-->

Sinopsis He Is Psychometric Episode 15 Part 2

- April 30, 2019
>
Sinopsis He Is Psychometric Episode 15 Part 2

Sumber: tvN



An menghentikan mobilnya untuk berpikir, "Aku jelas melihat sesuatu. Arena Bowling TS. Damkar Geonam. SMA Dohyeon? Aku pergi ke sana. Lantas, kenapa..."


An menghubungi Dae Bong, "Dae Bong-ah, ini aku. Aku butuh bantuanmu."


An membicarakan tiga gedung yang ia lihat dengan Jae In. Ia tidak tahu alasannya karena tempat-tempat itu tidak berkaitan dengan Seong Mo.

"Aku memeriksa dalam perjalanan kemari, tapi tempat-tempat itu tidak tutup atau terbengkalai. Dia tidak mungkin membawa Kang Geun Taek ke sini." Kata Jae In. 





Kemudian Dae Bong datang membawakan peta. Ia menunjuk gedung-gedung yang dilihat An. 

An: Mungkinkah dia melihat ketiga tempat itu saat menculik Kang Geun Taek?

Jae In: Dae Bong-ah, sejauh apa jarak ketiga tempat itu? Apa ketiganya terhubung dengan jalan raya?

Dae Bong: Tidak. SMA Dohyeon terletak di Dohyeon-dong. Arena Bowling TS terletak di Saeki-dong. Damkar Geonam di seberang jalan Geonam-dong. Satu jalan raya juga tidak terhubung dengan ketiga tempat itu. Kau harus lewat jalan yang lebih kecil.

Jae In: Apa yang terjadi? Bukankah seharusnya kita menemukan kesamaannya?

Dae Bong: Kau melihat hal lain? Aku sangat paham daerah ini.

An: Penglihatan lain tentang masa lalu. Makin berusaha membaca dia, aku terus melihat kenangan indahnya tentang aku.

Jae In: Karena ketiga tempat itu dekat, mari memeriksanya. Mungkin itu memancing pembacaan baru. Terima kasih, Dae Bong.

Dae Bong: Baiklah. Hubungi aku jika kalian butuh bantuan.

An dan Jae In pergi membawa petanya.



Pertama yang didatangi Jae In dan An adalah Arena Bowling TS.

"Dari arah mana kau melihat gang boling?" Tanya Jae In. 

"Tidak jauh dari sini."

An membawa Jae In dari arah melihatnya.

Jae In: Tidak ada jalan lurus menuju damkar atau sekolah. Dia sengaja menempuh rute yang lebih jauh? Kau yakin melihatnya dari sini?

An: Ya, aku yakin, tapi...



Jae In mengambil gambar dan itu memberinya petunjuk.

Jae In: Kau melihat gedung dari arah yang sama. Sisi utara.

An: Tidak. Aku tidak sedekat ini. Kurasa posisiku agak jauh.

Jae In: Agak jauh? Sejauh apa? Kau juga melihat damkar dan sekolah dari jauh?


An: Jae In-ah, dia tidak membawa Kang Geun Taek ke ketiga tempat itu atau melihatnya secara sekilas. Dia pasti melihat ketiga tempat itu dari atas.

Jae In: Tempat yang lebih tinggi seperti lantai atap?

An: Apakah dia melihatnya dari tempat dia menyekap Kang Geun Taek?

Jae In: Mari mencari gedung dengan pandangan ketiga tempat itu.

Mereka langsung bergerak.


Seong Mo membuka kamar An, tapi kosong. 



Detektif Kim memberi laporan pada Letnan Nam. 

"Tidak ada pergerakan?" Tanya Letnan Nam.

"Ya, dia masih di rumah. Jaksa Kang membeli bahan makanan, lalu kembali ke rumah."

"Apa? Bahan makanan?"

"Berbelanja bahan makanan setelah membunuh seseorang. Bukankah itu mengerikan?"

"Hubungi aku jika ada pergerakan."



Selanjutnya Letnan Nam tanya ke Juniornya Ji Soo, "Bagaimana dengan mobilnya?"

"Kami menemukannya, tapi mobil itu sudah sepekan berada di tempat parkir umum. Dia mengambilnya tepat sebelum kemari."

"Bagaimana dengan riwayat panggilannya?"

"Dia belum menelepon atau menerima panggilan sejak mengambil izin cuti. Dia sesekali menyalakan ponselnya, tapi itu sebelum insiden di Stasiun Kangguk."

"Dia menyalakannya? Di mana?"

"Di dekat Pulau Muhyung tempat Kang Eun Joo menginap. Ponselnya dimatikan lagi di luar rumah sakit tempat Opsir Yoon dibawa."

"Rumah sakit tempat dia dibawa setelah diselamatkan?"

"Jaksa Kang pasti ada di sana."

"Dia tahu Kang Geun Taek menculik Opsir Yoon dan bahkan membunuh Detektif Eun. Dia punya segala motif untuk membunuh Kang Geun Taek."

"Tapi ada yang aneh."

"Apa itu?"



"Nomor telepon ini. Selain Detektif Eun atau Lee An, nomor ini berusaha menghubungi Jaksa Kang. Beberapa panggilan dilakukan setelah dia mengambil izin cuti."

"Keputusasaan. Mungkinkah ini Kang Geun Taek?"

"Kurasa bukan. Nomor itu terus menelepon setelah dia diculik. Haruskah aku melacak pemilik nomor itu?"

"Tidak ada waktu untuk menempuh proses panjang. Berikan ponselmu."



Letnan Nam menghubungi nomor itu menggunakan ponsel Detektif Junior.

"Ya, aku Noh Jeong Hoon." Jawab pemilik nomor itu.

"Jaksa Penuntut Umum Jenderal Noh Jeong Hoon? Aku Detektif Nam Dae Nam yang menyelidiki ulang kasus Apartemen Yeongseong."

"Ada yang bisa kubantu, Detektif Nam?"

"Kami sedang melacak riwayat telepon Jaksa Kang dan nomormu muncul dalam daftar."

"Dia mendadak mengambil izin cuti dan itu membuatku cemas."

"Bukankah kau seperti atasan dari atasannya? Kau bisa memerintahkan tugas itu."

"Apa maksudmu?"

"Bukan apa-apa. Aku akan meneleponmu lagi."



Letnan Nam buru-buru menyudahi teleponnya.

Letnan Nam: Dia sudah geram hanya dengan sedikit gertakan. Hubungi penyelidik Jaksa Kang.

Detektif mengiyakan dengan patuh. 




Jaksa Noh melihat dokumen yang ada di mejanya, judulnya "Penerima, Jaksa Khusus Choi Soo Ji".

Wanita yang ada di ruangannya bertanya, "Apa dia mencurigai kita?"

Jaksa Noh diam saja.



Kepala Eun ditelepon Jaksa No yang mengajak bertemu. Tapi Kepala Eun bilang tidak ada yang harus ia katakan. 

"Aku menolak penyelidikan bersama itu." Lanjut Kepala Eun. 

"Apa yang kau lakukan? Kau menjatuhkan kami atau berusaha menyelamatkan dirimu?"

"Maksudku kali ini kita harus bertindak dengan benar."

"Apa yang kau katakan saat aku bilang kita harus membiarkan Dragon Head Hunting? Kau bilang kita cukup bersandiwara."

"Sudah dahulu."

Kepala Eun menyudahi telepon. 



Wanita itu menanyakan langkah selanjutnya.

Jaksa Noh: Bukankah sudah jelas? Karena dia tidak menurut, kita akan memaksakan cara kita. Hentikan penyelidikan kasus Apartemen Yeongseong sebelum merumitkan situasi. Kau paham maksudku, bukan?

Wanita: Ya, aku paham.


Seong Mo masak mengikuti panduan diinternet, saat itu Jaksa Noh menelepon, tapi ia langsung menolaknya. 




Setelah matang, Seong Mo memanggil ibunya. 

"Bukankah ini yang pertama? Kita menyantap masakanku di meja yang sama. Makanlah." Kata Seong Mo sambil memberikan sendok.

Tapi ibu meletakkan kembali sendoknya, "Seong Mo-ya. Ibu ingin minta bantuan."

"Aku sudah tahu permintaan Ibu."

"Berjanjilah kau akan menuruti perintah ibu."



Seong Mo ingat, dulu ia yang engatakan hal itu, "Berjanjilah Ibu akan menuruti perintahku. Ibu harus menuruti perintahku. Mengerti?"

Ibu: Kau harus menuruti perintah ibu. Paham?

Seong Mo: Kalau begitu, bagaimana jika kita saling membantu?



Detektif: Letnan Nam, aku menghubungi wakil direktur. Jika kita pergi sekarang...

Detektif menghentikan kalimatnya karena berita yang ditonton Letnan Nam.

Letnan Nam: Rupanya akhirnya akan seperti ini.



Jaksa Noh mengadakan konferensi pers, "Aku Jaksa Penuntut Umum Noh Jeong Hoon. Untuk membereskan kesalahan selama penyelidikan awal kasus Apartemen Yeongseong dan Panti Wreda Hanmin, kejaksaan telah memerintahkan penyelidikan menyeluruh. Tapi polisi menentangnya."

"Kenapa Anda melaksanakannya? Benarkah kasus Apartemen Yeongseong berkaitan dengan kasus korupsi YSS Construction?" Pertanyaan reporter tapi Jaksa Noh tidak menjawabnya, malah pergi dari lokasi.



Detektif tanya ke Letnan Nam, kenapa kejaksaan mendadak menginginkan yuridikasi?

"Karena kasus Yeongseong berkaitan dengan YSS Construction dan situasinya tidak terkendali." Jawab Letnan Nam.

"Apa mereka akan menutupinya lagi?"

"Komisaris Polisi Eun akan membantu kita menjaga hak untuk menyelidiki, tapi jika kejaksaan menemukan Kang Geun Taek sebelum kita, situasi akan berubah. Kita harus bergegas."

Letnan Nam bergerak diikiti Detektif.



Ayahnya Soo Hyeon juga menyaksikan Konferensi pers tersebut. Ia mematikannya dengan kesal karena kasus itu dibahas lagi.

Lalu datanglah Soo Hyeon. Ayahnya menyambutnya dengan dingin, "Kenapa kau kemari? Kau bilang tidak ingin bertemu ayah lagi."

"Aku kemari untuk bertanya."



Jae In bilang ke An setelah bertanya sana sini, katanya tidak ada gedung yang cukup tinggi untuk melihat ketiga gedung itu. Sementara itu, An mencoba menggambar apa yang dilihatnya.

"Ini gang boling, SMA Dohyeon di tengah, dan Damkar Geonam. Sepertinya aku juga melihat hal lain. Benar. Salib."

"Salib gereja?"

"Tidak hanya satu."



Jae In bilang ke An setelah bertanya sana sini, katanya tidak ada gedung yang cukup tinggi untuk melihat ketiga gedung itu. Sementara itu, An mencoba menggambar apa yang dilihatnya.

"Ini gang boling, SMA Dohyeon di tengah, dan Damkar Geonam. Sepertinya aku juga melihat hal lain. Benar. Salib."

"Salib gereja?"

"Tidak hanya satu."





Jae In melipat petanya menjadi segitiga jadi mereka bisa memperkirakan dimana bisa melihat ketiga tempat itu. 

Jae In: Untuk melihat semua tempat ini sekaligus... Kita harus pergi lebih jauh.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search