-->

Sinopsis Longing Heart Episode 2 Part 2

- Januari 11, 2018
>
Ditulis oleh: Diana Recap
Support Admin dengan membaca sinopsis hanya di "www.diana-recap.com"

Sinopsis Longing Heart Episode 2 Part 2

Sumber Gambar: OCN



Ji Soo datang paling pagi hari ini dan melihat Shin Woo duduk di bangkunya. Ia memanggil Shin Woo, dan sebelum Shin Woo menoleh, ia menghapus airmatanya dulu.

"Pak Kang. Apa yang Anda lakukan disana?"

" Kenapa kau datang ke sekolah pagi-pagi sekali?"

"Hari ini Hari Olahraga. Dan aku mewakili kelas dalam acara terbesar. Jadi aku perlu pemanasan."

"Jangan berlagak kayak Olimpiade. Ini bahkan bukan masalah besar."

"Aku tidak bisa membiarkan kelas kita kalah... karena aku."


Shin Woo diam saja dan itu membuat Ji Soo malu karena candaannya tadi, jadi ia pamit, tapi Shin Woo bicara.

"Aku.. akan melakukan yang aku bisa. Aku akan melakukan yang terbaik untuk menghentikan itu terjadi."

"Maaf?"

Shin Woo lalu membelai rambut Ji Soo, "Seperti katamu, siapa pun yang menikah denganmu.. benar-benar diberkati."

"Tentu saja."

Ji Soo pun pergi.


Shin Woo tak sengaja menyenggol tas Ji Soo dan jatuhlah sesuatu dari sana, sebuah foto. Shin Woo membalik foto itu dan ada tulisannya, "dengan Oppa-ku]".

"Oppa?" Ulang Shin Woo karena yang ia baca di profil Ji Soo, Ji Soo itu anak tunggal.


Semua anak-anak yang berpartisipasi melakukan pemanasan.



Shin Woo mengikuti pertandingan basket dan ia ahli banget, semuanya bersorak untuknya.



Ji Soo juga mengikuti pertandingan dan ia berhasil menang.


Shin Woo masih melamunkan temuaannya, ia tidak mengerti karena jelas-jelas Ji Soo itu anak tunggal.


Shin Woo tidak menjawabnya, hanya mengoper dompetnya pada Geun Deok.


Shin Woo lalu membuka profile SD Ji Soo. Disana tertulis waktu kelas 3 Ji Soo memiliki 1 saudara tapi kelas 4 sudah tidak memiliki.

"Apa yang sebenranya terjadi?" Batin Shin Woo.


Saatnya lomba kaki tiga dan Shin Woo masih aja tegang. Ji Soo lalu merangkulkan tangan Shin Woo ke pundaknya.

"Ini hal yang paling penting! Tetap berdekatan." Kata Ji Soo.

"Ya, tetap berdekatan. Syukurlah cuma sekali hari
olahraganya tiap tahun."

"Kenapa?"

"Hah? Aku merasa hidupku akan dipersingkat."


Saat lomba berlangsung, Ji Soo bertabrakan dengan peserta lain dan ia akan jatuh, yang lain terutama Shin Woo sangat khawatir.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Shin Woo setelah perlombaan usai.

"Aku rasa aku tidak baik-baik."

"Apa kau terluka?"

Ji Soo lalu melihat ke bawah, ternyata kaki Shin Woo menginjaknya. Shin Woo merasa bersalah dan segera menjauhkan kakinya. Oh.. maaf!

"Gimana nih, aku rasa aku tidak bisa jalan karena kau menginjakku."

"Sungguh? Apa kau sakit parah?" Tanya Shin Woo sambil berjongkok memeriksa kaki Ji Soo.

"Cuma bercanda!"

"Oh. Kau menakutiku. Kau baik-baik saja?"

"Hmm."


Tapi sebenarnya Ji Soo tidak baik-baik saja, kakinya terkilir, tapi ia menyembunyikannya.

"Jika mereka menabrakmu, mereka harus minta maaf! Kelas berapa yang menabrakmu? Aku akan memberi mereka pelajaran!" Kesal So Ra.

"Bukannya aku terluka atau gimana. Ini hanya permainan jadi kita biarkan saja, teman."

"Aku hanya menahan diri karena kau tidak terluka."

"Ya, tepat sekali. Masih banyak permainan yang tersisa juga, jadi ini melegakan, bukan?"


Shin Woo tanya-tanya soal Ji Soo pada Na Hee. Ternyata keluarga Ji Soo mengalami kecelakaan. Dan Oppanya Ji Soo meninggal dalam kecelakaan itu. Na Hee dengar saat Oppanya akan ke perpustakaan untuk wawancara.


Na Hee menceritakan hasil konsultasinya dengan Ji Soo.

Ji Soo: Bagiku, buku seperti tombol jeda. Tombol jeda yang sesaat membantumu melupakan kejadian yang tidak bisa Anda tolak tapi perlu Anda ingat.

Na Hee: Boleh aku bertanya seperti apa kejadian yang ingin kau lupakan?

Ji Soo: Kejadian saat Oppaku.. di mana dia tidak mau menjawabku tak peduli seberaka kali aku memanggil namanya.


Na Hee merasa kecelakaan itu terjadi di pantai. Tapi ada yang aneh bagi Na Hee, kenapa Shin Woo menanyakannya? Ada apa memangnya?

"Aku hanya.. bertanya-tanya kenapa aku tidak  mengetahuinya sampai sekarang. Apa menurutmu... apa ada cara untuk lebih mengetahui tentang kejadian itu?"

"Entahlah. Mungkin akan lebih cepat jika bertanya padanya."

"Aku tak ingin menekan tombol di memorinya karena dia akan memerlukan tombol jeda lagi."

"Kalau gitu.. Oh, aku pikir aku tahu cara untuk membantumu!"


Ji Soo melakukan lomba lagi, awalnya baik-baik saja tai karena kakinya ia tidak bisa maksimal. Jadinya kelas mereka kalah.


Anak-anak lain menjelek-jelekan Ji Soo, juga mengatakan penyebab kelas 2-3 kalah itu karena Ji Soo. Shin Woo tidak terima, jadi ia sengaja menendang bola ke arah mereka.


Saat waktunya makan siang, anak-anak tadi masih meledek Ji SOo. Shin Woo datang setelahnya dan tetap tidak terima, mereka bahkan sampai akan berkelahi untunglah ada Guru Mokzart yang datang tepat waktu.


Ji Soo bilang kalau Shin Woo harusnya tidak melawan mereka, toh apa yang mereka katakan tidak sepenuhnya salah.

"Apa maksudmu?"

"Mereka benar. Kita tertinggal dan kalah. Semua karena aku."

"Kami hanya harus memenangkan sisa pertandingannya."



Ji Soo tidak nafsu makan, ia tidak tahu harus ia apakan makanannya. Akhirnya Shin Woo mengambilnya dan memakan semuanya. Yang lain heran melihatnya.

Shin Woo juga berkata akan melakukan pertandingan yang harus Geun Deok dan Min Seok lakukan sore nanti. Geun Deok dan Min Seok sih mengiyakannya saja.


Na Hee berhasil mendapat data soal Ji Soo dari kenalannya yang merupakan seorang reporter. 

"Saat aku memberitahunya nama Oppanya Ji Soo dan tahun kejadian itu, dia bilang dia akan mencari artikel tentang itu, dan mengirim fax padaku."

"Terima kasih banyak, Bu Baek."

"Cuma terima kasih?"

"Aku akan membelikan yang kau mau. Alkohol?"

"Jangan coba-coba melupakannya!"

Shin Woo ketawa.


Na Hee masih belum mengerti. Shin Woo lalu menjelaskan lebih rinci. 

"Aku punya teman sekelas saat masih muda. Dan dia "pergi dari dunia ini". "Putri Kecil Sempurna" seperti yang dikatakan anak-anak. Jadi, aku pikir dia sudah terluka sejak dia lahir. Tapi sekarang aku sudah dewasa dan menjadi guru. Akhirnya aku bisa melihatnya. Sebenarnya, teman itu.. putus asa dalam berusaha keras, setiap saat dan setiap hari."


Shin Woo melihat Ji Soo ketiduran di kelasnya dan untuk mengatasi kantuknya, Ji Soo menggunakan karet gelang untuk meyakiti lengannya agar matanya tetap terbuka.


Ji Soo juga harus mengonsumsi obat antiinflamasi dan penghilang rasa sakit karena luka akibat karet gelang itu dan juga karena berlatih voly.


Shin Woo: Dan betapa kerasnya dia berusaha setiap saat dan setiap hari. Jika aku bisa mencari tahu kenapa temanku seperti itu kurasa aku bisa membantu mengisi tahun ke-18nya dengan beberapa kenangan indah. Atau sesuatu seperti itu.

Na Hee: Kau benar-benar tidak memiliki bakat dalam hal Komposisi Korea, Pak Kang. Subyek. Waktu. Obyek. Tak satu pun dari itu masuk akal! Aku tidak tahu bagian mana tentang Ji Soo dan bagian mana tentang temanmu. Biarpun begitu aku tahu satu hal yang pasti. Bahwa kau benar-benar seorang guru yang baik, Pak Kang.


Shin Woo kelihatan lelah benget yang lain khawatir, apa Shin Woo beneran baik-baik saja setelah melakukan begitu banyak permaian tanpa beristirahat sama sekali.

Geun Deok: Wow, sepertinya cinta bisa membunuh pria. Kau harus menetapkan batasan untukmu, dasar kunyuk!


Shin Woo tidak menjawabnya, ia malah mendekati Ji Soo untuk memastikan kalau kelas mereka benar-benar bisa menang sekarang, kan?

"Ya."

"Kita cuma punya balapan estafet yang tersisa sekarang. Jika kita menang, kelas kita menang kan?"

"Ya."

"Ayo pergi, kalau begitu."

So Ra melarang Ji Soo ikut jika merasa tidak enak badan, biar ia cari pengganti saja. Tapi Shin Woo melarangnya, harus Ji Soo yang ikut.

"Dengan begitu, kita bisa bilang kalau kita menang karenamu. Kita harus membuatnya, agar tidak ada yang bilang kalau kita kalah karenamu. Aku pikir kau membenci kata-kata itu." Lanjut Shin Woo.


Shin Woo mengulurkan tangan dan Ji Soo menerimanya. Tapi Ji Soo tetap khawatir, apa sungguh Shin Woo baik-baik saja?

"Tentu saja. Kau bisa berjalan jika terlalu lelah. Aku masih harus berjuang agar menang tidak peduli apapun itu. Ayo."


Shin Woo menerima fax dari teman Na Hee itu. Jadi penyebab kematian Oppanya Ji Soo itu karena menyelamatkan Ji Soo di pantai Haechun. Oppa Ji Soo ini Pemenang Kompetisi Ilmu Pengetahuan Jenius SMA, namanya Han Ji Hoon.

Shin Woo melihat Ji Soo mengikuti pertandingan dimana Ji Soo tampak kesulitan.


Sementara itu, Shin Woo terus berlari dan akhirnya memenangkan pertandingan. ANak-anak mengerubungi Shin Woo dan Shin Woo (D) juga ikut gabung. Anak-anak meminta Shin Woo (D) mentraktir mereka. Shin Woo (D) mengatakan di dompetnya ada kartu kredit, jadi gunakan itu saja. Semua pun bersorak.



Shin Woo (D) lalu mendekati Ji Soo yang sangat bahagia karena kelas mereka menjadi juara satu. Shin Woo (D) melarang Ji Soo bergerak.

"Apa yang ingin kau lakukan? Kau ingin pergi ke UKS atau rumah sakit?"

"Kenapa... haruskah aku pergi ke rumah sakit?"

Shin Woo (R) yang baru bergabung juga heran.


Lalu Shin Woo (D) mengangkat celana Ji Soo dan terlihatlah balutan kaki Ji Soo.

"Kapan kau terluka? Kenapa tidak mengatakan apapun?" Tanya Shin Woo (R) dan ia hendak menyentuhnya tapi SHin Woo (D) menahan tangannya.

Shin Woo (D): Apa kau ingin aku membuka perban dan memeriksanya? Apa itu luka yang bisa diobati di UKS untuk saat ini atau itu mengharuskanmu untuk bergegas ke UGD sekarang juga?

Ji Soo: UKS.


Shin Woo (D) lalu berjongkok untuk menggendong Ji Soo. Ji Soo bilang ia bisa jalan sendiri. Shin Woo (D) mengancam, haruskah ia menghubungi ambulan sekarang?

Ji Soo pun naik ke punggung Shin Woo (D). Shin Woo (R) hanya bisa melihat mereka dengan sedih.


Di UKS, Ji Soo mendapat pengobatan, untungnya tidak ada patah tulang atau hal serius lainnya, cuma dokter heran bagaimana Ji Soo bisa menahan rasa sakitnya. Dokter berkata Ji Soo akan baik-baik saja jika pergi ke RS besok. Kemudian dokter meninggalkan mereka untuk mengambil obat penghilang rasa sakit


Ji Soo akan menjelaskan tapi Shin Woo menyela. Shin Woo bercerita, saat ia berusia 18 tahun, ibunya meninggal dunia dalam kecelakaan. Sekitar setengah tahun setelah itu, ia tidak bisa makan atau tidur nyenyak karena ia merasa kematian Ibunya dan merasa itu adalah salahnya.

"Lalu, suatu hari sebuah pemikiran hinggap dikepalaku. "Apa Ibuku akan senang...melihatku seperti ini?" Jawabannya "tentu saja tidak". Sebab, kalau aku jadi dia, aku tak mau melihat seseorang yang aku cintai hidup terbebani oleh rasa bersalah karena aku. Sehingga menurutku.. Oppamu juga akan merasakan hal yang sama. Jika aku adalah Oppamu. Itulah yang ingin kukatakan padamu. Itu bukan salahmu. Tidak ada orang di dunia ini yang seharusnya merasa bersalah, hanya karena mereka bertahan."

"Salah satu yang pantas untuk hidup.. Itu bukan aku.. Tapi Oppaku itu. Karena seberapa keras aku mencoba.. Aku tidak bisa menjadi seperti Oppa."


Shin Woo: Siapa yang peduli jika kau tidak bisa sepertinya? Siapa yang peduli jika kelas kita kalah pada Hari Olahraga karena kau? Mendapatkan tempat pertama tidak ada artinya, jadi siapa yang peduli jika kau tidak menang? Kau cukup.. menjadi dirimu sendiri. Aku sungguh-sungguh. Seseorang di luar sana.. pasti merasa bahwa itu lebih dari cukup.. kau hanya perlu ada di depan mereka.


Shin Woo membelai rambut Ji Soo sambil mengatakan tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja.


Shin Woo muntah-muntah, tapi pikirannya masih pada Ji Soo yang terluka dan ia tidak menyadarinya.

Min Seok: Aigoo, aku tahu kau terlalu bersemangat hari ini. Apa kau melakukan Kompetisi Ironman sendirian atau apa?

Shin Woo: Itu bukan alasan aku sakit.


Shin Woo berpapasan dengan Shin Woo (D), ia bertanya apa Ji Soo baik-baik saja?

Shin Woo (D): Kau masih penasaran soal itu? Kau harusnya sudah tahu. Paling tidak kau harus tahu apa dia sakit atau terluka.. atau kenapa dia tidak bisa bilang kalau dia terluka! Kau harusnya sudah tahu semua!


Shin Woo (R) mengepalkan tangan, ia mengakui bahwa sudah amat kesal sejak awal pada Shin Woo (D). "Bagaimana ini juga bisa menjadi urusanmu, Pak Kang?!"

"Karena aku sudah menyadari banyak hal sekarang, karena kau! Dan karena itu, aku merasa lebih menyesal dan bersalah daripada kau!"


Shin Woo (R) tiba-tiba batuk-batuk saat Shin Woo (D) akan pergi. Shin Woo (D) khawatir, kenapa? Lalu melihat bintik-bintik merah di lengan Shin Woo (D).

"Apa kau mungkin makan sesuatu dengan kacang saat makan siang? Hei, Bodoh!! Apa kau tidak tahu kalau kau punya alergi kacang?"

"Bahkan kau tahu itu.. Jadi kenapa aku tidak tahu?"

"Lalu kenapa kau memakannya?!

"Karena aku menyukainya! Karena aku menyukai.. Aku menyukainya.."

"Kau melakukan lomba estafet juga?"

"Inilah satu-satunya hal yang bisa aku lakukan untuknya. Apa lagi yang harus kulakukan memangnya?"

Jadi Shin Woo (R) juga harus masuk UKS dan harus minum obat. Dokter bertanya, apa mungkin peraturan Hari Olahraga berubah? Apa mendapatkan uang jika menang?

Ji Soo bertanya pada Shin Woo (R), sebenarnya Shin Woo (R) kenapa? Shin Woo (R) tidak mejawabnya dan akan pergi karena sudah meminum obat.

Dokter: Mau kemana? Aku harus memastikan ruammu hilang sebelum kau bisa pergi.


Shin Woo (R) pun berbaring disamping Ji Soo. Ji Soo bertanya pada Shin Woo (D), ada apa dengan Shin Woo (R)itu?

"Tanya dia sendiri! Dia begitu pandai menjawab semua yang kukatakan padanya."

Lalu Shin Woo (D) meninggalkan mereka.


Geun Deok membayar dengan semua kartu yang ada di dompet Shin Woo, tapi semuanya tidak berfungsi. Geun Deok akan mencari uang tunai tapi malah menjaduhkan foto tapi terbalik. Ia akan mengambilnya tapi SHin Woo yang barusan datang berteriak melarangnya. Shin Woo menginjak foto itu.


Shin Woo berjanji akan membayar memalui transfer. Maka pengantar makanan pun pergi.


Anak-anak pun masuk membawa makanannya dan Shin Woo baru memungut foto itu yang ternyata adalah foto masa SMA mereka.


Ji Soo: Kau tidak tahu kalau kau punya alergi? Bahkan jika kau tidak tahu, aku yakin tubuhmu merasakannya.

Shin Woo tidak menjawabnya, Ji Soo mengira Shin Woo tidur, jadi ia menggeser pembatas.


Tapi Shin Woo malah membelakanginya.

Ji Soo: Apa itu tadi? Kenapa kau pura-pura kalau kau sedang tidur, padahal tidak?

Shin Woo: Karena merasa bersalah.

Ji Soo: Untuk apa?

Shin WOo: Aku bahkan tidak tahu kalau kau terluka dan malah menyuruhmu berlari bersamaku.

Ji Soo: Tetapi aku.. merasa bersyukur padamu.


Shin Woo pun memandang Ji Soo, ia bertanya kenapa Ji Soo bersyukur padanya?

"Aku tahu karena kau.. Kalau aku.. benar-benar ingin mendengar kata-kata itu."

"Kata-kata apa?"

"Kata "Tak apa-apa"."



Ji Soo kembali menggeser pembatas untuk memisahkan mereka karena ia mulai menangis.


"Hal-hal yang bisa aku temukan karena aku berusia 28 tahun. Hal-hal yang bisa aku lakukan karena aku berusia 18 tahun. Jika hanya perasaan ini yang cukup untuk menghentikanmu meninggal di masa depan--"


So Ra membuyarkan lamunannya dengan ajakan ikut makan bersama. Shin Woo mengerti dan menyuruh So Ra masuk duluan saja.


Shin Woo lalu memasukkan foto itu kembali ke dalam dompetnya.

>

1 komentar:


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search