-->

Sinopsis Romantic Doctor, Kim Sabu Episode 2 Part 2

- November 11, 2016
>
Sumber Gambar dan Konten dari SBS

Sinopsis Romantic Doctor, Kim Sabu Episode 2 Part 2


-= EPISODE 2 HARI TERAKHIR HIPERTENSI ADRENALIN =-

Seo Jung bertanya, kenapa Dong Joo bisa ada di sana. Itulah yang ingin Doo Joo tanyakan juga, Seo Jung kenapa bisa... Sejak kapan Seo Jung bekerja disana?

"Aku bertanya duluan! Bagaimana kau bisa disini?"

Dong Joo menjelaskan, Kemarin ia ditugaskan bekerja disana. Sementara ini ia akan kerja disini. Itu yang terjadi.

"Berapa lama? Kau mau disini sampai kapan?"

"Sunbae belum menjawab pertanyaanku. Sejak kapan kau disini?"

"Sampai kapan kau mau disini?"

"Jangan-jangan sejak kejadian itu? Selama 5 tahun... kau terus berada disini?"

"Lupakan. Tidak usah dijawab."

Seo Jung memilih keluar. Dong Joo memprotesnya, kenapa Seo Jung tidak pernah menelfonnya dan itu membuat Seo Jung berhenti. Dong Joo mengaku kalau ia mengirimi Seo Jung pesan selama berbulan-bulan setelah Seo Jung pergi. Apa Seo Jung mendengar atau membacanya?

"Tidak." Jawab Seo Jung singkat lalu keluar.


Seo Jung bersandar di tembok, ia menyentuh tangan kanannya.


Seseorang dengan luka di kepala mengendarai sebuah mobil, ia munuju rumah sakit Doldam. Orang itu sudah tidak bisa menahan sakinya. Ia pingsan setelah tiba di halaman rumah sakit. Kepalanya roboh di kemudi dan menekan klakson.

Mobilnya baru berhenti setelah menabrak mobil Dong Jo yang terparkir di sana.

Perawat Oh dan yang lain mendengar suara klakson yang tiada henti itu, lalu keluar setelah melihat dari jendela. Seo Jung memeriksa keadaan pasien lalu meminta Kepala Jang dan Perawat Park untuk memindahkan pasien ke UGD.

Seo Jung memeriksa pasien, perawat Oh menduga kalau pasien masih sadarkan diri. Seo Jung menanyakan kondisi vital pasien.

"Tekanan darah 70/40 detak jantung 140."  Suara paru-parunya melemah.

"Ini tension pneumothorax [akibat luka di dinding dada yang bertindak sebagai katup yang memungkinkan udara masuk rongga pleura tetapi mencegah pengeluaran]" Ujar Seo Jung lalu ia memerintahkan untuk memberi pasien oksigen.

"Jika dia menubrukkan mobilnya, kemungkinan ada pendarahan." Ucap Dong Joo yang barusan bergabung dengan mereka.

Seo Jung akan menyedot darah pasien tapi ia kesulitan menggunakan tangan kanannya. Dong Joo mengamati itu, ia bertanya, kenapa tangan kanan Seo Jung? terluka kah?

Seo Jung tak menjawabnya, ia meminta Perawat Park untuk mengambilkan chest tube. Seo Jung kembali bertanya pada Perawat Park mengenai tanda vital pasien.

"Tekanan darah 80/40. Detak jantung 140. Tapi aku tidak yakin karena Ia sedang menerima cairan saat ini."

"Sedang apa? Perut pasien bisa rusak! Aku kira kau pembedah umum!" Bentak Seo Jung.


Dong Joo merasa aneh karena Seo Jung mendadak memakai bahasa formal. Seo Jung ternyata masih dokter residen disana, makanya ia bicara formal.

"Aku tidak mengerti maksudmu. Mana mungkin kau tetap jadi residen selama 5 tahun? Apa maksudmu?"

"Aku sedang mengurus sertifikat ganda sebagai ahli bedah kardiovaskular. Apa sekarang kau bisa fokus pada pasien, dokter Kang Dong Joo?"

Dong Joo mengatakan kalau cidera otot pasien sangat parah, Itu berarti pendarahan dalamnya sangat buruk. Saat ini sebaiknya menggunakan tube dada dan dipindahkan ke rumah sakit besar. Ini adalah keterbatasan rumah sakit kecil.


Sementara itu seseorang menggeliat dalam tidurnya, ia berpakaian dokter.

Perawat Oh datang membawa mesin USG.


Kepala Kang ikutan nimbrung, ia kembali menjelaskan kalau rumah sakit mereka punya segalanya meski terlihat seperti ini.

Dong Joo menggunakan mesin USG jadul itu dan monitornya sudah tidak terlalu jelas bahkan Perawat Oh harus menggedornya.

Tapi walaupun begitu, perawat Oh bisa menduga apa yang terjadi dalam tubuh pasien, "Ternyata pendarahan limpanya memang buruk, Benar?"

"Sepertinya pendarahannya lebih buruk daripada perkiraan kita." Jawaban Seo Jung.

Lalu Seo Jung menanyakan pendapat Dong Joo. Dong Joo masih dengan keputusan awalnya, membawa pasien ke rumah sakit besar.

Perawat Oh mengatakan butuh 2 jam menggunakan mobil atau 1 jam 30 menit jika ngebut jika ingin sampai ke rumah sakit besar terdekat. Pasien  kemungkinan meninggal karena kehilangan darah terlalu banyak dalam perjalanan. Perawat Oh menyarankan untuk mengobati pasien di rumah sakit mereka saja.

"Ini bukan luka yang bisa diobati dirumah sakit sekecil ini. Kau tidak tahu?" bentak Dong Joo.

"Bukan karena kau tidak percaya diri dengan kemampuanmu?" Bentak Seo Jung.

Meskipun Dong Joo dokter, membelah perut pasien  di rumah sakit kurang fasilitas, sama saja dengan percobaan pembunuhan. Bukannya tidak bisa. Tapi ia tidak mau!


Orang tadi terbangun karena suara berisik, ia menyibak tirai. Yep! dia adalah Dokter Bu. Lalu ia berjalan mendekati pasien sambil merapikan rambutnya. Dong Joo refleks menyembunyikan lengannya

Pertama yang ditanyakan Dokter Bu adalah kondidi vital pasien.

"Tekanan darah 60/40. Detak jantung 128. Pendarahan dalam di bagian bawah perut. Identitas dan penyebab luka tidak diketahui. Ia menyetir sendiri kemari dan menubruk mobil lain di lahan parkir.  Mobilnya juga rusak parah." Jelas perawat Oh.


Dokter Bu menegur Seo Jung yang hanya berdiri diam saja sejak ia bangun. Seo Jung pun mengiris perut pasien yang darahnya ia sedot tadi.

Dokter Bu memberikan komando. Pertama berikan intubasi. Sambungkan pasien ke ventilator. besiap untuk melakukan operasi penghentian pendarahan.

Dong Joo bertanya, Jangan-jangan... Dokter Bu berencana menghentikan darahnya disana?

Dokter Bu tidak menjawabnya, ia fokus melakukan intubasi. Dong Joo terkesima dengan kecepatan Dokter Bu dalam melakukannya.


Dokter Bu bersiap memakai peralatan operasi. Sementara ia menyuruh perawat untuk melakukan ini itu.

Seo Jung selesai, ia meminta tube. Dokter Bu melarang, jangan buang waktu, gunaka trokar saja! Lalu Perawat Park membawakan trokar untuk Seo Jung.

Dong Joo heran, disana ada trokar juga?

Dokter Bu selesai, memakai sarung tangan dan baju operasi, sekarang gilirannya, ia menyuruh Dong Joo minggir.

"Anda mau membedah perut pasien disini? Ini bahkan bukan ruang operasi hybrid! Disini juga tidak steril..." Protes Dong Joo

Dokter Bu marah, ia menyuruh Perawat Park untuk mengyingkirkan DOng Joo dari hadapannya.

"Apa? "Singkirkan ?" Singkirkan?! Apa-apaan... Lepaskan aku! Lepas!" Karena Perawat Park memeganginya.


Dong Joo tetap teriak-teriak menyuruh mereka berhenti tapi Dokter Bu tidak menggubrisnya. Dokter Bu memulai pertunjukkannya dalam membedah, dalam waktu singkat ia sudah menemukan sumber pendarahannya.

Dong Joo heran, sudah ketemu?

Selanjutnya, Dokter Bu minta benang jahit pada Seo Jung tapi Seo Jung kesulitan, ia menggunakan tangan kanannya tapi malah guntingnya jatuh. Perawat Oh melihat itu dan langsung mengambil alih, ia mengambilkan benang itu untuk Dokter Bu.

Dokter Bu juga dengan cekatan menjahit sumber pendarahan, Dong Joo memperhatikannya dengan cermat, ia kembali berdecak.

"Apa ini? Tangan itu? Apa yang sekarang... Aku lihat ini?"

Dokter Bu selesai menjahit, ia menyuruh mereka memindahkan pasien ke ruang operasi.


Dong Joo bertanya dalam hati, siapa pria yang dilihatnya itu. Lalu ia mengikuti Dokter Bu, yang tadi bertanya, apa ada masalah dengan cara kerjanya?

"Ceroboh, tidak bertanggung jawab dan berbahaya." Jawab Dong Joo.

Dokter Bu tidak punya pilihan lain melihat situasinya dan nyawa pasien dalam bahaya. Dong Joo bertanya, apakah masih tidak apa-apa setelah pasien tahu bagaimana cara Ia dirawat?

"Maksudmu hak pasien? Yang harusnya dihormati oleh dokter? Jangan berdebat soal itu di depanku. Yang aku perdulikan hanya satu. SELAMATKAN! Apapun yang terjadi, harus diselamatkan! Yang lainnya, persetan dengan itu."

Kemudian Dokter Bu menuju ruang operasi duluan. Seo Jung memerintahkan yang lain untuk menyiapkan pasien, ia akan menyiapkan ruang operasi.


"Sebenarnya disini... tempat macam apa?" 



Seo Jung hanya berdiri di depan ruang operasi saat operasi berlangsung. Katanya ia dilarang masuk.

Dong Joo memprotes sikap Soe Jung yang sama sekali tidak melawan. Jelas-jelas membedah perut seseorang di ruang uGD sangatlah konyol. Pasien sama sekali tidak aman jika operasi dilakukan seperti itu.

"Lalu bagaimana denganmu? Kau mengundur operasi pasienmu demi mengoperasi pasien VIP yang akhirnya meninggal di meja operasi. Kau dikirim kemari karena kau berusaha mendapat pengakuan tapi diabaikan. Apakah operasi seperti itu tidak masalah?"

"Kau masih berhubungan dengan In Soo sunbae?"

Seo Jung mendengarnya dari salah satu kepala departemen. Sepertinya mereka dengar banyak sejarah Dong Joo dari kenalan mereka.

Dong Joo tidak punya pilihan lain. Kalau ia tidak mengambil resiko, ia akan kehilangan kesempatan.


"Kesempatan apa?"

"Membuktikan kemampuanku."

"Pada siapa?"

"Kau tanya karena tidak tahu? Tentu saja para atasan yang memperhatikan aku. Semuanya berdasarkan koneksi. Kau tidak tahu itu? Orang seperti aku harus jatuh bangun melakukan apapun. Kita harus punya orang tepatatau menyelamatkan VIP agar dapat pengakuan!"

Seo Jung heran, selama 5 tahun apa yang telah terjadi pada Dong Joo sehingga jadi penakut dan banyak alasan.  Kenapa Dong Joo berubah sekali? Apakah hidup... sesulit itu?

"Kau bilang hanya satu bulan, paling lama 2 bulan? Berusahalah, meskipun aku tidak tahu apa kau bisa bertahan disini."


Seo Jung kembali ke ruang staff, ia teringat pernytaan cinta Dong Joo 5 tahun lalu, ciuman itu lalu kecelakaan Dokter Moon.  
 

Tangan Seo Jung bergetar hebat, ia mengambil obat penenang di laci dan langsung meminumnya. Dibelakangnya, Dokter Moon berkata.

"Kau pikir bisa menyembunyikan perasaanmu dengan begitu?"


Seo Jung menoleh tapi tidak ada siapa-siapa. Suara Dokter Moon terdngar lagi, "Karena bertemu dia lagi... jatungmu berdebar-debar?"

Seo Jung meyakinkan dirinya kalau semua itu hanya ilusi, Ilusi. Hanya ilusi. Seo Jung lalu mengambil segenggam obat penenang dan meminumnya sekaligus.

Ia menutup telinganya dan tubuhnya bergetar.


Dong Joo menunggu Dokter Bu di depan ruangannya. Saat dokter Bu datang selesai operasi, Dong Joo minta bicara dengannya. Dokter Bu menjanjikan nanti saja karena ia capek lalu masuk ruangannya.

Dong Joo tetap menerobos masuk. Dokter Moon berganti baju, di punggungnya ada bekas luka dan Dong Joo melihatnya.

Dokter Bu kemudian memutar kaset Madona, katanya agu Madonya memang paling enak di dengar menggunakan kaset.

Dong Joo mematikan tape-nya. Ia ingin bicara. Hak pasien dan integritas dokter, dokter Bu mungkin tidak perduli soal itu,

"Kau, berapa orang yang kau bunuh sampai bisa disini? Bukan saat kau masih jadi residen. Setelah menjadi spesialis, ada berapa orang yang mati dibawah pisaumu?"

Satu orang, jawab Dong Joo, Tepat sebelum ia datang kesana. Dokter Bu menyuruhnya menambah 10 lagi, unuh lebih banyak orang sebelum Dong Joo datang dan bertanya lagi padanya. Maka, saat itu ia akan mendengar Dong Joo.

Dokter Bu menyalakan tape-nya kembali, "Oh iya. Kau masih menyimpan tangan kananmu? Jaga baik-baik, aku akan memintanya suatu saat."

Dong Joo mengepalkan tangannya kesal, lalu kembali mematikan tape.

"Maaf, aku tidak bisa lama-lama disini. Dalam sebulan atau lebih cepat, aku ingin segera meninggalkan tempat reyot ini!

"Selain tempat reyot ini, kau punya tujuan lain?"

"Aku akan kembali ketempat sebelumnya"

"Disana kenapa? Mereka mau menerimamu kembali?"

"Aku, tidak dikirim kemari karena aku tidak punya kemampuan. Aku hanya sedang sial. Aku tidak belajar keras, praktek dan latihan membedah dan begadang semalaman agar aku bisa berada di rumah sakit busuk ini seumur hidupku!

"Makanya itu, inti perkataanmu apa?"

Dong Joo akan lakukan apapun, agar bisa kembali. Dong Joo kembali menyalakan tape, lalu keluar dengan kesal.


Dong Joo lewat depan meja informasi, kepala Kang memanggilnya karena ada telfon dari ibunya Dong Joo. Ibu Dong Joo menelfon rumah sakit karena Dong Joo tak menjawab ponselnya.

Tepat saat itu, In Soo menelfonnya,

"Nanti saja. Katakan aku sedang sibuk. Nanti akan kutelpon." Jawab Dong Joo dan ibunya di seberang mendengar ucapan Dong Joo itu. Ibunya kelihatan kecewa.


Dong Joo memilih menjawab telfon In Soo yang mengabarkan kalau Direktur Do dan Direktur Yeo berteman sejak masih kuliah. Ia menyuruh Dong Joo untuk memberi kesan baik pada Direktur Yeo. Kalau Dong Joo ingin mengubah pikiran direktur Do, Dong Joo harus buat Direktur Yeo suka pada dirinya.

"Ah, aku juga dapat informasi dari kenalanku. Direktur Yeo, suka sekali main baduk. Ah, lalu dia suka dengan anggrek oriental."

Dong Joo menyesali sikapnya saat pertama bertemu Direktur Yeo tadi. Dan ia mengeluhkan kalau ia paling tidak bisa main baduk dan tidak mengerti soal tanaman.

"Yaa, bocah menyebalkan! Kau mau terperangkap di rumah sakit Doldam selamanya?"


Dong Joo selanjutnya mendatangi Direktur Yeo yang sedang main baduk. Ia membawa anggrek oriental tapi ia sembunyikan dibelakang tubuhnya.

"Ada perlu apa?" Tanya Direktur Yeo ramah.

Dong Joo ingin memberkan anggerk itu tapi ia melihat sekeliling, milik Direktur Yeo sudah bergeret banyak ia pu ragu, lalu direktur Yeo memberinya lampu hijau untuk mengatakan semuanya saja, tidak apa-apa.

"Tadi pagi saya sudah bicara kelewatan. Saya ingin minta maaf pada Anda. Jika aku menyinggung perasaan Anda, tolong dimengerti Direktur."

"Hahaha Bukan apa-apa. Aku tidak tersinggung."

Dong Joo senang mendengarnya, ia akan mengeluarkan anggreknya tapi tidak jadi saat Direktur Yeo kembali bicara.

"Oh iya ! Aku dengar soal dirimu dari Kim Sabu [Guru Kim / Teacher Kim / Dokter Bu]."

Dong Joo tidak mengerti, Kim Sabu. Direktur Yeon menjelaskan kalau yang dimaksudnya adalah kepala bedah.

"Aah... orang menyebutnya begitu?"

Direktur menjelaskan, Awalnya mungkin orang salah menilai Kim Sabu, tapi banyak yang bisa dipelajari darinya. Yah, menurut Dong Joo tidak banyak juga.

Dong Joo lalu teringat pesan In Soo kalau Dong Joo harus memberi kesan baik pada Direktur Yeo. Maka Dong Joo mengiyakan kata Direktur Yeo, ia akan melakukan yang terbaik.

"Baiklah. Kau bisa keluar."

Dong Joo menjawab iya tapi ia tak kunjung keluar sehingga Direktur Yeo bertanya kenapa, ada yang ingin Dong Joo katakan lagi padanya?

"Anu, sebenarnya..." Dong Joo akan menunjukkan anggrek lokal yang dibawanya.

Tiba-tiba Kepala jang membuka pintu tanpa peringatan. Ia mengatakan kalau Seo Jung kambuh lagi. Direktur Yeo sepertinya sudah paham, ia menyuruh kepala Jang  untuk memanggil Kim Sabu sementara ia akan menuju Seo Jung.


Semua menuju ruang staff dimana di sana Seo Jung memegang pisau bedah di tangan kirinya, kapan saja ia siap mengiris nadi tangan kanannya yang gemetar hebat.

Dong Joo terkejut melihatnya, ia sampai menjatuhkan anggrek yang ditentengnya dari tadi. Perawat Oh membujuk Seo Jung untuk menaruh pisau bedah itu, Dong Joo akan maju tapi Direktur menghalanginya.

"Percaya pada Perawat Oh. Lebih baik kita tetap dibelakang."

Perawat Oh mengingatkan kalau Seo Jung sudah baik-baik selama ini. Seo Jung juga harusnya bisa masuk ruang operasi dalam beberapa hari. 

"Aku mati karenamu." Suara Dokter Moon kembali terdengar oleh Seo Jung.

Seo Jung mengatakan kalau suaranya tidak mau berhanti. Perawat Oh menjawab kalau itu disebabkan karena Seo jung masih berpikir bisa mendengarnya.

"Dokter Yoon kau sudah sembuh dan baik-baik saja. Jadi, kemarilah. Berikan itu padaku."

"Tolong aku. Kumohon Tolong aku..." rintih Seo Jung.

Dong Joo maju, ia mencoba mengajak Seo Jung bicara, Kenapa? Apa yang terjad ? Kenapa memegang pisau bedah yang berbahaya?

Melihat wajah Dong Joo, ingatan Seo Jung jadi semakin tajam, kecelakaan itu.. dan wanita (ibunya?) yang meninggal bunuh diri saat ia pulang sekolah dikala ia SMA dulu.

Dong Joo minta Seo Jung memberikan pisau bedah itu tapi Seo Jung malah... menyayat nadinya. Tidaaaaaakkk!!!


Seo Jung tumbang, Kim Sabu datang tepat waktu menangkap Seo Jung. Dong Joo syok. Kim Sabu menyuruh Perawat Oh mengambil kasa.

Perawat Oh dengan sigap mengambil kasa dan membantu Kim Sabu membalut luka Seo Jung, setelahnya Kim Sabu membopong Seo Jung ke luar ruang staff.


Dong Joo tertegun, ia cuma bisa mengamati dan akhirnya ia ditinggalkan dengan pisau bedah tergeletak di lantai.


Perawat Oh menduga kalau Seo Jung minum terlalu banyak obat penenang, kondisi vitalnya juga tidak baik. Sepertinya pisaunya merusak arterinya, ya kan?

"Hidrasi dia dan segera pindahkan ke ruang operasi." Perntah Kim Sabu. 



Dong Joo terduduk, ia menatap anggreknya di lantai, Ia menangis mengingat kejadian tadi.


Kim Sabu sudah siap di ruang operasi bersama Perawat Oh dan Perawat Park. Tiba-tiba Dong Joo muncul, kedua perawat lalu memakaikanbaju operasi dan sarung tangan kepadanya setelah mendapat persetujuan Kim Sabu.

Perban Seo Jung dibuka. Kim Sabu melihat kerusakannya, "Lukanya kecil tapi dalam. Dia memotong arterinya, saraf dan 2 tendon, tidak, tiga. Jadi ada 5 yang harus disambungkan lagi. Kau pernah melakukannya?"

Dong Joo tidak menjawabnya, ia memandang wajah Seo Jung. Kim Sabu mengulangi, pernah atau tidak?!


"Tidak. Aku hanya liat prosedurnya via video. Ini pertamakalinya aku melakukannya.

"Kalau kau buat kesalahan, aku akan potong tanganmu dan kutempel ke tangan Dokter Yoon. Asal tahu saja."

"Ayo mulai." Jawab Dong Joo yakin.

"Bodoh."


>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search