Sumber Gambar dan Konten dari jtbc
Sinopsis Solomon's Perjury Episode 5 Part 1
Kilas
balik...
Saat Woo Hyuk mwncwgat Ji Hoon. Mereka kemudian berbicara di depan sebuah mini market. Woo Hyuk menuangkan soju untuk Ji Hoon. Ji Hoon tidak mau meminumnya tapi Woo Hyuk memaksa.
"Aku
juga ingin mengonfirmasinya. Apakah kau sedang bermain-main denganku atau
berbohong mengatakan kau memercayai aku, Aku harus melihat sisi terburuk
dirimu, agar bisa memutuskan sesuatu, Bodoh. Jadi, minumlah."
Ji Hoon pun
tak punya pilihan lain selain meminumnya.
Pak Han
sampai di rumah, dia terkejut melihat sepatu Ji Hoon tidak rapi. Pak Han
mengecek kamar Ji Hoon dan mendapati jas dan mastel Ji Hoon berserakan di
ranjang.
Pintu kamar
mandi terkunci, pak Han mengetuknya, ia khawatir, jangan-jangan Ji Hoon sakit.
Ji Hoon menjawab dari dalam kalau ia sedang mandi.
Ji Hoon
mengguyur, kepalanya, ia tampak kesakitan.
Ji Hoon
memandang wajahnya dengan sedih di cermin, ia teringat sesuatu.
Seorang anak bersembunyi di bawah meja makan menyaksikan ibunya disiksa oleh ayahnya.
Ji Hoon
sampai menangis mengingatnya.
Pak Han tahu
kalau Ji Hoon mabuk dan setalah Ji Hoon keluar kamar mandi, Pak Han sudah ada
disana membawakan air madu juga melipat pakaian Ji Hoon.
Ji Hoon
minta maaf karena ia pasti mengecewakan ayahnya. Ayahnya membenarkan tapi ayah
yakin kalau Ji Hoon punya alasan tersendiri.
"Kau
bukan seseorang yang bertindak serampangan. Sama seperti Ayah."
Hal itu
membuat Ji Hoon bertanya, apa ia mirip dengan ayah. Tentu saja, Pak Han
menjelaskan kalau alis, mata, hidung bahkan rambut Ji Hoon mirip dengannya.
"Dan
tinggi badanmu. Kau tinggi karena Ayah memberimu banyak makanan bergizi saat
masih kecil. kalau tidak, kau pasti setinggi ayah."
Ji Hoon
tersenyum dengan candaan ayahnya. Pak Han akan membuat sup penawar mabuk, ia
menyuruh Ji Hoon memakannya besok pagi.
"Ini
sup penawar mabuk pertama yang Ayah buatkan untukmu."
Seperginya
Pak Han, Ji Hoon hampir menangis.
Kilas balik
selesai...
Seo Yeon
membawa pulang bukti pemberian Kakak So Woo, Lee Tae Woo. Tae Woo yakin kalau
adiknya tidak bunuh diri.Seo Yeon mengirim pesan pada Ji Hoon. gak tahu ini untuk "pelindung Jeongguk" atau untuk Ji Hoon.
"Apa
yang akan terjadi jika So Woo bukan bunuh diri?"
Tapi Ji Hoon
hanya membacanya, tidak membalas.
Seo Yeon
telat bangun. Ia kesal, kok bisa ia tidak dengar 5 dering alaram. Sementara itu
ibu membawa piring nasi supaya bisa menyuapi Seo Yeon.
"Bukan
hal aneh kalau kau tidur. Kau satu-satunya murid yang tidur hanya tiga sampai
empat jam perhari untuk belajar dan menyiapkan olah perkara. Bagaimana mungkin
kau bisa bangun pukul 7?"
Seo Yeon
gugup. Ibu menyarankan, apa perlu ibu katakan pada ibu guru kalau Seo Yeon
sakit. Seo Yeon tidak mau.
"Tidak
masalah kau pura-pura sakit sesekali. Ibu juga pernah seperti itu, kok. Absensi
Ibu tidak begitu bagus."
Seo Yeon
kembali melihat jam dan ia semakin panik. Setelah mengancingkan mantel dan
makan sesuap dari ibu, ia segera berangkat.
Di luar
rumah, Joon Young menunggunya dengan sepeda. Seo Yeon heran, apa Joon Young tak
baca pesannya, ia mengirim pesan agar Joon Young berangkat duluan karena ia
telat bangun.
"Sebab
itu... ini." Jawab Joon Young dengan menepuk sepedanya.
Joon Young
mengayuh sepedanya secepat mungkin agar mereka tidak terlambat.
Mereka sampai di depan kelas. Seo Yeon bisa bernafas lega karena mereka belum terlambat. Joon Young menyombongkan diri, "aku pintar mengebut, kan?"
"Bae
Joon Yeong. Penyelamatku." Ujar Seo Yeon senang dan mengajak Joon Young
tos.
Seo Yeon
mengajak Joon Young ke minimarket nanti, ia akan mentraktir Joon Young makanan
lezat. Joon Young menolaknya dan mengajak Seo Yeong masuk saja.
Soo Hee dan
Yoo Jin berbisik, kenapa Seo Yeon terlambat? apa yang terjadi? Seo Yeon hanya
tersenyum lalu berbalik menatap Joon Young yang sedang sibuk mencari halaman
yang dibuka teman-temannya.Seo Yeon kembali menatap ke depan dan tersenyum.
Saat seleksi juri untuk persidangan. Anak-anak yang menonton mereka sibuk memotret Ji Hoon.
Guru Kim tiba-tiba membawa Baek Hae Ri sebagai kandidat juri. Soo Hee menentang keras keputusan Guru Kim ini.
“Kau bilang
siapa pun murid di SMA Jeongguk boleh mendaftar. Memang Hae Ri bukan murid SMA
Jeongguk?" Tanya Guru Kim.
Ji Hoon
berbisik pada Seung Hyun menanyakan siapa Hae Ri. Seung Hyun menjelaskan kalau
Hye Ri sempat menjadi kekasih Choi Woo Hyeok saat SMP. Pasangan gila.
Guru Kim
menjelaskan, Poin terpentingnya adalah Hae Ri ingin menjadi juri. Hae Ri
protes, kapan ia begitu?
Guru Kim
hanya tersenyum, Bukankah memiliki keinginan merupakan yang terpenting?
Setidaknya, wawancara saja Hae Ri.
Guru Kim
pamit. Baru beberap langkah ke pintu, Hae Ri bergumam kalau Guru Kim terlalu
banyak bicara.
"Jaga
ucapanmu! Beliau guru penanggung-jawab klub kami." Tergur Seo Yeon.
"Bukankah
ini saatnya berhenti pura-pura menjadi murid teladan? Kudengar, kau membuat
kesepakatan dengan sekolah berkat video penamparan dirimu itu. Manipulatif
sekali."
Hae Ri
beralih pada Joon Young yang menemukan mayat So Woo. Apa benar waktu itu Joon
Young kencing dicelana? Ia dengar, wali kelas Joon Young kabur ke toko terdekat
untuk membelikan kau celana dalam.Ji Hoon menyela, mereka tidak punya waktu untuk mendengar ocehan Hae Ri. Ia akan mulai mewawancarai. Seo Yeon tak setuju karena mereka belum memutuskan mau mewawancarai Hae Ri atau tidak.
"Aku
juga tidak sudi diwawancara."
Soo Hee
kesal, lalu apa tujuan Hae Ri? mengolok mereka?
"Tidak.
Aku ingin menjadi juri tanpa diwawancara. Biarkan aku."
Min Suk
menjelaskan, semakin Hae Ri tidak mendengarkan mereka, semakin banyak poin Hae
Ri yang hilang. Hae Ri menyeringai, siapa mereka berhak menilainya? apa yang
memberi mereka hak? Mereka menggelar olah perkara atas kemauan sediri.
"Kalau
bukan karena bantuan murid-murid lain, kalian tidak akan bisa melakukannya.
Lalu apa hak kalian menentukan segala sesuatu? Aku juga ikut tanda
tangan."
Seo Yeon
menuntut, lalu Hae Ri merasa punya hak apa. Hae Jin menjawab kalau ia tentu
berhak atas segalanya karena ia yang paling cantik disana.
"Mungkin
itu karena Choi Woo Hyuk." Tebak Ji Hoon.
Hae Ri
membenarkan, memang karena Woo Hyuk.
Meraka
bertujuh berunding di luar. Seo Yein menjelaskan kalau mereka tidak bisa
memasukkan seseorang yang dekat dengan terdakwa sebagai juri. Persidangan akan
kehilangan obyektifitasnya.
Ji Hoon
membantah, sejak awal juga tidak ada yang obyektif, mengingat olah perkara
dilakukan di sekolah tersangka sendiri. Sebagai penyeimbang, mereka harus memiliki
seorang juri yang berada di pihak terdakwa.
Soo hee
membela Seo Yeon, imbang ataupun tidak, Choi Woo Hyuk dan Lee Joo Ri... mereka
sudah berurusan dengan banyak sekali murid berkepribadian sint*ng. Haruskah
ditambah lagi dengan Hae Rin? Soo Hee menentangnya.
Seung Hyun
berpihak pada Soo Hee dan Seo Yeon. Alasannya karena Hae Rin benar-benar
menakutkan, suka memukul cowok juga.
Sementara
Yoo Jin setuju dengan Ji Hoon, ia rasa ini jadi masuk akal. Sebenarnya, mereka
semua membenci Choi Woo Hyuk. Tidakkah membutuhkan Hae Rin sebagai penyeimbang?
Joon Young
setuju dengan Yoo Jin. Jadi 3 lawan 3. Keputusan ada di tangan Min Suk.
Min Suk
membenarkan Seo Yeon, Dasar para juri adalah obyektifitas. Tidak boleh
tercampuri atas persahabatan dengan terdakwa, penggugat, jaksa, maupun
pengacara. Tapi...ia juga merasa kalau Han Ji Hoon benar. Olah perkara ini
digelar atas dasar ketidaksukaan pada Choi Woo Hyuk.
"Lalu?
Kau itu setuju atau menolak?" Sela Soo Hee.
"Aku..."
Min Suk menatap Ji Hoon dan Seo Yeon bergantian.
Joo Ri
selesai menjalani terapi psikologis. Semua orang disana memandang ia dan ibunya
dengan tatapan aneh bahkan petugas administrasi pun begitu.Dalam perjalanan pulang, Joo Ri tidak mau mendapatkan terapi lagi. Ibunya heran, kenapa? tidak suka psikiaternya? Mau pergi ke dokter lain?
Joo Ri hanya
tidak ingin saja, tidak mau lagi. Ibu kembali bertanya, apa disana da yang mengenali
Joo Ri. Joo Ri kesal karena ibunya terus bertanya padahal ia tidak mau.
"kau
ingin pindah, Joo Ri? Ayo kita pindah, ke tempat baru, rumah baru, kehidupan
yang baru. Kau pun juga bisa pindah sekolah."
Joo Ri
tambah kesal, kenapa ia harus pindah sekolah?Memang apa kesalahannya?
Ibu tahu
betul hal itu. Maksudnya adalah memiliki kehidupan baru yang santai di tempat
orang-orang tidak mengenal mereka.
"Siapa
yang tidak mengenali aku? Mungkin Ibu tidak paham karena tidak menggunakan SNS.
Kemanapun aku pergi atau siapa pun yang kutemui, aku tetaplah Lee Joo Ri, si
pengunggah video insiden SMA Jeongguk. Kemanapun dan siapa pun itu, tidak ada
bedanya!"
Joo Ri
bahkan menyuruh ibunya untuk menghentikan mobil, kalau tidak ia akan melompat.
Seo Yeon
mengirim pesan pada Joo Ri, tapi ia bingung mau menulis apa. Pertama "Besok kau ada waktu?". Kedua "Apa yang bisa aku lakukan
untukmu agar mau hadir di persidangan?". Ketiga "Joo Ri, apa kau baik-baik saja?"
Tapi ia
menghapus kembali ketiganya.
Pesan masuk
di ponsel Joo Ri dari Seo Yeon, "Hari
pertama persidangan besok pukul 10 pagi, di auditorium sekolah."
Joo Ri
membalas, "apa alasan kau
memberitahuku?"
Seo Yeon
akan senang kalau Joo Ri mau datang, sekali saja Karena persidangan ini untuk
Joo Ri.
Di warnet, 3
siswa SMA Jeongguk sedang membahas mengenai akan atau tidaknya menonton
persidangan besok. Salah satu akan datang untuk menyaksikan Woo Hyuk yang duduk
di kursi terdakwa, memotretnya lalu menyebarkannya di internet.
"Akan
lebih hebat lagi kalau kita edt fotonya menggunakan seragam tahanan."
Tambah yang satunya lagi dan mereka terbahak membayangkannya.
Sung Min
ternyata ada di depan mereka, mendengar percakapan mereka lalu ia berdiri dan
menata mereka dengan kesal agar mereka berhenti.
Sung Min
mengunjungi Woo Hyuk di rumah sementaranya. Woo Hyuk kelihatan kacau, Sung Min
menyarankannya untuk olahraga.
"Apaan?
Kenapa kau ngomong begitu?"
"Apa
ini tempat yang baik untuk tinggal?"
Kacau
sekali. Hanya ada satu kamar mandi, dan Woo Hyuk juga tidak bisa merokok karena
tetangga di atas mengomel. Ada banyak yang kurang.
Sung Min
menanyakan alasan Woo Hyuk mau mengikuti olah perkara. Woo Hyuk punya alasan
sendiri. apa?
"Dia
bilang akan membuktikan aku tidak bersalah, bagaimanapun caranya Si berengs*k
Han Ji Hoon itu."
"Kau
percaya pada si berengs*k itu?"
"Jika
tidak, apa lagi yang bisa aku lakukan dalam situasi sekarang ini? Siapa yang
tahu apa saja yang akan hilang dariku jika aku terus diam."
Woo Hyuk
membolehkan Sung Min datang besok kalau mau. Dan pastikan Kim Dong Hyun menjaga
mulutnya. Woo Hyuk kembali ke rumah.
Ibu Seo Yeon
mendapat telfon dari kepsek yang akan datang ke rumah bersama Ibu wali kelas.
Kepsek
memiliki permintaan untuk Ibu Seo Yeon. Tolong hentikan Seo Yeon untuk
menggelar olah perkara itu. Kepsek minta maaf karena dia tidak bisa membiarkan
olah perkara ini dilanjutkan.
"Sebagai
seorang penanggung-jawab sekolah sekaligus pengajar selama tiga puluh tahun.
Ini kasus kriminal sungguhan. Seseorang sudah meninggal. Jika So Yeon berhenti,
otomatis murid lain pun akan ikut berhenti. Itulah alasan saya datang
berkunjung kemari."
Ibu Seo Yeon
juga minta maaf, ia... tidak bisa meminta So Yeon melakukannya. Kepsek memohon,
apa ibu Seo Yeon tidak bisa mempertimbangkan pihak sekolah.
Ibu Seo Yeon
pun memahami posisi sekolah dalam hal ini. Ia juga tidak benar-benar senang
membiarkan So Yeon melakukannya. Ia akan memeluk Seo Yeon dengan bahagia kalau
Seo Yeon bilang akan berhenti sekarang. Tapi, itu jika Seo Yeon mau berhenti
atas keinginannya sendiri. Bukan berhenti karena tekanan darinya atau orang
dewasa lainnya, namun hanya saat dia mendatangi saya dan berkata, "Bu, aku
tidak ingin melakukannya lagi."
"Nyonya."
"Saya
percaya orang tua layaknya pengikis bagi anak-anak mereka (Metafora bahwa orang
tua menyembuhkan luka si anak). Tapi, anak-anak berhak menentukan langkah
mereka sendiri. Seperti itulah saya mendidik So Yeon. Dan akan terus begitu.
Saya tidak bisa meminta So Yeon berhenti. Maafkan saya."
Soo Hee
sangat puas dengan denah yang telah dibuatnya. Dengan begitu, seluruh penonton
dapat melihat wajah mereka semua, bisa beradu argumen tanpa perlu menyakiti
para juri.
Yoo Jin protes, Tidak bisa seperti itu. Jika mereka duduk seperti itu, Ji Hoon hanya akan nampak bagian samping kiri tubuhnya saja. Ia bertanya pada Seo Yeon, apa mereka bisa bertukar posisi.
Seo Yeon
tidak menyahut saking fokusnya, sampai Yoo Jin harus mengagetkannya. Apa
sebegitu menariknya sampai Seo Yeon terus mengulang apa yang sudah selesai
dibaca?
"Aku
yakin sih tidak menarik. Go Seo Yeon. Kau menjadi obsesif. Ini tidak sama
dengan saat kau melakukan persiapan sebelum ujian. Lihat matamu." Ujar Soo
Hee.
Seo Yeon
mendapat pesan dari ibunya, "Pengumuman Olah Perkara Sekolah." Dan
ada daftar nama murid-murid yang berpartisipasi. Seo Yeon lalu menelfon ibunya.
Setelah
menutup telfon, Seo Yeon menyuruh Soo Hee dan Yoo Jin cepat pulang. Sekolah
menulis nama mereka sebagai murid yang berpartisipasi dalam sidang olah perkara
dan mengirimnya pada orang tua murid, Melalui SMS pula.
Yoo Jin dan
Soo Hee langsung mengambil tas dan mantel mereka lalu berlari pulang.
Seo Yeon
menulis di group, "Darurat. Sekolah
mengirim korespondensi pada wali murid mengenai olah perkara terbuka. Ambil
ponsel orang tua kalian!"Min Suk membacanya dan langsung berlari ke rumah.
Seung Hyun sampai di gedung apartemen rumahnya, ia menelfon ibunya tapi tidak di angkat. Lalu ia melihat ibunya baru masuk, kenapa tidak mengangkat? ternyata ibunya meninggalkan ponsel di rumah. Seung Hyun langsung berlari menuju tangga darurat agar bisa sampai duluan.
Joon Young juga membaca pesannya. Ia baru akan keluar kamar tapi keduluan oleh ibunya yang masuk kamarnya. Ibunya langsung menampar Joon Young. Setelahnya ibunya menunjukkan pesan dari sekolah, apa itu?
Joon Young
diam saja karena masih syok akan tamparan itu. Ibu menemparnya lagi karena Joon
Young tak menjawab.
"Kelihatannya,
kau sekarang menganggap dirimu istimewa, kau tidak tahu efek dari semua ini?
Beraninya kau! Tanpa ijinku!"
Ibu mengobrak-abrik meja belajar Joon Young. Joon Young berteriak agar ibunya berhenti. Ibu langsung memandang Joon Young, siapa Joon Young sampai berani memerintahnya begitu?
"Kekanakan,
tidak berguna. Kau lupa siapa yang membesarkanmu? Beraninya kau meninggikan
suaramu!"
"Aku
benar-benar membencimu." Gumam Joon Young.
"Apa?"
"Bu,
aku sangat membencimu."
"Kau...
benar-benar.."
Ibu akan
memukul Joon Young lagi tapi Joon Young menghindar. begitu pula untuk yang
kedua. Joon Young lalu keluar rumah dengan pakaian tipisnya. Bingung tuh mau
kemana.
Seo Yeon
melihat Ji Hoon berdiri di depan lkasi mayat Seo Woo ditemukan. Seo Yeon
mendekat, ia heran, bagaimana Ji Hoon bisa tahu tempat itu.
"Aku
membacanya dari data yang terkumpul untuk olah perkara."
Seo Yeon
mengangguk mengerti. Ia minta maaf soal kemarin, soal mengatakan Ji Hoon
memiliki banyak rahasia. Ia bukan orang sepicik itu. Tapi, ia memiliki insting.
Jadi saat berbicara dengan seseorang, ia bisa menilai dan memahami pikiran
orang tersebut.
"Tapi,
aku tidak bisa menilaimu. Mungkin, itu sebabanya aku merasa seperti itu. Ada
dinding penghalang antara kita."
"Bukankah
lebih baik tidak mengetahi yang orang lain pikirkan? Seseorang mengatakan
padaku bahwa mengetahui dan melihat sesuatu yang tidak diinginkan sangatlah
menyakitkan. Itu membuatmu sulit menyukai orang lain."
"Seberapa
jauh kau bisa menilaiku?"
Ji Hoon
tidak yakin. Tidak banyak, sih. Mungkin, karena Seo Yeon pendek? Seo Yeon
tersinggung tapi kemudian Ji Hoon tersenyum, menurutnya Seo Yeon mengagumkan.
ia merasa seperti itu saat mereka di depan rumah Lee Joo Ri.
"Saat
aku melihat kau menundukkan kepalamu pada orang lain meski dia sudah menyiram
kau dengan air di tengah musim dingin."
"Senang
mendengar kalau aku mengagumkan. Hari itu, aku hampir mati kedinginan."
Dan karena
hari ini juga dingin, Ji Hoon menyuruh Seo Yeon pulang duluan karena ia masih
ada barang ketinggalan di ruang klub.
Seo Yeon
mengingatkan kalau mulai besok mereka adalah Jaksa dan Pengacara. Hari ini saat
terakhir mereka bisa bertemu tanpa beradu argumen. Setelah hari ini, mereka
pasti akan kesal hanya dengan saling menatap satu sama lain.
"Mari
kita gelar persidangan yang bagus." Ji Hoon mengulurkan tangannya.
"Mari
kita bertarung dengan baik, sampai akhir." Seo Yeon menjabat tangan Ji
Hoon.
Ji Hoon
masuk ke ruang klub dan disana ada Seo Woo yang meringkuk di sofa. Joon Young
terbangun dan kaget melihat Ji Hoon disana.
"Kau
berencana tidur di sini?"
"Ya,
begitulah."
"Kau
diusir?"
Joon Young
membantah, ia pergi sendiri kok. Ia penasaran, apa Ji Hoon tidak apa-apa pulang
ke rumah. Ji Hoon mengingatkan kalau mereka beda sekolah dan lagi, orang tuanya
sudah mengijinkannya.
"Mau
tidur di rumahku?" Tawar Ji Hoon.
"Apa?"
Ji Hoon
hanya tersenyum sambil memasukkan bukunya kedalam tas.
Seo Yeon
penasaran dengan nasib teman-temannya ia pun menukis di group, apa mereka semua
baik-baik saja.
Seung Hyun
saat ini ada di warnet. Ia tidak bisa jalan sekarang karena kakinya hampir
patah. Ia berlutut selama satu jam.
Sementara
itu Soo Hee diusir. Ia hampir mati kedinginan!Yoo Jin sukses menghapus pesan di ponsel ibunya jadi ia aman.
Begitu pula Min Suk, ia sehati dengan Yoo Jin.
Masih ada
yang kurang, Seo Yeon bertanya nasib Joon Young. Ji Hoon yang membalasnya,
mengatakan kalau Joon Young saat ini bersamanya.
Joon Young
kelihatan gelisah. Ji Hoon khawatir, apa Joon Young merasa tidak nyaman. Joon
Young mengelaknya, tidak sama sekali. Hanya saja... terasa aneh tidur di rumah
orang lain.
"Sudah
lama juga sih aku tidak tidur dengan orang lain."
Ji Hoon
memilih tidur di bawah. Joon Young mengatakan apa yang membuatnya penasaran. Ia
memahami alasan Ji Hoon ingin bergabung dalam klub, tapi kenapa memilih jadi
Pengacara?
Ji Hoon
balik bertanya, bagaimana dengan Joon Young sendiri? ia dengar, murid SMA
Jeongguk tidak menyukai Choi Woo Hyuk. Lalu, kenapa Joon Young menjadi tim
Pengacara Choi Woo Hyuk?
"Aku
melihat Lee So Woo. Saat terakhir Lee So Woo."
"Seperti
apa kelihatannya? Lee So Woo?"
"Dia
terlihat damai. Seolah... dia sudah memutuskan sedari awal, ekspresinya tampak
tenang."
Joon Young
menyinggung kalau ia belihat seorang pria hari itu yang memandangi taman bunga.
Waktu itu, ia tidak terlalu memikirkannya, tapi kalau dipikir lagi sekarang
ini... kelihatan aneh.
"Apa
yang dikatakan polisi soal itu?"
Joon Young
tidak mengatakan pada mereka. Karena saat itu ia terlalu syok. Ji Hoon bertanya
lagi, bagaimana dengan yang lain? Apa yang lain juga mengetahuinya?
"Tidak.Aku
bahkan tidak yakin, jadi mana bisa mengatakan pada orang lain. Bagaimana
menurutmu? Apa aku katakan saja pada yang lain?"
"Tidak.
Hal itu hanya akan menyebabkan keributan."
"benar
juga."
"Kalau
terus begini, bisa-bisa kita begadang semalaman."
"Oh,
ya. Selamat malam."
Joon Young
berterimakasih karena Ji Hoon sudah mengijinkannya menginap.
Ji Hoon
teringat hari itu, dimana ia memandangi taman bunga dimana ada mayat So Woo
dengan menangis, tapi ia segera pergi tepat saat Joon Young melihatnya.
Joon Young
hanya melihat dari jauh jadi tidak jelas wajahnya, dan lagi Ji Hoon menutupi
kepalanya.
Seung Hyun
tidak bisa tidur, ia di luar rumah dan masih kesal. Yoo Jin juga di luar,
mencoba menenangkan So Hee yang habis dimarahi ibunya.
"Kalian sendiri yang bakal kesulitan
kalau begadang. Cepat tidur." Balas Seo Yeon.
>
EmoticonEmoticon