Ki Bum karena Ki Bum makan makanan katering dan ramen sekaligus.

"Dasar berandal. Oh yeah, hentikan sikap seperti itu. Kau akan segera lulus ujian. Kau akan mendapatkan banyak fasilitas dari pemerintah, jadi kau tidak perlu bersikap seperti pengemis begini! Benarkan, Tuan Kim Dong Young, PNS tingkat sembilan?" kata Ki Bum keras-keras.

Dong Young lelah mendengar panggilan Ki Bum itu, ia mengaku salah dan minta maaf, maka dari itu ia berharap Ki Bum berhenti.

"Kau sudah selesai makan, kan? Aku akan menghabiskannya."

Dan Dong Young mengambil makanan Ki Bum. Ki Bum hanya memandangnya tajam. Dong Young menjelaskan, toh semua itu hanya akan menjadi sampah jika Ki Bum tidak menghabiskannya.

"Aku membaca sebuah artikel kemarin lusa. Tertulis bahwa Korea menghabiskan banyak anggaran untuk pengolahan sampah makanan!"

Ki Bum memberi Dong Young tepuk tangan yang ternyata sangat peduli pada negara, Tuan Kim Dong Young, PNS tingkat sembilan?

Dong Young membentak Ki Bum untuk berhenti. Ki Bum tak mau, ia mengatakannya karena ia sangat iri pada Dong Young.

"Yeah, aku pergi. Aku akan berkemas, kau tahu, karena aku tidak memiliki harapan lagi. Oke, Tuan Kim Dong Young, PNS tingkat sembilan?"

Dong Young paham, memang pantas Ki Bum merasa sedikit iri. Dan ia kembali memuji dirinya sendiri.

"Dong Young, kau melakukannya dengan baik. Kau bekerja begitu keras hari ini. Orang-orang pasti iri padamu. Yep, yep, yep."


Chae Yeon makan sambil membaca. Gong Myung mendekat dan ikut makan juga.

"Shabu. Kau bahkan belajar saat sedang makan?"

Chae Yeon melakukan itu untuk menyelamatkan waktu agar tidak terbuang sia-sia saat makan., tidak boleh lengah, meskipun hanya sedetik saja.

Makanan Gong Myung siap dan Chae Yeon melemparkan catatan untuknya menyuruhnya membaca itu sambil makan.

"Hey, sudah cukup sulit buatku untuk sekedar belajar. Dan sekarang kau malah menyuruhku belajar saat sedang makan? Aku akan belajar setelah selesai makan." Tawar Ki Bum.

"Bukankah kau bilang akan menuruti semua perkataanku?" Bentak Chae Yeon.

Gong Myung pun tak punya pilihan lain selain menuruti kata Chae Yeon. Gong Myung sudah mencobanya tapi ia kesulitan mengarahkan sendok ke mulutnya karena tidak melihat.


Tapi saat melihat Chae Yeon, ia kagum. Chae Yeon bisa dengan mudah mengarahkan sendok ke mulutnya dengan tepat bahkan saat menyendok sup pun tidak tumpah.

"Kau bisa melakukannya jika terus mencoba. Fokuslah, bisa?" Saran Chae Yeon.

Bukan hanya makan, Chae Yeon juga bisa berjalan tanpa melihat jalan, bahkan ia bisa menangkap bola yang menggelinding ke arahnya dengan kaki lalu menendangnya.

Yang lebih mencengangkan lagi, Chae Yeon bisa menghindari pipa besi yang dibawa oleh para pekerja konstruksi.

"Wow. Dia benar-benar ahli" Gumam Gong Myung.


Selanjutnya, Chae Yeon membawa Gong Myung ke toko buku untuk membeli buku panduan tiga pelajaran utama, Bahasa Korea, Bahasa Inggris, dan Sejarah Korea.

Gong Myung sudah menemukan dua buku tinggal buku Sejarah Korea saja yang belum. Gong Myung melihat Chae Yeon dalam bahaya, dimana Chae Yeon bisa saja kejatuhan buku dari atas.

Gong Myung bergerak cepat dengan memeluk Chae Yeon sehingga buku-buku itu mengenainya bukan Chae Yeon.

Chae Yeon khawatir pada Gong Myung dan Gong Myung memastikan kalau dirinya tidak apa-apa. Ia lega karena "Shabu-nya" tidak terluka.

Hal itu membuat Chae Yeon bertanya kagum, Apa?

"Jika kau terluka, lalu siapa yang akan mengajariku?"

Untuk sesaat Chae Yeon tidak bisa berkata apa-apa.


Jin Woong masih saja melakukan cosplay dan diakhiri dengan tepuk tangan riuh oleh undangan. Selanjutnya adalah menyanyikan lagu pernikahan.


Kedua mempelai tampak sangat bahagia, ditambah lagu yang romantis. Jin Yi sampai berkaca-kaca. Bos Kim menyuruhnya untuk menikah juga, kan Jin Yi juga punya kekasih. Hal itu malah membuatnya sedih.


Bos Kim tak menangkap sinyal itu, ia terus berbicara, "Aku memahami Profesor Park tidak memiliki pacar karena dia masih sangat muda. Bagaimana bisa kau tidak berkencan dengan siapa pun? Apa kau punya masalah tertentu?" tanya Bos Kim pada Jung Suk.

"Tidak, aku juga tidak bermaksud terus hidup sendirian. Suatu hari, aku akan menikah, hanya jika aku sudah bertemu seorang wanita yang memenuhi standarku."

"Astaga, kau bicara soal wanita lagi. Baiklah, biar kami mendengarnya. Wanita seperti apa yang memenuhi standarmu?"

Pertama, dia harus lulus dari universitas yang sama dengannya, Universitas Seoul. Demi anak-anaknya kelak, ia tidak akan menikahi wanita yang tidak memiliki
almamater bagus. Dan dia harus seorang profesional. Jika dia profesional dalam sebuah bidang yang prestisius, hal itu akan lebih baik lagii.

"Seperti pengacara, hakim, atau dokter?" Tanya Jin Yi.

"Tepat. Aku tidak mengharuskan gajinya sama sepertiku. Tidak masalah jika sedikit lebih rendah dariku. Soal penampilan, aku suka yang tinggi seperti model."

Menurut Bos Kim, Jung Suk menuntut terlalu banyak. Jung Suk mengingatkan bahwa dirinya adalah Jin Jung Suk, ia sangat layak untuk mendapatkan wanita seperti itu, saat aku memiliki segalanya,

"kenapa aku harus mengencani seorang wanita yang tidak
lulus dari universitas bagus, bukan profesional, dan penampilannya biasa saja? Itu tidak wajar."


Ha Na tak bisa lagi mendengarnya, maka ia pamit duluan dengan alasan masih ada yang harus dikerjakannya di akademi.

Jin Yi lalu mengikuti Ha Na setelah menatap Jung Suk tidak suka. Jung Suk sih tidak ambil pusing tatapan Jin Yi tadi.

Jin Yi berhasil menyusul Ha Na, ia bertanya apa Ha Na sungguh kembali ke akademi untuk bekerja? bukan pergi karena merasa marah?

Ha Na tidak mengerti, kenapa harusmarah? Jin Yi langsung menjawab tidak apa-apa. Ha Na menyuruh Jin Yi kembali ke dalam, ia benar-benar ada sesuatu yang harus diurus di akademi.

"Malang sekali. Astaga, si sampah itu..." Guman Jin Yi lalu kembali ke dalam.


Jin Yi malah bertabrakan dengan Jung Suk setelah beberapa langkah masuk ke dalam. Jung Suk sampai menjatuhkan tas bermereknya. Jin Yi pun minta maaf.

"Maafkan aku. Wanita idealmu lulusan Universitas Seoul. Dan dia seorang profesional dengan penampilan supermodel. Aku tidak percaya menabrak seorang pria sepertimu."

"Kenapa kau mengajak bertengkar?"

"Apa kau harus melukai perasaannya seperti itu? Dia memiliki perasaan padamu..."

Jung Suk bertanya, apa maksud Jin Yi dengan Ha Na memiliki perasaan padanya. Karena sudah keceplosan Jin Yi pun jujur pada Jung Suk.

"Ha Na memiliki perasaan padamu. Kami bicara setelah dia mabuk kemarin. Dia memberitahuku bahwa dia mungkin memiliki perasaan padamu. Jadi, dia ingin mengonfirmasi tentang perasaanmu padanya. Itu sebabnya, dia bertanya kau menyukainya atau tidak. Jadi, hentikan mengoceh soal kau hanya mengencani wanita yang dapat memenuhi standarmu. Kau tidak perlu berbuat sejauh itu. Dia sudah tahu kau tidak memiliki perasaan padanya. Dia benar-benar kesulitan."

Jung Suk masih belum bisa percaya seperginya Jin Yi, kemudian Jin Yi kembali lagi, memastikan supaya Jung Suk menjaga rahasia itu dari Ha Na.


Ha Na sudah naik bis, ia akan membayar dengan kartu tapi ternyata saldonya tidak cukup. Maka ia pun mencari-cari uang tunai dalam dompetnya

Ha Na duduk, ia membuka kembali dompetnya yang lusuh. Ia mendesah,

"Aku setuju. Dia di luar jangkauanku. Dia tidak akan jatuh cinta pada sembarang wanita. Seseorang sepertiku..."

Dan Ha Na kembali mendesah.


Ki Bum kembali mengomentari Dong Young, kali ini ia membahas mengenai Dong Young yang melangkah dengan sangat tegap. Apakah itu karena Dong Young akan bekerja untuk pemerintah?

"Astaga, benar-benar. Aku bahkan tidak boleh berjalan, Berandal?"

Lalu ada seseorang yang menjatuhkan uang. Dong Young kebetulan melihatnya lalu mengembalikan uang itu pada pemiliknya.  Ki Bum memberinya tepuk tangan. Dong Young memang PNS tingkat sembilan.

"Apalagi sekarang?"

"Biasanya saat kau melihat uang terjatuh di jalan, kau akan mengambilnya, menganggap tidak ada pemiliknya. Sekarang, karena kau akan segera lulus ujian, kau mulai hidup dengan benar layaknya PNS. Aku rasa kau akan melakukan pekerjaanmu dengan baik, Pak."

Kemudian Ki Bum beralih pada kaos Dong Young yang sudah dipakai sejak 5 tahun. "Kau akan melakukan pekerjaan luar biasa, PNS Kim Dong Young. Aku iri. Aku sangat iri padamu."

Dong Young gerah mendengarnya, ia minta Ki Bum untuk berhenti sekarang juga.


Chae Yeon menemukan Gong Myung di ruang belajar yang fokus sekali sampai tak mendengarpanggilannya. Chae Yeon mengira kalau Gong Myung tidur, makanya ia mendekatkan wajahnya untuk memastikan.

Gong Myung menoleh sehingga wajah mereka dekat sekali dan saat mata Gong Myung menatap Chae Yeon, Chae Yeon merasakan sesuatu, ia terkejut lalu cepat-cepat menjauh.

"Apa-apaan? Kenapa kau tidak menjawab saat aku memanggilmu?"

Gong Myung cuma menuruti kata Chae Yeon yang menyuruhnya fokus jadi ia tidak menyadari hal lain. Chae Yeon cuma mau memberi obat karena ia takut Gong Myung terluka karena insiden tadi.

Chae Yeon kembalike mejanya namun ia terus saja memikirkan Gong Myung dan sesekali ia menoleh ke arah Gong Myung.


Bos Kim keluar bersama Jin Yi dan Jin Woong sedangkan Jung Suk tadi pergi begitu saja tanpa pamit. Jin Yi kesal saat Bos Kim bertanya mengenai kepergian Jung Suk.

Jin Woong menebak kalau Jin Yi kesal gara-gara Profesor Shin mendahuluinya menikah.

"Semangatlah. Kau juga akan secepatnya menyusul. Aku akan menjadi MC pernikahanmu, jangan kuatir."

"Tidak, terima kasih. Aku ada janji, jadi aku pergi dulu." Jawab Jin Yi.


Saat diluar, Jin Woong menyesal sudah mengungkit soal pernikahan Jin Yi. Bos Kim tak mengerti, kenapa memangnya?

"Yeah, dia ingin segera menikah. Tapi tidak dengan kekasihnya."

Bos Kim terkejut. Mengingat usia mereka seharusnya tidak menunda pernikahan lebih lama lagi. Menurut Bos Kim, pacar Jin Yi memang tidak memiliki keingian menikah. Jin Woong juga rasa juga begitu, mengingat mereka sudah berkencan selama lima tahun.

Bos Kim menggunakan kesempatan ini untuk minum dan mengutuk kekasih Jin Yi karena ia masih marah. Jin Woong setuju dan bertanya kemana mereka harus pergi?


Bos Kim memikirkan sebuah tempat dan ponsel Jin Woong berdering dari tumah sakit ibunya. Jin Woong permisi untuk mengangkatnya. Perawat mengatakan kalau ibu Jin Woong mencari Jin Woong.

"Ibu Anda meminta bertemu. Beliau tampak lebih baik hari ini." Jawab Jin Woong bahagia.

Lalu ia kembali pada Bos Kim untuk pamit. Bos Kim tentu saja melarangnya tapi Jin Woong tidak perduli.

Bos Kim mengira kalau Jin Woong pasti mau bertemu istrinya lagi. Kenapa Jin Woong membiarkan istrinya memegang kendali begitu?

Kemudian ponselnya berdering, dari istrinya dan Bos Kim menjawabnya dengan patuh. Ia ijin untuk pulang telat, istrinya pasti berteriak-teriak, soalnya Bos Kim sampai menutup telinganya.

"Oke, aku akan pulang lebih awal." Ucap Bos Kim menyerah.


Jin Woong sampai di ruangan ibunya, ia sangat bahagia saat ibu mengenali dirinya. Ibu bahkan menyadari kalau berat badannya turun.

"Apakah kau melewatkan waktu makan karena perceraianmu?"

Jin Woong baik-baik saja, jadi ia melarang ibunya khawatir. Ibu ingin pulang ke rumah., ingin pulang dan membuatkan Jin Woong makanan.

"Jika kondisi Ibu meningkat, aku akan mengajak Ibu pulang."

Jin Woong lalu memeluk ibunya dan berterimaksih karena ibunya telah mengenalinya.


Dong Young melijat ayam bakar saat jalan-jalan, ia bertanya-tanya,haruskah ia beli satu? Tapi kemudian tersadar kalau ia masih mendapatkan bantuan dari Ibu dan saudara-saudaranya, jadi tidak pantas melakukannya.

"Lupakan saja. Saat aku mendapat gaji pertamaku setelah lulus, aku bisa makan ayam setiap hari."

Tapi ia tidak bisa lewat begitu saja, hitung-hitung untuk merayakan hari ini, tidak apa untuk membeli satu. Ia pun masuk ke restaurant itu.

Dong Young memesan satu, ia minta pemilik untuk membungkus yang kedua dari kiri (yang paling besar), Dong Young juga pesan 2 porsi acar dan berjanji akan sering datang. Lalu ia memberikan kartu untuk membayarnya.

Pemilik menggesek kartunya tapi saldonya tidak cukup. Dong Young tak percaya, uang sakunya seharusnya sudah dikirim beberapa hari lalu. Dan ia pun ijin membuka ponsel untuk memeriksanya dan benar saja kalau uangnya belum masuk.

"Aku terlalu sibuk dengan ujian sampai tidak memeriksanya. Apa yang terjadi?" Gumamnya.


Dong Young lalu keluar lagi untuk menelfon Kakaknya. Ia bilang kalau ia lulus ujian akademi dan yakin kalau ia bisa lulus ujian PNS tahun ini, jadi kakanya tidak perlu membantunya lebih lama lagi.

"Noona. Pasti berat harus mengirimiku uang setiap bulan."

Kakanya langsung menangkap maksud Dong Young, pasti Dong Young menelfon karena uangnya. Kakaknya baru teringat kalau ia belum mengirimnya.

"Maafkan aku, Dong Young. Aku terlalu sibuk belakangan ini. Sebenarnya, Ibu baru saja jatuh saat bekerja. Punggungnya cedera."


Dong Young terkejut, apa Cederanya parah? Kenapa tidak memberitahunya?

Kakak berkata kalau ibu berpikir hal itu dapat mengganggu belajar Dong Young. Tak usah kuatir. Ibu akan keluar rumah sakit bulan depan, Kondisinya tidak terlalu parah.

"Tapi tetap saja kau seharusnya memberitahuku..."

Kakaknya menjelaskan kalau semua orang sibuk patungan membayar biaya rumah sakit Ibu. Mereka semua pasti lupa mengiri Dong Young uang. Kakanya berjanji akan mengirimnya sekarang.

"Tidak perlu, Noona. Kau tidak perlu mengirimiku uang. Masih ada sisa uang yang kau kirimkan sebelumnya. Jangan mencemaskan aku. Aku yakin semua orang sedang kesulitan. Maaf karena aku tidak bisa membantu apa-apa."

Dong Young lalu menutup telfon, ia merasa egois sekali, bagaimana ia bisa berpikir untuk makan enak di saat seperti ini? Berapa lama lagi ia akan membebani keluarganya, huh?


Dong Young ke atap asrama. Tepat sekali saat Ki Bum sedang makan ayam goreng dan minum disana.

"Oh astaga, lihat siapa yang ada di sini. Bukankah dia PNS tingkat sembilan, Kim Dong Young?"

"Kau tidak bisa fokus di ruang belajar. Kau bilang akan belajar di asrama. Kenapa justru minum?"

Ki Bum sudah menyerah, agaimanapun juga, ia tidak memiliki harapan lagi. Ia ingin minum sebagai perpisahan dengan Noryangjin sebelum berkemas. Apa? ia tidak boleh melakukan itu? Bagaimana mungkin Dong Young bisa memahami perasaanku?

"Aku sangat iri padamu, PNS tingkat sembilan, Kim Dong Young. Aku sangat iri."

Dong Young lebih iri pada Ki Bum yang bisa membeli dan makan ayam tanpa kesulitan kapanpun Ki Bum mau.

"Tirori... Omong kosong apa itu?"

Dong Young serius. Ia iri pada Ki Bum yang bisa belajar tanpa mencemaskan soal uang.

"Kalau begitu, ayo bertukar tempat. Orang tua ku yang kaya dengan nilaimu. Ayo bertukar. Tunggu. Kecuali wajah kita. Aku rasa aku tidak akan bisa hidup dengan wajahmu. Ah, kecuali tubuh kita. Proporsi tubuhmu bukan tipe ideal semua orang. Kau tahu itu, kan?"


Dong Young kembali ke kamarnya, ia mendapati pesan ibu asrama supaya Dong Young membayar uang sewa besok.

Dong Young membawanya masuk. Ia duduk di ranjang dengan lesu lalu sms masuk beruntun, pemberitahuan kalau uang sudah dikirim ke rekeningnya. 30,000 dikirim dan 70,000 dikirim, 100,000 dikirim.

"Apa ini? Sudah kubilang padanya bahwa aku baik-baik saja. Kurasa Noona memberitahu mereka semua."

Selanjutnya sms dari Kakanya masuk, kakaknya bangga sekali pada Dong Young yang berhasil dalam ujian akademi. Ia minta maaf karena tidak bisa banyak membantu.

"Makanlah dengan baik dan semangat. Semoga berhasil."

Membaca itu membuat Dong Young menangis, ia merasa bersalah, ia minta maaf.



Gong Myung mengantar Chae Yeon sampai ke asrama padahal Chae Yeon sudah menolaknya. Gong Myung melakukan itu karena ia merasa tidak enak karena hanya duduk seharian. ia menganggap itu sebagai latihan fisik.

Chae Yeon mengerti, ia berpesan agar Gong Myung mengulang bab yang ia ajarkan tadi. Gong Myung mengerti. Ia akan menuruti apa pun kata "Shabu".

"Berhenti main-main."

"Oke."


Ki Bum selesai makan, ia kekenyangan, lalu melangkah ke depan untuk melihat ke bawah.

"Aku hanya bercanda. Apakah aku harus berkemas sekarang? Haruskah aku benar-benar meninggalkan Noryangjin?"

Ki Bum melihat Gong Myung dan Chae Yeon berpisah di depan asrama. Ia melihat Gong Myung berjalan pulang, tapi Chae Yeon yang awalnya mau masuk asrama berbalik lagi untuk menatap kepergian Gong Myung

"Apa yang terjadi dengan mereka?" Tanya Ki Bum.


Gong Myung melihat Ha Na di halte, ia memutuskan untuk menghampiri Ha Na, bertanya apa yang sedang Ha Na lakukan disana?

"Aku baru saja mengurus beberapa hal di akademi. Apa yang sedang kau lakukan masih berkeliaran di sekitar sini?"

"Apalagi selain belajar? Aku dari tadi belajar."

Ha Na senang mendengarnya. Gong Myung minta maaf karena terus main-main di sekitar Ha Na. Seperti yang Ha Na katakan, ia tidak memiliki keseriusan sama sekali. Tapi ia sudah merenungkan diri.

"Apakah kata-kataku tadi menyakiti perasaanmu?"

Tidak, Gong Myung tidak sakit hati, Justru itu memotivasinya. Sejujurnya, ia hanya mengoceh saja soal belajar. Benar bahwa ia tidak berusaha sungguh-sungguh. Kali ini, ia sudah membulatkan tekad. Ia akan melakukan yang terbaik.

"Pemikiran yang bagus."

Kemudian bis Ha Na datang dan ia pun pergi duluan. Gong Myung melambai pada Ha Na.


Jung Suk kembali minum sendirian, ia memikirkan Ha Na yang menyukainya.

"Itu keterlaluan. Kenapa dia tidak jujur dan memberitahuku bahwa dia menyukaiku? Kenapa dia mencoba mencari tahu perasaanku lebih dulu?"

Ia teringat percakapannya dengan Ha Na tadi.

Ha Na juga minum sendirian di rumah.

Narasi Ha Na: Aku minum sendirian lagi hari ini. Saat sedang minum sendirian, rasanya tidak selalu manis.


Ia teringat reaksi Jung Suk saat pertama bertemu di Noryangjin.

"Kelihatannya dia berusaha keras di Seoul. Ini yang kupercayai. Seseorang bisa menipumu, tapi tidak dengan almamatermu. Cobalah duduk di kelasnya. Kau bisa tahu dari universitas macam apa dia berasal."

Narasi Ha Na: Saat minum sendirian. kau teringat kenangan yang ingin kau lupakan.

Ha Na teringat saat Jung Suk salahmenuduhnya mengenai Gong Myung yang menyebarkan tisu promosinya.

"Tutor macam apa kau? Kau pikir kau memenuhi kualifikasi? Aku benci orang-orang yang melakukan apa pun demi mewujudkan keinginan mereka. Kau lebih buruk dari dugaanku.


Ha Na kembali menenggak minumannya.

Narasi Ha Na: Terus membuatku memikirkan kenangan yang sedih.

Lalu ia teringat saat Jung Suk menegurnya karena pingsan di kelas.

"Sebagai seorang tutor, bukankah menjaga diri sendiri yang utama? Siapa yang bisa kusalahkan? Kesalahanku sendiri terlalu berharap padamu. Aku menilaimu terlalu tinggi.


Narasi Ha Na: Dan saat aku merasa tidak mampu. aku merasa lebih rendah diri.

Yang lebih menyakitkan saat ia mendengar Ucapan Jung SUk mengenai tipe wanita idealnya, cantik, seorang profesional, lulusan Universitas Seol dll.

Narasi Ha Na: Untuk alasan itu, saat kau minum sendirian, ada saat-saat dimana rasanya lebih pahit. Di waktu seperti hari ini...

Ha Na menyerah, mari akhiri di sini. Beraninya ia? Ia harus mengerti posisinya. Seseorang sepertinya... Beraninya ia memiliki perasaan pada Si Terhormat Jung Suk? Apakah itu masuk akal? Seseorang sepertinya...


Gong Myung mengiriminya pesan

"Guru."
"Aku akan lulus ujian, tidak peduli bagaimanapun juga. Aku ingin membanggakan untukmu."
"Kau seseorang yang berharga untukku."Tidak ternilai."
"Aku... "
"aku menyukaimu."


Ha Na menangis, "Apa... Dia pikir aku ini siapa? Aku seseorang yang tidak berguna."



>

2 komentar

avatar

Gomawo unnie d tggu episode selnjtnya n jgn lm" y ngepostna

avatar

Gomawo unnie d tggu episode selnjtnya n jgn lm" y ngepostna


EmoticonEmoticon

Next Post This Older
 

Start typing and press Enter to search