-->

Sinopsis Judge Vs. Judge Episode 7

- Desember 02, 2017
>
Ditulis oleh: Diana Recap
Support Admin dengan kunjungi "www.diana-recap.com"

Sinopsis Judge Vs. Judge Episode 7

Sumber Gambar: SBS


10 Tahun lalu. Han Joon mengantar Jung Joo ke rumah sakit. Jung Joo berterimakasih, juga menitip ucapan terimakasih untuk Hakim Yoo.

"Kamu seharusnya berterima kasih kepadaku. Kenapa? Karena temanku kuturunkan demi memberimu tumpangan. Tapi.. Ibuku memasukkan kakakmu ke penjara. Untuk apa kamu berterima kasih kepadanya?"

"Dia mengajariku tentang jalan yang harus kupilih."

"Choi Jung Joo. Sampai nanti. Operasi ibumu pasti akan berjalan lancar."

Han Joon akan pergi, tapi Jung Joo memanggilnya lagi, ingin meminta satu bantuan lagi.

Jung Joo meminta Han Joon merekam suaranya sambil membaca pesan untuk ibunya. Han Joon seperti keberatan melakukannya, ia sungguh tidak bisa melakukannya dan mengembalikan ponsel serta kertas catatan pada Jung Joo.


Jung Joo menunjukkan wajah memelasnya. Akhirnya Han Joon pun bersedia melakukannya. Baiklah.

"Apa suaraku sungguh terdengar seperti suara kakakmu?" Tanya Han Joon.

Jung Joo mengangguk dan akan meminta ponselnya kembali tapi Han Joon melarangnya, ia minta waktu untuk berlatih sekali saja.

"Ibuku menunggu. Lakukan saja." Kata Jung Joo.

Han Joon: Ibu. Ibu tahu betapa aku menyayangi Ibu, bukan? Apa pun yang terjadi, kumohon ingat itu. Bahwa aku menyayangi Ibu dengan sepenuh hatiku. Berjuanglah menghadapi operasinya..


Saat keluar dari lift, Jung Joo tidak sengaja bertabrakan dengan Ui Hyun dan itu membuat ponselnya jatuh. Ui Hyun pun mengambilkan ponselnya. Jung Joo minta maaf lalu berterimakasih, tapi ia buru-buru pergi.


Masa Kini. Yong Soo bercerita kalau ia dan Kyung Ho dekat dan mereka bersama pergi menyelamatkan Ga Young, tapi Ga Young tidak ada di sana.


Jung Joo terkejut, mereka berdua kesana? Yong Soo mengangguk, tapi mereka hanya menemukan sepatunya.

Ui Hyun: Kalau begitu, Choi Kyung Ho tidak...

Jung Joo: Dia tidak membunuhnya?

Yong Soo: Kyung Ho bukan orang jahat. Hyung bilang dia harus menyelamatkan Ga Young.


Yong Soo melanjutkan, Kyung Ho bilang akan menangkap penjahat itu. "Satu, tiga, tujuh, satu", itulah yang Kyung Ho katakan padanya, nomor plat mobil pria yang membunuh Ga Young.


Yong Soo lalu menunjukkan angka itu yang ditulis di sol sepatu Ga Young.

Ui Hyun: Pelat nomornya 1371?

Yong Soo mengangguk dan Jung Joo langsung keluar.

Sementara itu, Han Joon minum-minum di kantornya dan bertanya-tanya, kenapa sepatu itu ada pada Yong Soo?


Yoon Il keluar dari salah satu angan, ia menelfon sambil menggerutui seseorang yang terus memberinya pekerjaan. Lalu ia melihat Jung Joo, ia menyapa tapi Jung Joo tidak membalasnya.


Ui Hyun membujuk Yong SOo agar mau mengijinkannya memegang sepatu itu sebentar, tapi Yong Soo tidak mengijinkannya.

"seseorang juga mencoba merebutnya dariku."

"Siapa? Siapa dia?"

"Dia menjenguk ibuku. Katanya dia seorang jaksa."


Ui Hyun lalu menunjukkan foto Han Joondi ponselnya, apa benar orang itu? Yong Soo megangguk, dia orangnya.

"Tidak akan kuberikan kepadamu. Tidak akan."

"Kamu ingin bertemu Kyung Ho Hyung, bukan? Jika kamu mengizinkanku memegang sepatu itu sebentar, kamu boleh bertemu dengannya."


Yoon Il tiba-tiba muncul dan menyahut kalau Yong Soo tidak mungkin memberikan sepatunya, ia menyuruh Ui Hyun  menyerahlah, jangan buang-buang waktu.

"Bagi Yong Soo, itu bentuk lain dari dirinya. Aku juga pernah meminta sepatu itu karena itu milik Se Ra Noona, tapi.." Lanjut Yoon Il.

Tapi Yong Soo tiba-tiba memberikan sepatu itu, ia beneran ingin bertemu Kyung Ho. Tapi ia meminta Ui Hyun berjanji mengembalikan sepatu itu, karena itu milik Ga Young.

"Tentu. Pasti akan kukembalikan." Jawab Ui Hyun.

Ui Hyun lalu menitipkan Yong Soo pada Yoon Il.


Di ruangannya di rumah, Pak Sah membuka dokumen Kasue Jang Soon Bok dan ia kembali minum-minum. Lalu ia membuka dokumen kasus Choi Kyung Ho. Kedua kasus itu sama-sama ia tangani bersama Hakim Yoo (Sekarang Profesor Yoo).

Kemudian Pak Sah mengambil kamus yang ditengahnya ada sebuah foto. dibelakang foto itu ada catatan.

"Cintaku, Myung Hee (Profesor Yoo) dan temanku, Jin Myung (Majelis Do)"

*WOW! Lalu kenapa Profesor Yoo bisa menikah dengan Majelis Do?


Ui Hyun memperhatikan sepatu itu dan menggumamkan nama Han Joon dan kenapa Han Joon menginginkan sepatu itu?


Seseorang mengetuk pintu, Ui Hyun cepat-cepat menyembunyikan sepatu itu. Ternyata yang datang adalah Young Hoon. Young Hoon melihat dokumen kasus Kyung Ho di meja Ui Hyun.

"Tampaknya permintaanku menghabiskan banyak waktumu." Ujar Young Hoon.

"Kuanggap itu ucapan terima kasih. Tapi kenapa kamu bisa begitu yakin Choi Kyung Ho bukan pelaku, Pak Ha?"

"Entahlah. Tapi saat melihat Kyung Ho, aku merasakan hal ini sebelum membuat keputusan di kepalaku."

"Hanya berdasarkan firasatmu?"

"Setelah Kyung Ho divonis pada hari itu, dia menangis tersedu-sedu di toilet. Saat aku mendengarnya menangis.. Pada saat itu, aku menyadari dia bukan pembunuhnya. Saat dia keluar setelah menangis.."

"Tunggu, berarti.. Kamu sipirnya?"

"Benar. Berarti, mahasiswa hukum itu.."

"Ya, mungkin itu aku."

"Astaga, kebetulan sekali. Ini luar biasa."

"Kita bertemu lagi di sini."

"Mahasiswa hukum itu menjadi hakim yang hebat seperti dirimu?"

"Pak Choi pernah membicarakan soal sepatu Kim Ga Young denganmu?"

"Sepatu Kim Ga Young?"

Namun sebelum Young Hoon menjawab, ponsel Ui Hyun bunyi. Young Hoon mengerti dan pamit ke toilet.


Yang menelfon Ui Hyun adalah Pak Sah. Pak Sah ingin minum dengan Ui Hyun, tapi tidak jadi karena mungkin Ui Hyun harus menulis putusan.

"Ayah keliru. Aku ingin minum hari ini."

"Kenapa? Karena Jang Soon Bok mencoba bunuh diri di ruang persidanganmu?"

"Bisa dibilang begitu."

"Itu bukan kesalahanmu. Lupakan itu. Kamu tidak bisa melakukan tugasmu jika membiarkan terdakwa menggoyahkan pikiranmu."

"Sepertinya Ayah harus melupakan sesuatu. Tampaknya Ayah terlalu banyak minum. Ada masalah apa?"

"Tidak ada. Ayah hanya sedang memikirkan putra ayah. Kerjakan putusanmu dengan baik. Kamu tahu putusan adalah harga diri hakim."

"Tentu saja. Itu nasihat ayah saat kali pertamaku menulis putusan."

"Benar. Kerjakan dengan baik agar nantinya kamu tidak perlu meninjau putusan yang kamu tulis. Begitulah."



Sementara itu, Jung Joo menghabiskan banyak permen karet. Ia tidak bisa percaya, tidak, itu tidak mungkin.


Han Joon mengunjungi Kyung Ho. Kyung Ho tak menynagka Han Joon akan datang sendiri padahal dulu bersembunyi di balik punggung ayahnya saat itu.

"Aku tidak suka Kim Joo Hyung menyampaikan pesan kita."

"Akan kukatakan selagi kamu di sini."

"Tidak, biarkan aku bicara dulu. Aku tidak menyadari peringatanmu. Mari akhiri kesepakatan kita. Aku tidak mau menjauh dari Jung Joo."

"Do Han Joon!"

"Baiklah, aku sudah katakan kepadamu."


Kyung Ho sama sekali tidak mengijinkan Han Joon memacari adiknya. "Satu, tiga, tujuh, satu", jika Jung Joo tahu yang terjadi di dalam mobil itu...

"Jika dia tahu, dia pasti akan ketakutan. Tapi akankah itu lebih menakutkan daripada fakta bahwa kamu tidak melakukan tindakan hina itu?" Sela han Joon.

"Aku akan membunuhmu jika kamu menyentuh Jun Joo."

"Berhati-hatilah. Kamu mungkin akan mati, Pak Choi."

"Berengsek! Pikirmu, aku merasa terancam?"

"Aku tidak mengancammu. Aku mencemaskanmu. Aku sungguh mencemaskanmu."

"Bedebah! Aku akan membunuhmu! Aku akan menghabisimu, Bedebah! Aku akan membunuhmu!"


Han Joon keluar dari rumah tahanan dan melihat langit yang sangat cerah.


Lalu ia mengeluarkan ponsel dan menelfon Jung Joo. Jung Joo langsung menjawab, membuatnya tersentuh.

"Jika kamu tersentuh, traktir aku makan siang." Kata Jung Joo lalu mematikan telfon.


Sun Hwa dan Min Ah masuk, mereka mengucapkan salam dengan ceria tapi Jung Joo sama sekali tidak merespon. Ditanyai pun Jung Joo tidak menjawab.


Min Ah lalu menarik Sun Hwa keluar. Min Ah khawatir, Jung Joo tidak mengabaikan mereka karena tahu mereka tidak memberitahunya soal senjata pembunuhan itu, bukan?

"Mungkin saja." Jawab Sun Hwa.

"Astaga, ini membuatku gila. Kita harus memberitahunya atau tidak?"

"Beri tahu saja."


Tiba-tiba Hakim Jung muncul di tengah-tengah mereka, beri tahu apa? Min Ah kesal karena Hakim Jung mengahetkan mereka, ia nyaris keguguran nih!

Hakim Jung: Kamu bahkan tidak hamil.

Sun Hwa: Kamu mengatakannya seakan keguguran bisa terjadi kapan saja. Menurut pengalamanku, keguguran tidak mudah terjadi.

Min Ah: Itu hanya perumpamaan.

Hakim Jung: Kenapa aku merasa seakan kita telah mengatakan hal yang salah?


Sun Hwa dan Min Ah akhirnya jujur soal pisau itu. Mereka terkejut karena Jung Joo juga sudah tahu.

Hakim Jung: Menurut kalian Jang Soon Bok punya benda langka seperti itu?

Min Ah: Semoga Pak Kepala merasakan kecurigaan yang kuat ini.

Jung Joo: Aku ingin mencuci wajah.


Jung Joo sangat kepikiran perkataan Yong Soo mengenai kakaknya yang bukan orang jahat. Ia sampai memasukkan wajahnya ke dalam air.


Beruntung ibunya menarikkepalanya keluar. Ibu pikir Jung Joo sedang mencuci rambut disana dan bahkan tidak menjawab ponsel maupun telfon kantor, ia kan khawatir.

"Ibu mengira kamu diculik. Hati ibu menjadi rapuh sejak insiden penyanderaan itu. Lihat dirimu. Nanti kamu masuk angin. Tunggu di sini. Ibu akan mengambilkan handuk."

Tapi Jung Joo malah keluar. Ibu memanggilnya, "Hei! Kamu mau ke mana dengan penampilan seperti itu?"

Tapi Jung Joo tidak peduli.


Jung Joo masuk ke ruangan Ui Hyun, ia kesana untuk melihat berkas kasus Choi Kyung Ho. Tanpa ijin terlebih dulu dari Ui Hyun, ia langsung membuka berkas kasusnya.


Ui Hyun melihat air menetes dari rambut Jung Joo, jadi ia menggunakan saputangan untuk menahannya dan menggunakan tangannya untuk menahan sisi satunya.

"Apa lagi yang ingin kamu ketahui?" tanya Ui Hyun.

"Rumah tempat dia bersembunyi selagi kabur dari lintah darat."


Lalu Jung Joo sadar kalau Ui Hyunmemegang rambutnya dan ia segera menjauh.

"Lihatlah? Tidak tahu terima kasih adalah kebiasaan burukmu."

"Pemerk*saan dan pembunuhan Ga Young terjadi saat dia di sana."

"Rumah itu tepat di sebelah rumah Seo Gi Ho. Di dekat Waduk Gwangdeok. Seo Gi Ho juga dibunuh di rumah Jang Soon Bok."

"Berarti, Seo Yong Soo, yang menyatakan Choi Kyung Ho tidak bersalah..."

"Dia mungkin benar, tapi terlalu dini untuk menyimpulkan."

"Boleh kufotokopi berkas kasusnya?"

"Itu karena Do Han Joon?"

"Apa maksudmu?"

"Alasan kamu mendadak fokus pada kasus ini."

"Han Joon Seonbae tidak akan pernah melakukan itu. Tidak mungkin."

"Kasusnya berkaitan, jadi, bisa kufotokopi, tapi.."


Young Hoon menyela, berkata kalau ia sudah membuat salinannya. Ia mencarinya dan memberikannya pada Jung Joo. Setelah mendapatkannya Jung Joo langsung pergi, padahal Young Hoon mau memberikan hadiah dari Kyung Ho.


Ui Hyun bertanya apa itu, tapi Young Hoon hanya tersenyum, lalu mengalihkan pembicaraan. Young Hoon bertanya, Han Joon itu, apa dia dan Jung Joo punya hubungan spesial atau semacamnya?

Ui Hyun hanya diam saja.


Jung Joo dan Han Joon selesai makan. Jung Joo langsung berka kalau ia ingin menanyai Han Joon dan meminta Han Joon menjawab dengan jujur.

"(ketawa) Kenapa tingkahmu seperti jaksa? Kamu menakutiku."

"Kim Ga Young, yang diperk*sa dan dibunuh oleh Choi Kyung Ho. Kamu tahu dia putri pengurus pondokmu, bukan?"

"Lantas apa yang akan berubah?"

"Artinya kamu mungkin mengenal dia, dan kamu mungkin akrab dengannya."

"Hakim Sah mengatakan hal yang sama. Kenapa dia begitu tertarik dengan kasus kakakmu?"

"Jawab pertanyaanku dahulu."

"Kenapa kalian berdua ingin mendengar hal yang sama dariku? Aku mulai tersinggung."

"Satu, tiga, tujuh, satu. Digit terakhir nomor ponselmu. Itu sama dengan nomor pelat mobil lamamu, bukan?"

"Benar. Aku menyukai mobil itu seperti aku menyukaimu."

"Lantas kenapa kamu membuangnya?"

"Aku kehilangan selera makanku. Kamu makan sendiri saja. Sampai nanti."


Jung Joo tidak bisa membiarkan Han Joon pergi, ia mengejarnya. Jung Joo masih menuntut penjelasan Han Joon, kenapa membuang mobil itu?

"Seo Yong Soo sangat akrab dengan mendiang Kim Ga Young. Tapi menurut penjelasannya, Kyung Ho bukanlah pembunuhnya."

"Pembunuhnya adalah pemilik mobil dengan pelat nomor 1371? Dan pemilik mobil itu berdiri di depanmu sekarang?"

"Tidak bisakah kamu.. bilang kepadaku, "Bukan aku"?"

"Baiklah. Bukan aku. Tapi meski aku mengatakan itu, kamu akan tetap mencurigaiku. Anggaplah semua bukti terkini mengarah kepadaku. Tapi apa itu mengalahkan bukti bahwa Kyung Ho pembunuhnya, seperti DNA-nya yang ditemukan di dalam celana dalam Ga Young?"

"Seonbae."

"Astaga. Sudahlah. Aku sungguh tidak ingin membahas ini denganmu. Jika kamu sungguh ingin tahu, ajukan penyidikan resmi. Ayo kuantar ke gedung pengadilan."


Tapi Jung Joo hanya diam saja. Han Joon memperingatinya untuk tidak ceroboh dan mengunjungi Kyung Ho.

"Kamu telah duduk di majelis hakim untuk persidangannya. Choi Kyung Ho adalah terdakwa di persidanganmu. Jangan gegabah."


Profesor Yoo makan bersama majelis Do, ia bertanya, kenapa Majelis Do membuang mobil itu?

"Kamu sebaiknya makan. Itu sejarah kuno. Kenapa kamu menanyakan itu sekarang? Ini lezat. Ini, Sayang. Cicipilah."

"Aku tidak mau Han Joon mengendarai motor lagi. Kemarin, putra Profesor Han meninggal karena kecelakaan motor."

"Bukankah Profesor Han hanya mempunyai seorang putra?"

"Aku mau Han Joon naik transportasi umum atau mengemudikan mobil saja."

"Transportasi umum? Tidak. Kubilang, aku akan membelikan dia mobil bagus, tapi dia terus menolak."

"Dia tidak ingin mengemudikan mobil semenjak kamu membuang mobil itu."

"Dasar anak nakal. Dia begitu terobsesi saat menyukai sesuatu. Dia mirip denganku. Aku membuang mobil itu karena itu pembawa sial. Dia kecelakaan dengan mobil itu, dan.."

"Cederanya hanya patah tulang. Motor itu berbahaya."

"Kenapa kamu tidak menyuruhnya mengemudikan mobil lagi?"


Ui Hyun sedang mengetik sesuatu dan tiba-tiba ia mengeluarkan sepatu itu lagi.

Kilas Balik..


Kyung Ho keluar dari bilik toilet setelah menangis tersedu dan meminta bantuan Ui Hyun karena tadi Ui Hyun ada di ruang persidangannya.


Kyung Ho: Ibu. Ibu harus hidup. Aku akan baik-baik saja di dalam penjara. Jadi, Ibu juga harus hidup. Hiduplah, setidaknya demi Jung Joo.


Ui Hyun menyampaikan rekaman itu pada Ibu dan ibu menangis saat Kyung Ho juga menangis.

"Aku.. Ibu.. Aku menyayangi Ibu."


Ibu menggenggam erat tangan Ui Hyun yang memegang ponsel.

Ibu: Tolong.. beri tahu dia bahwa aku tahu. Kumohon.

Ui Hyun mengangguk.

Kilas Balik selesai..


Ui Hyun mendapat telfon dari Hakim Ketua Oh.


Ui Hyun dipanggil ke ruangannya. Ui Hyun minta maaf karena harus pulang duluan semalam. Hakim Ketua Oh tidak masalah.

"Kudengar, putusanmu bagus sampai hakim pembantu tidak menyuntingnya. Putusan bagus itu tidak akan muncul begitu saja. Untuk mendapatkan standar semacam itu, penulisnya pasti minum soda, bukan alkohol, dan meninggalkan makan malam lebih awal."

"Maaf jika aku telah membuat Anda jengkel."

"Tidak sama sekali. Orang yang mengabdikan demi keadilan, tidak ada duanya. Kamu juga berhasil menyelesaikan masalah penyanderaan saat kembali. Aku mengerti kenapa ayahmu terus memujimu. Itulah maksudku."

"Aku tidak berbuat banyak. Hakim Lee berhasil menemukan cara untuk menangani situasi itu."

"Dia menemukan cara? Tidak mungkin. Tidak mungkin dia melakukan itu sendiri. Itu konyol."

"Kenapa Anda ingin menemuiku?"


Hakim Ketua Oh memanggil Ui Hyun karena masalah Ayah Ui Hyun.

"Ayahmu memintaku menggunakan layanan kurir ekspres itu. Padahal, tinggal serumah denganmu. Ini salinan catatan yang ayahmu minta. Itu kasus pemerk*saan dan pembunuhan yang kubela 10 tahun lalu. Nama terdakwanya Choi Kyung Ho. Tidak ada yang bisa kubantah saat dia bersedia mengaku, tapi entah kenapa dia membutuhkan dokumen itu."

"Choi Kyung Ho?"

"Ya."


Profesor Yoo memanggil Han Joon ke kantornya supaya Han Joon bisa memilih mmobil yang Han Joon suka.

"Sudah kubilang, aku tidak suka mobil."

"Ibu tidak suka melihatmu mengendarai motor. Putra Profesor Han meninggal karena kecelakaan motor waktu itu."

"Meski meninggal karena kecelakaan, aku tidak mau mengemudikan mobil."

"Nak."

"Ya? Astaga. Berhentilah membicarakan kematian orang, Bu. Begini, orang gila tidak mudah mati. Lihatlah aku."

"Hentikan. Kamu memang terlihat gila."

"Baiklah."


Han Joon membuka kulkas dan mengeluarkan buah. Han Joon memberikan buah itu pada ibunya tapi ibunya malah mengembalikan buah itu padanya.

"Apa? Ibu mau aku mengupasnya sendiri?"

"Ya. Jung Joo pandai melakukannya."

"Astaga, yang benar saja."

Han Joon menggunakan pisau yang sama dan menyadari merek pisau itu.


Joo Hyung kembali mendekati Kyung Ho.

"Yah.. Jaksa itu pasti memukulmu dengan keras. Sudah kuduga. Kenapa kamu mencari masalah dengannya? Kamu penjahat rendahan. Kenapa menasihati jaksa? Sadarlah. Pikirmu kamu pantas mendapatkan wanita berjubah? Maksudku, aku mengerti. Setelah bicara dengannya, menurutku dia memesona."

Tapi Kyung Ho hanya diam saja.

"Hei. Apa yang Jaksa Bodoh lakukan kepadamu? Aku jadi penasaran."


Joo Hyung memaksa Kyung Ho bicara, jika Kyung Ho memberitahunya, ia akan melakukan sesuatu sebagai gantinya.

Joo Hyung: Kamu mau berdamai? Menjatuhkan gugatanmu?

Kyung Ho: Aku akan mengatakan perbuatannya. Lalu, bunuh dia untukku.

Joo Hyung: Apa? Membunuhnya? Membunuh Jaksa Gila itu?

Kyung Ho: Ya.

Joo Hyung: Astaga, aku mendadak sakit kepala. Karena kini aku sakit kepala, aku tidak begitu penasaran lagi.


Kyung Ho malah meraih kerah baju Joo Hyung dan memaksa Joo Hyung untuk membunuh Han Joon.

"Kamu pikir aku gila? Untuk apa aku mengotori tanganku?"


Profesor Yoo kembali menemui Joo Hyung. Profesor Yoo berterimakasih karena Joo Hyung sudah mau menemuinya lagi.

"Tapi apa yang terjadi kepadamu? Ada masalah apa? Kamu tampak agak terguncang." Tanya Profesor Yoo.

"Aku baru saja berurusan dengan orang gila."

"Aku juga baru bertemu dengan orang bodoh. Kurasa kamu mungkin mengenalnya. Kurasa dia telah menarik kerahmu."

"Bagaimana Anda bisa mengenal Jaksa Bodoh?"

"Dia putraku. Baiklah. Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan dirimu, Pak Kim?"

"Kalau begitu, bisakah Anda menyampaikan salam untuk putra Anda?"

"Jika aku melakukan itu, dia mungkin akan mengejarku juga. Jika mematuhi orang tuanya, dia tidak akan menjadi orang bodoh. Jika kamu tidak bisa menjaga ucapanmu, kita tidak akan saling bertemu lagi. Bagaimana jika begini? Aku akan mengunjungimu secara rutin dan membiarkanmu sedikit bernapas selama sesi konsultasi ini. Sebagai gantinya, bagaimana jika kamu memberitahuku dari mana kamu mendapatkan pemantik dan pisau itu?"

"Yah.. Anda sungguh menyayangi putra Anda. Andai aku juga menjadi putra Anda."

"Kamu boleh menjadi putraku. Jika kamu berani memanggilku "Ibu"."


Joo Hyung mendadak mencengkeram kerah baju Profesor Yoo hanya karena Profesor Yoo menyebut kata Ibu. 

"Apa Anda bilang? Bagaimana mungkin Anda ibuku?"
Petugas siaga dan akan menarik Joo Hyung, tapi Profesor Yoo menahan mereka. 


"Aku bukan ibumu, Pak Kim. Kalau begitu, kamu boleh menceritakan tentang ibumu."

>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search