-->

Sinopsis Naked Fireman Episode 2 Part 1

- Januari 20, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari KBS2

Sinopsis Naked Fireman Episode 2 Part 1

Ada dua orang siswa sedang mengendap-endap masuk sebuah rumah. Satu memakai topi dan yang satunya tidak. Si topi menghentikan temannya, ia ragu kalau ada barang berharga di rumah itu mengingat pemiliknya hanya berkunjung beberapa kali dalam setahun.

Si teman menjelaskan kalau pemilik rumah adalah pelukis terkenal jadi satu lukisan saja nilainya ratusan dolar. Mungkin ada beberapa lukisan disana. Si topi masih ragu tapi tetap mengikuti temannya masuk.
Mereka berhasil masuk ke dalam. Dengan berbekal senter mereka mencari barang berharga tapi tidak ada lukisan. Mereka menemukan gambar kurang lebih ukuran A4. Si topi bertanya, apa itu harganya mencapai ratusan dolar?
Si teman menjawab semakin jelek suatu lukisan maka makin mahal harganya. Mereka pun memasukkan semua itu ke dalam tas. Kemudian terdengar suara mobil. Pemilik rumah datang.

Si topi takut, katanya pemiliknya pergi ke Seoul. Si teman juga tidak tahu dan mengajak segera kabur saja. Mereka asal masuk sebuah ruangan dan membuka jendela agar bisa keluar.
Ternyata itu adalah villa milik keluarga Jin Ah. awalnya ayah Jin Ah memang mengajak pergi ke Seoul tapi tiba-tiba ingin kembali.

"Tidak apa-apa kan, Jin Ah."
Jin Ah mengiyakan, ia suka disana kok. Jin Ah mendengar ada sesuatu. Ia masuk ke ruangan dimana dua anak tadi berada. Si topi belum sempat kelaur dan Jin Ah melihatnya.

"Maling!!" teriak Jin Ah.
Kembali saat Jin Ah dewasa terluka. Cheol Soo datang, ia melihat kaki Jin Ah terluka lalu mengambil ember di kamar mandi dan air mineral di kulkas. Ia mendekati Jin Ah untuk melihat luka Jin Ah tapi Jin Ah tidak mengijinkannya.

Detektif masih memanggil-manggilnya di telfon, Cheol Soo memberikan ponselnya. Jin Ah mengatakan pada detektif kalau ia tidak apa-apa dan akan menelfon lagi nanti.

Cheol Soo menarik kaki Jin AH yangterluka, membasuhnya dengan air mineral dan memperhatikanseberapa dalam lukanya. Cheol Soo merasa kalau lukanya perlu dijahit.

"Kau akan melakukannya disini!" Jin Ah terkejut.

"Tida, di rumah sakit."

Cheol Soo menanyakan penyebab luka Jin AH untuk memutuskan perlu diperban atau tidak, ia perlu tahu apa ada pecahan sesuatu di dalam luka. Jin Ah melemparkan obeng yang disembunyikannya tadi.
Cheol Soo mengerti, ia mencari kain dan menemukan kaos dalam yang masih dalam kemasan, ia merobeknya untuk membalut luka Jin Ah.

Cheol Soo memandang Jin Ah, apa merasa tidak nyaman. Tentu saja Jin Ah merasa tidak nyaman, kan mereka tidak kenal dekat.

"Maksudku perbannya. Terlalu kencang kah?"

Jin Ah menarik kakinya. Mulai sekarang ia akan mengurus dirinya sendiri. Jin Ah berdiri, tapi terpeleset karena perbannya licin dan ia jatuh dipelukan Cheol Soo.

"Hati-hatilah!"
Menatap Cheol Soo menginatkan Jin Ah pada si pelaku. Ia panik hingga mendorong Cheol Soo, ia akan  berjalan sendiri. Jin Ah mengambil barangnya dan pergi keluar. Cheol Soo mendesah kesal dengan sikap Jin Ah itu.
Cheol Soo mengikuti Jin Ah keluar, Jin Ah sulit bejalan membuat Cheol Soo yang melihatnya frustasi. Cheol Soo memastikan kalau Jin Ah tidak mungkin bisa ke rumah sakit sendirian dengan keadaan seperti itu.

"Masuklah. Aku bisa pergi sendiri."

Cheol Soo tidak bisa meninggalkan pasien. Jin Ah nyengir tidak menjawab. Jin Ah akan menuruni tangga tapi ia ragu.

Cheol Soo mengagetkan, jika digunakan menahan berat badan maka lukanya akan terbuka, bagaimana jika infeksi. Jin Ah menegaskan, ia tidak akan menyalahkan Cheol Soo bahkan jika kakinya harus dipotong.

"Jadi jangan ikut campur!"
Cheol Soo tak peduli, ia membopong Jin Ah. Jin Ah meronta mita dilepaskan. Cheol Soo melarangnya bergerak, bahaya. Jin Ah tetap minta diturunkan, bagaimana ia bisa digendong oleh pria macam Cheol Soo?

"Kau mungkin salah sangka. Kita bertengkar bukan karena perbedaan kelas, tapi karena perbedaan sikap."

Jin Ah mengancam, Cheol Soo sebaiknya menurunkannya sebelum hitungan ketiga kalau tidak ia akan menggigit tangan Cheol Soo. 

"Silahkan saja. AKu akan menuntutmu jika kau melakukannya." Jawab Cheol Soo.
Jin Ah beneran menghitung, Cheol Soo tidak gentar dan dalam hitungan ketiga mereka sudah sampai di bawah. Cheol Soo buru-buru menurunkan Jin Ah.

"terserah kau sekarang. Aku tidak peduli kau mau kemana." kata Cheol Soo.

Tapi setelah Jin Ah membuka kunci mobilnya, Cheol Soo merebut kunci itu. Cheol Soo menjelaskan kalau Jin AH tidak bisa mengemudi dengan keadaannya, nanti bisa membahayakan orang.

"kaki kiriku yang terluka."

Cheol Soo tidak peduli, ia tetap menyuruh Jin Ah masuk.
Selama perjalanan mereka tidak saling bicara. Cheol tidak percaya hal ini, masa Jin Ah tidak mengucapkan terimakasih padanya, padahl ia sudah merawat luka Jin Ah, bahkan mengantarnya ke rumah sakit, tapi kenapa Jin Ah memperlakukannya seperti orang jahat?

"Pikirkan baik-baik. Apa kau tidak merasa berterimakasih sedikitpun?"

Jin Ah mengingatkan, ia sudah bilang tidak mau bantuan Cheol Soo. Apa Cheol Soo mau balasan untuk pertolongan yang tidak diinginkan?

"Wah... tanya saja orang tuamu, apa aku yang aneh atau kau."

"Kenapa kau membawa-bawa orangtuaku?"

"mereka yang mengijinkan gadis 23 tahun mengemudi mobil mahal, kenapa tidak mengajarimu berterimakasih?"

Jin Ah tidak menjawab apa-apa, ia berkaca-kaca tapi Cheol Soo tidak menyadarinya.
Sung Jin masuk ke rumah Jin Ah, ia melihat foto Jin Ah bersama Song Ja dan merasa kalau pernah melihat Jin Ah sebelumnya. Song Ja menjawab kalau Jin Ah mirip dengannya, bagaimanapun mereka masih ada hubungan darah.

Song Ja mengeluh, ia satu-satunya keluarga Jin Ah yang tersisa tapi Jin Ah menganggapnya seperti orang asing. Jin Ah memperlakukannya seperti pengemis.

Sung Jin memeluknya dan menciumnya. Kemudian mengajaknya mulai bekerja.
Sung Jin menggunakan pendengarannya untuk memecahkan kombinasi kode brankas Jin Ah. Song Ja ragu, apa benar Sung Jin bisa melakukannya karena biasanya di film hanya membutuhkan waktu beberapa detik.

Sung Jin menyuruhnya diam karena mengganggu konsentrasi.
Luka Jin Ah sudah selesai dijahit. Ia kahirnya minta maaf pada Cheol Soo karena sudah kasar tadi. Bersikap kasar tidak akan menyelesaikan apapun.

"Kau tidak bisa meahannya karena kepribadianmu yang buruk." Jawab Cheol Soo.
Tapi Jin Ah heran, kenapa Cheol Soo tidak bertanya apa-apa. Kenapa ia bisa terluka dan apa yang sudah dilakukannya. Cheol Soo maklum, seorang gadis memang penasaran dengan kamar pria.

"Tidak kok. Aku tidak penasaran sama sekali." Bantah Jin Ah.

Lalu Cheol Soo bertanya, memangnya apa yang Jin AH lakukan. Jin Ah beralasan kalau ia mau membantu membereskan. Cheol Soo akan mempercayainya karena Jin Ah sudah susah payah mencari alasan.

Jin Ah memastikan bahwa ia tidak mencuri apapun, jadi jangan salah paham. Cheol SOo tahu itu karena disana tidak ada yang bisa dicuri, ia malah kasihan pada si pencuri.
Cheol Soo mengantar Jin Ah sampai ke mobilnya. Jin Ah minta maaf karena sudah mengacaukan hari Cheol Soo. Supir pengganti datang, Jin Ah meminta Cheol Soo pergi.

Tapi.. Cheol Soo ragu, apa benar Jin AH akan membayarnya 10,000 dolar setelah Jin Ah menyelesaikan lukisannya. Jin AH membenarkan. Cheol Soo tidak percaya, ia meminta kontrak. Jujur saja, 10,000 dolar untuk model itu tidak masuk akal dan ia juga tidak telanjang bulat.
Jin Ah membuka dompet dan memberikan uang pada Cheol Soo sebagai uang muka.

Tanpa melihatnya, Cheoll Soo mengeluh, untuk kontrak 10,000 dolar bagaimana hanya memberi 200 atau 500... tapi setelah melihat nominalnya ia tutup mulut, 2,000 dolar.

Cheo Soo tidak menyangka, bagaimana bisa Jin Ah membawa uang sebanyak itu dalam dompetnnya, kan sangat bahaya. Jin Ah sengaja membawa uang itu, awalnya mau memberikan uang itu pada Cheol Soo tapi lupa.

"Apa kau butuh kontrak?"

Cheol Soo menggeleng, ia tersentuh dengan uang itu bahkan sampai membukakan pintu mobil untuk Jin Ah.
Jin Ah menghubungi Detektif, ia mengajak detektif bertemu.

Detektif memarahi Jin Ah yang berani-beraninya ke rumah Sung Jin, apa Jin Ah sudah tidak waras. "Kau berdua saja dengannya seharian ini? Bagaimana kau bisa begitu ceroboh?"

Jin Ah menjawab kalau ia mau mencari bukti. Detektif melunak, baiklah katakan saja Jin Ah berhasil menemukan sesuatu, terus bagaimana akan menggunakannya? Detektif mewanti-wanti Jin Ah untuk tidak dekat-dekat dengan Sung Jin.

Tapi Jin Ah diam saja. Detektif bertanya, kenapa Jin Ah tidak menjawab.

"Bagaimana bisa aku begitu, ini adalah tanggung jawabku."

"Ini adalah tanggung jawabku." Tegas Detektif.
Jin Ah sumringah, jadi Setektif mau membantunya, percaya padanya. Detektif memberikan daftar catatan kriminal Oh Sung Jin.

"Pembakaran rumah, pencurian, penyerangan. Kehidupan Oh Sung Jin dipenuhi dengan kejahatan. Tepat setelah kecelakaan orangtuamu. Dia dipenjara karena mencuri. Oleh karena itu kami tidak bisa menemukannya."
Song Ja sampai ketiduran menunggu Sung Jin. Akhirnya Sung Jin selesai, ia sudah menemukan 6 nomornya. Song Ja senang, apa mereka bisa membukanya sekarang.

"Belum. kita belum tahu kombinasi nomornya. Jadi kita harus mencobanya semua kombinasi yang mungkin."

"Jadi... berapa banyak kemungkinannya?"

Ada 720 kombinasi. Song Ja kesal, mereka tidak punya waktu untuk itu, rusak saja pintunya. Sung Jin menenangkan, Song Ja kan tinggal disana jadi ngapain buru-buru, Ia akan memberi Song Ja kombinasinya jadi Song Ja hanya perlu mencobanya satu per satu.
"Sayang, kau sungguh kasihan. Jika kau memiliki orang tua yang baik dan pendidikan yang baik pula. kau pasti akan menjadi orang yang sempurna."

Sung Jin tersenyum, "meskipun aku memiliki orangtua buruk dan kehidupan buruk, terimakasih sudah mencintaiku, Song Ja."

Song Ja tidak peduli masa lalu Sung Jin, asalkan Sung Jin tidak membunuh orang saja sudah cukup.
Jin Ah membaca daftar itu. Ia bertanya, apa tidak ada cara untuk menangkap Sung Jin, ini sudah 10 tahun. Detektif menjelaska, penjahat seperti Sung Jin itu memiliki pola. Tidak lama lagi pasti akan beraksi.

"Menjadi pencuri, penyerang atau yang lain, aku hanya perlu membuatnya berada ditanganku. Lalu akan kucari sampai kedalam celana dalanya."

Jin Ah mengangguk, lalu ia, apa yang harus ia lakukan. Detektif mengambil kembali daftar itu dari Jin Ah. Jin Ah tidak perlu melakukan apapun.

"Maaf? Ijinlankah aku membantu."

Detektif tidak bisa, ini sangat berbahaya. Oh Sung Jin itu seperti bom waktu,

Detektif menjelaskan, Sung Jin memukul pelanggan lain dengan botol di bar. Memukul penjaga toko mobil bahkan memukul petugas polisi.

"Kau tahu kenapa? Karena dia merasa diabaikan. Dia kehilangan akal sehatnya bahkan untuk alasan sepele. Dia bukan orang yang bisa kau tangani."
Cheol Soo menunggu Sung Jin didepan rumahnya untuk mengembalikan kunci. Sung Jin bertanya, apa Cheol Soo bersenang-senang. Cheol Soo menjawab kalau ia berhasil. Sung Jin senang dan akan mengantar Cheol Soo.

Cheol Soo bercerita kalau Jin Ah memberinya 2,000 dolar sebagai uang muka. Jin Ah sangat berkarisma, ia sampai akan berlutut padanya. Sung Jin tersenyum.

Sung Jin tiba-tiba teringat kejadian waktu itu. Cheol Soo tak mengerti, apa?

"Villa itu. Milik keluarga kaya dari Seoul. Kita menerobos masuk untuk mencuri lukisan dan kabur setelah ketahuan."

"Astaga.. itu sangat memalukan. Kenapa kau mengungkit cerita yang memalukan itu?"
Sung Jin melihat vila itu terbakar. Saat itu hari dimana ia meninggalkan kota. Jadi yang memakai topi itu adalah Cheol Soo dan yang tidak memakai topi itu Sung Jin.

Sung Jin bercerita kalau api melahap vila itu dengan ganas, sangat menakutkan. Tidak deh, itu sangat memukau sampai ia tidak bisa mngalihkan pandangannya. Ia berharap api itu akan menyebar dan membakar seluruh kota. Tapi Pemadam kebakaran segera tiba.
Mereka berakhir di pinggir sungai Han sambil minum. Cheol Soo tak percaya Sung Jin memiliki pikiran agar seluruh kota terbakar.

"Dan lagi... aku melihat sesuatu yang lain juga."

"Apa yang kau lihat?"

Sung Jin menatap Cheol Soo tajam. Cheol Soo mengulangi pertanyaannya, lihat apa. Tapi Sung Jin tidak akan mengatakan yang satu itu. Ia akan membawanya hingga ke ling kubur, ia tidak akan pernah mengatakannya pada Cheol Soo.

Cheol Soo melempari Sung Jin dengan snack, ia kesal, ia juga tidak mau tahu kok.
Sung Jin berpesan agar Cheol Soo hidup dengan baik, jangan melakukan hal tercela, jangan bergaul dengan orang jahat bergaullan dengan orang baik saja.

"Apa yang kau katakan? APa kau sekarat?"

Sung Jin mengatakan akan menikah dengan SOng Ja dan setelah itu akan tinggal di luar negeri, mereka tidak akan pernah kembali.

"Bagaimana? Apa kau punya uang?"

"Song Ja punya."

Bailah, Cheol Soo juga berharap Sung Jin hidup dengan bahagia. Jangan sia-siakan hidup.
Jin Ah menelfon Sung Min. Ia memberikannya pada Cheol Soo agar Cheol Soo yang cicara tapi Cheol Soo tidak mau, akhirnya ia yang bicara. Jin Ah mengajak Sung Jin bertemu kembali untuk pekerjaan.

"Kau merindukanku rupanya." Jawab SUng Jin yang mendapat protes keras dari Cheol Soo.

"Apa kau mabuk?" tanya Jin Ah.

"Kenapa? Kau mau minum denganku?"

Cheol Soo kesal, ia akan merebut ponsel Jin Ah tapi Sung Jin berhasil menjauhkannya dan Jin Ah menutup telfon. Bicaranya nanti saja.

Sung Jin berkomentar, ternyata Jin Ah sangat kasar berbeda sekali dengan Song Ja. Cheol Soo protes, kenapa Sung Jin melakukan itu padanya.

"Cobalah rebut hatinya."

"Apa kau bilang? Dia sangat menakutkan."
Sung Jin menjelaskan kalau Jin Ah itu kesepian. Jin Ah tumbuh tanpa orang tua jadi akan mudah dirayu. Cheol Soo terkejut, dimana orang tua Jin Ah kalau begitu?

"Saat dia 13 tahun orangtuanya meninggal karena kecelakaan."

Cheol Soo langsung teringat tadi, saat ia mengungkit mengenai orangtua Jin Ah dan bagaimana Jin Ah tidak berekasi. Cheol Soo kesal dibuatnya.

"Akulah yang kasar."

Sung Jin tak mengerti, kenapa?
Malam-malam, ada suara aneh dari luar rumah Pak Jang. Pak jang kelaur membawa sapu dan ibu Jang membawa gantungan baju. Mereka tidak melihat siapapun disana. Hanya ada batu beserta kertas.

Pak Jang membukanya di dalam, itu adalah sebuah amplop yang ada uang dan suratnya. Uangnya 2,000 dolar. Ibu Jang merebut surat itu dan membacanya,

"Untuk Pak Jang Gwang Ho. Saya pernah Anda tolong. Jadi saya berniat membayar kebaikan Anda. Ini adalah uang halal jadi tidak perlu merasa terbebani."

Ibu Jang berpikir, apa jangan-jangan... Pak Jang bertanya, apa ibu mempunyai bayangn siapa yang pengirimnya. Ibu tidak tahu lalu mengembalikan suratnya pada Pak Jang.

Pak Jang meminta sekalian uangnya, ia berencana untuk mengembalikan uang itu tapi tidak tahu caranya. Ibu Jang tidak membiarkan Pak Jang melakukannya. Ia yang akan mengurus uang itu, Pak Jang tidur saja.
Cheo Soo menguap lebar-lebar saat keluar kantor. Dibelakangnya, Nam Il, Dae Young dan Joon Ho keluar bersamaan. Nam Il mengajak semuanya sarapan bareng, ia yang traktir.

Cheol Soo tidak bisa karena ia ada janji. Nam Il mengingatkan, Cheol SOo sudah bekerja sepanjang malam jadi sebaiknya istirahat.

"Batalkan saja janjimu kecuali kau akan menemui wanita."
Cheol Soo terdiam. Mereka kemudian memandangnya tajam. Cheol Soo membenarkan, memang wanita tapi... Mereka tidak bisa membiarkan Cheol Soo pergi menemui wanita dengan pakaian begitu. Mereka menarik Cheol Soo kembali masuk.

Dan saat keluar Cheol Soo sudah berganti menggunakan pakaian Joon Ho.
Jin Ah melihat pakaian Cheo Soo. Cheol Soo datang dengan membawa jus lemon dan jeruk karena ia lupa kesukaan Jin Ah jadi ia bawa dua-duanya. Jin Ah menjawab kalau ia suka jus anggur. Cheol Soo terdiam canggung.

Saat mereka naik ke atas, sepertinya ada yang mengawasi mereka. Cheol Soo menjelaskan kalau ia belum sempat beres-beres jadi jangan kaget nanti. Jin Ah santai saja toh ia juga sudah melihatnya kemarin.

Tapi saat sampai di dalam, semuanya bersih dan ada kotak-kotak gede. Jin Ah bertanya, apa Cheol Soo mau pindah rumah. Cheol Soo minta Jin Ah menunggu sebentar.

Cheol Soo keluar untuk menelfon Sung Min yang saat ini berada di depan rumah Jin Ah. Cheol Soo menanyakan soal rumah. SUng Jin menjawab ia akan pindah besok.

Song Ja mencoba setiap kombinasi angka yang diberikan Sung Jin, ia sampai capek karena belum menemukan yang cocok tapi tiba-tiba Jung Soon melihatnya.

SOng Ja jelas terkejut, kenapa Jung Soon ada disana, kan bukan kamar Jung Soon. Jung Soon menunjukkan vacum cleaner yang dibawanya, ia masu bersih-bersih tapi kenapa Song Ja ada di kamar orang lain?

"Ini kamar keponakanku!"

Jung Soon heran, kenapa Song Ja meneriakinya seperti orang yang kepergok melakukan kejahatan saja. Song Ja berdiri, ia mengijinkan Jung Soon pulang awal hari ini.

Jung Soon berdecak, ia punya banyak pekerjaan, bagaimana ia bisa pulang? Dan Jung Soon mulai bebersih.
Song Ja pun keluar tapi sepertinya Jung Soon mencurigai sesuatu.

>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search