-->

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 30

- November 16, 2017
>
Sinopsis While You Were Sleeping Episode 30

Sumber Gambar: SBS


Hong Joo sudah diijinkan pulang dan ia ditemani Jae Chan dan Ibu. Jae Chan mengatakan kalau Hong Joo adalah saksi penting, jadi ia sudah menghubungi kepolisian dan meminta jaminan perlindungan. Tidak akan ada yang terjadi sih, hanya untuk berjaga-jaga kalau-kalau Yoo Beom menculik Hong Joo lagi.

Hong Joo: Jadi, kau akan terus bersamaku sampai persidangannya berakhir?

Jae Chan: Benar. Bertahanlah. Persidangan akan segera dimulai.


Mobil polisi datang dan ternyata yang bertugas mengawal Hong Joo adalah Woo Tak dan Kyung Ha.

Ibu: Aku senang ini dilakukan oleh polisi yang kami kenal.

Woo Tak: Kau baik-baik saja? Aku sangat mencemaskanmu.

Hong Joo: Ya, aku baik-baik saja. Jae Chan memberitahuku, kau berusaha mati-matian menyelamatkan aku.

Jae Chan: Sebenarnya, tidak mati-matian.


Jae Chan cemburu, apa Woo Tak satu-satunya polisi di Hangang-gu?

"Benar, bukan? Aku juga terkejut saat ditugaskan melakukan ini. Sungguh kebetulan." Jawab Woo Tak.

"Kebetulan apanya? Kau ini bicara apa? Pasti salah satunya. Jaksa Jung yang meminta kita, atau Letnan Han yang menawarkan diri." Jelas Kyung Han.

"Aku tidak pernah membuat permintaan semacam itu." Kata Jae Chan.

"Aku juga tidak menawarkan diri." Kata Woo Tak.

"Salah satu dari kalian pasti sedang berakting untuk membodohi kami semua, tapi aku bahkan tidak tertarik, jadi, ayo." Ajak Kyung Han.


Jae Chan lembur bersama Jaksa Lee. Jaksa Lee mnegajak Jae Chan memesan makan malam dari Dongchunwon, dan meminta Jae Chan memeriksa kembali daftar barang-barang sitaan.

"Dongchunwon tutup setiap Minggu. Mau didihkan air untuk Ramyeon cup?" Tawar Jae Chan.

"Baiklah. Kau mau juga?"

"Ya, tolong. Aku mau rasa kimchi."

Jaksa Lee heran, bagaimana Jae Chan bisa begitu tenang? Hong Joo nyaris mati, jika ia menjadi Jae Chan, setidaknya ia akan mencengkeram kerah Lee Yoo Beom.

"Apa aku terlihat tenang?" Tanya Jae Chan.

"Ya, kau mulai agak menakutiku."

"Aku sama sekali tidak tenang."


Jae Chan membayangkan, jika ia menuruti emosinya, ia akan menghajar Yoo Beom di ruang interogasi.

"Setiap detik, aku membayangkan menarik kerahnya, meneriaki, dan memukulinya habis-habisan."


Lalu ia dimarahi habis-habisan oleh Kepala Park dan akhirnya dikeluarkan dari kasus.

"Tapi konsekuensinya terlalu berat. Aku tidak akan bisa melakukan apa-apa. Aku terpaksa menerimanya, dan juga menerima perintah penahanan. Semuanya akan berantakan."


Jaksa Lee mengerti, jadi itu sebabnya Jae Chan menahan amarah?

"Benar, setiap pagi, rahangku sakit karena menggeretakkan gigiku di malam hari."

"Aku punya pelindung mulut. Mau pinjam? Itu membantu."

"Seharusnya Anda memberitahuku lebih awal. Bawakan besok."

"Baiklah, akan kubawakan. Lagi pula, tampaknya kau merasa semua milikku adalah milikmu. Aku akan membawakan si Merah dan pelindung mulut untukmu."


Dalam mimpi seseorang, Pak Ko menginterogasi Pak Choi di ruang sidang. Pak Ko menunjukkan daftar barang bukti, dimana ada tulisan tangannya.

"Tulisan tangan siapa ini?" Tanya Pak Ko.

"Itu tulisan tangan saya." Jawab Pak Choi.

Kemudian saat Hong Joo bersaksi, Pak Ko memberikan catatan dan menyuruh Hong Joo membacanya karena ia rabun jauh akibat usia.


Hong Joo juga terlihat mewanti-wanti Woo Tak, "Kau tidak boleh membuat kesalahan, mengerti?"


Woo Tak maju sebagai saksi. Jae Chan bertanya, kenapa Woo Tak tidak bisa memberi tahu mereka warna payungnya? Apa warna payungnya?

"Saya tidak begitu bisa membedakan warna."

Hong Joo terlihat kecewa.


Ternyata semua itu adalah mimpi Woo Tak. Woo Tak takut, ia bertanya pada anjingnya, "Aku harus bagaimana? Tampaknya aku akan mengacaukan semuanya."


Hari persidangan pun tiba. Jae Chan tampak gugup sekali. Jaksa Lee menangkan, tidak usah gugup begitu karena mereka hanya akan memeriksa daftar barang bukti.

Kebetulan mereka melihat Pak Ko bersama Yoo Beom. Mereka kemudian menyapa.


Pak Ko: Jaksa Lee Ji Kwang. Aku banyak mendengar tentangmu. Tolong jangan terlalu keras dengan kami, Jaksa Jung.

Jaksa Lee: Itu yang ingin kami minta dari Anda. Pak Delapan... Maksudku, Pak Ko.


Kemudian Pak Ko merangkul Jaksa Lee untuk mengajaknya masuk duluan. Jae Chan dan Yoo Beom ditinggal berdua. Yoo Beom memantikan reaksi Jae Chan padanya tapi Jae Chan diam saja, Yoo Beom meremehkannya.


Hakim menanyakan pendapat Pak Ko mengenai barang bukti yang diajukan pihak Jaksa.

"Bukti Nomor 3, tidak setuju. Kami juga tidak setuju dengan Nomor 7 dan Nomor 11. Nomor 13, tidak setuju." Jawab Pak Ko.

"Katanya dia tidak akan menentang semua bukti. Kalau begitu, semuanya saja." Gumam Jaksa Lee.

Pak Ko melanjutkan, "Kami juga tidak setuju dengan bukti Nomor 15, tapi kami akan mengesampingkan ini."

"Astaga, terima kasih banyak." Kata Jaksa Lee.

"Nomor 17, tidak setuju."

Hakim mengingatkan, nomor 17 adalah pernyataan saksi, Nam Hong Joo. Kenapa Pak Ko tidak menyetujuinya?

"Tidak, Nona Nam memang satu-satunya saksi dalam kasus ini. Pernyataannya akan memutuskan terdakwa bersalah atau tidak, jadi, dia harus bersaksi di ruang sidang ini untuk menentukan kredibilitasnya."

"Baik, poin diterima." Jawab Hakim.


Hong Joo di rumah menerima surat panggilan menjadi saksi.


Hakim bertanya lagi pada Pak Ko, apa masih ada yang igin Pak Ko tegaskan?

"Ya, masih ada banyak di daftar kami. Nomor 19, tidak setuju."

"Apa masalahnya? Kenapa dia meragukan kredibilitas Pak Choi?" Gumam Jaksa Lee.

"Perluka kita memanggil Pak Choi Dam Dong juga?" Tanya Hakim.

"Ya, Jaksa Penuntut bersikeras bahwa terdakwa membunuh Nona Ha Ju Won untuk menutupi perbuatan dia dalam merusak bukti saat menangani kasus pembunuhan berantai cairan infus, maka kita harus memanggil Pak Choi, yang menyelidiki kasus tersebut untuk memeriksa detilnya lebih jauh."


Maka Pak Choi juga mendapat surat panggilan menjadi saksi.


Tidak sampai disitu saja, Pak Ko juga tidak menyetujui Nomor 44, Pernyataan, Han Woo Tak. Maka Woo Tak juga mendapat surat panggilan menjadi saksi.


Hakim: Kalau begitu, Jaksa Penuntut, apakah Anda akan melakukan pemanggilan terhadap Nam Hong Joo-ssi, Choi Dam Dong-ssi, dan Han Woo Tak-ssi agar kita bisa menanyakan mereka sebagai saksi di persidangan nanti?"

Jae Chan: Ya, Yang Mulia.

Jaksa Lee: Ya, Yang Mulia.

Jaksa Lee bergumam, "Mereka jelas ingin menggoyahkan kredibilitas saksi-saksi kita."

Tanggapan Jae Chan, "Persidangan ini akan melelahkan."


Jae Chan mentraktir Woo Tak minum dan camilan karena telah berusaha menjaga Hong Joo beberapa hari ini. Semua itu tanda terima kasihku.


"Aku merasakan ini setiap melihatmu. Aku merasa kau agak pelit soal urusan berterima kasih." Kata Woo Tak.

Jae Chan menggeleng dan Hong Joo membelanya, Jae Chan cukup terbuka dengannya.


Ada pesan masuk di ponsel Woo Tak. Hong Joo melihat layar ponsel Woo Tak menyala dan ia tertarik dengan foto wallpaper-nya. Hong Joo bertanya, bayangan siapa di foto itu. Woo Tak bingung mau menjelaskan apa.

Hong Joo: Astaga, ini pasti dia. Gadis yang kau sukai, bukan?

Woo Tak: Apa?

Jae Chan: Benarkah? Ini bayangan gadis yang kau sukai?

Woo Tak: Ya, benar.

Hong Joo: Dia pasti cantik. Dia sepertinya tipe yang cerdas dan polos. Benar, bukan?

Jae Chan: Maksudmu kau?

Hong Joo: Bukan, gadis ini.

Jae Chan: Hei, bagaimana kau bisa tahu soal dia dari bayangannya saja?

Hong Joo: Aku bisa melihat. Ada apa sih dengan matamu?


Jae Chan menggerutui Hong Joo, "Dia tidak berhak menyindirku. Dia bahkan tidak tahu itu bayangan dirinya sendiri."

"Benar, bukan? Jadi, kau tahu." Tanya Woo Tak.

"Lagi pula, kau sudah tahu."

"Ya, aku tahu."

"Jangan canggung. Aku akan berpura-pura tidak tahu, jadi, tetaplah berteman."

"Kau sangat pengertian. Jika begitu, bisakah kita berbicara seperti teman sekarang?"

"Astaga, enak saja. Aku tidak sepengertian itu."


Hong Joo kembali bergabung, ia mengatakan sepertinya akan sangat banyak reporter besok.

Hong Joo: Semoga aku tidak melakukan kesalahan.

Woo Tak: Aku sangat gugup.

Jae Chan: Aku lebih gugup. Sepertinya jantungku sakit.


Hong Joo lalu mengajak yang lain makan yogurt dan ketiganya sama-sama menjilat tutup wadah yogurt-nya. Jae Chan tersenyum menyadari itu, lalu ia menggodai Hong Joo.

Narasi Jae Chan: Kemarin, hari ini, dan besok. Kami terbiasa setiap hari seperti hari lainnya, tapi hari istimewa sebentar lagi dimulai.


Yoo Beom menjemput Pak Choi, ia secara personal akan mengantar Pak Choi ke pengadilan. Pak Choi sebenarnya agak gimana gitu, tapi ia juga tidak bisa menolak.


Senbae hadir di pengadilan.

Narasi Jae Chan: Bagi sebagian orang, hari ini akan membawa kebahagiaan


Dae Gu juga hadir ditemani Seung Won.

Narasi Jae Chan: ..atau kemarahan.


Woo Tak juga bersiap hadir dan Kyung Han setia menemaninya.

Narasi Jae Chan: Sebagian lain akan mengingat hari ini sebagai hari yang sedih.


Jaksa Lee mendapat pesan dari pacarnya, "Ini hari yang penting untukmu. Aku akan datang untuk mendukungmu"


Dan itu memberikan semangat berlebih untuk menghadapi persidangan hari ini.


Hong Joo, Woo Tak dan Kyung Han datang bersama.

Narasi Jae Chan: Pada akhirnya, kita akan mendengar kata-kata terakhir seseorang. "Jangan menangis. Jangan terlalu lama menyalahkan dirimu."


Dalam perjalanan, Jaksa Lee-Jae Chan berpapasan dengan Pak Choi-Yoo Beom. Pak Choi menunduk pada Jae Chan dan Jae Chan membakasnya.

Narasi Jae Chan: .. "Tapi.. jangan melupakan apa yang terjadi."


Jaksa Lee mengajak Pak Choi masuk duluan.


Yoo Beom menyuruh Jae Chan santai sedikit, nanti orang-orang bisa salah kira, ia yang jaksa dan Jae han yang terdakwa.

"Aku akan berusaha." Jawab Jae Chan.

"Jangan berpikir persidangan ini harus lebih berat dari seharusnya. Jawabannya sudah jelas jika kau berpikir logis. Antara pengacara yang bekerja sama dengan pembunuh berantai untuk membunuh seorang reporter dan pembunuh berantai yang berusaha membunuh pengacara dan reporter, mana yang lebih masuk akal bagimu?"

"Ya, kurasa argumen kami lebih masuk akal."

"Begitukah? Astaga, aku penasaran melihat pihak mana yang menurut hakim paling meyakinkan."

"Aku juga penasaran. Siapa yang lebih dia percayai kali ini?"


Hong Joo meminta Woo Tak menunggu sebentar, ia kemudian menyapa Pak Choi.

"Lama sekali tidak bertemu.. Ahjusshi."

"Ya."

"Aku sangat ingin bertemu Anda lagi."

"Aku juga."

Jae Chan tersenyum melihat mereka.


Kemudian Hakim masuk dan persidangan dimulai. Pak Choi yang pertama diperiksa sebagai saksi.

"Jaksa Penuntut bersikeras bahwa terdakwa membunuh Ha Ju Won untuk menutupi fakta bahwa terdakwa merusak barang bukti saat menangani kasus pembunuhan berantai cairan infus. Entah dia memanipulasi bukti atau tidak adalah kunci untuk memecahkan kasus ini. Pak Choi, pada 12 Desember 2014, Anda melakukan penggeledahan dan penyitaan di kantor Myung Yi Suk, benar?"

"Benar."

"Saya melihat "Vecaron, tiga botol" di bawah daftar ini. Apa itu Vecaron?"

"Itu obat yang digunakan si pembunuh berantai untuk membunuh korbannya. Pelaku memasukkan obat itu ke tubuh pasien melalui cairan infus dan membunuh 11 orang."

"Seperti kita tahu, telah terungkap bahwa Ha Ju Won pembunuh sebenarnya, tapi sebagian bersikeras bahwa botol Vecaron adalah bukti palsu. Anda setuju dengan mereka?"

"Ya, saya yakin itu dimanipulasi."

"Botol itu adalah bukti penting, tapi Anda membubuhkannya di bawah daftar dengan pena berbeda. Apa yang terjadi?"


"Saya membuat daftar barang sitaan di lokasi dan memeriksanya kembali saat saya kembali ke kantor sambil membandingkan dengan bendanya. Seperti itu karena yang hilang di daftar ditambahkan kemudian."


Pak Ko kemudian mempertanyakan mengenai tulisan tangan itu. Tulisan tangan siapa itu?

Woo Tak terkejut, karena ia melihat hal itu sebelumnya di mimpinya. Pak Choi menjawab kalau "Vecaron, tiga botol" itu tulisannya, seperti di mimpi Woo Tak.

Pak Ko: Anda yang melakukan penggeledahan dan penyitaan. Anda juga yang membuat daftar barang sitaan. Anda juga menambahkan barang sitaan tambahan di daftar. Lantas, menurut Anda, siapa yang pertama harus dicurigai merusak barang bukti?


Hee Min terkejut, "Apa ini? Licik sekali. Mereka berusaha menimpalkan semua kepada Pak Choi?"


Jaksa Lee langsung berdiri, "Yang Mulia, bertanya berdasarkan spekulasi tidaklah pantas. Tolong abaikan pertanyaan ini."

"Pertanyaan awal diperbolehkan dalam uji silang, jadi, saya rasa tidak ada masalah."


Hakim kemudian bertanya pada Pak Choi, "Bolehkah saya menolak menjawab berdasarkan Pasal 148 KUHAP? Anda menolak memberi kesaksian?"

"Ya, saya tidak akan menjawab pertanyaan itu."


Jaksa Son: Maka orang akan berpikir Pak Choi benar merusak barang bukti. Gawat.


Pak Ko mengakhiri interogasinya. Selanjunya, Hakim bertanya pada jaksa, ada pertanyaan lain untuk saksi? Jae Chan menjawab ada, lalu ia maju ke depan saksi.


Jae Chan bertanya, "Anda di mana saat memeriksa kembali daftar itu?"

"Saya di kator Jaksa Lee di Kantor Kejaksaan Yeonju."

"Kalau begitu, tolong sebutkan nama yang meninjau daftar barang sitaan di lokasi."

"Saya, Pak Seo, dan Pak Lee Yoo Beom, jaksa yang menangani kasus ini."

"Maka tiga orang memiliki akses terhadap barang sitaan tersebut, jadi, ketiganya bisa saja merusak barang bukti. Betul?"

"Ya."

"Satu dari ketiga orang itu menerima penghargaan dari Jaksa Penuntut Umum setelah kasus itu terpecahkan."

"Apa?"

Seonbae Hong Joo bertanya-tanya, Penghargaan dari Jaksa Penuntut Umum? Kenapa Jae Chan menanyakan pertanyaan acak seperti itu?

Pak Choi akhirnya membenarkan. Jae Chan bertanya, siapa orangnya?

"Pengacara Lee Yoo Beom  menerima penghargaan."


Hong Joo langsung menunjukkan wajah cerah saat Pak Choi menjawab itu.

"Kenapa bukan kalian bertiga?" Tanya Jae Chan lagi.

"Karena kami hanya penyidik. Seluruh tanggung jawab dan penghargaan adalah untuk jaksa."

"Lalu kapan Pengacara Lee mendapat tawaran dari Firma Hukum Hae Kwang?"

"Tepat setelah menerima penghargaan."

"Apakah Anda mendapat penghargaan setelah kasus itu terpecahkan?"

"Saya tidak mendapatkan penghargaan apa pun."


"Saat sejumlah orang dicurigai merusak barang bukti, pertanyaan tentang siapa yang melakukannya muncul. Jawabannya bisa mudah didapat jika pertanyaannya agak dipelintir. Siapa yang diuntungkan dari dirusaknya barang bukti? Siapa yang paling diuntungkan? Siapa?"

Pak Choi langsung menunjuk Yoo Beom, "Dia.. Pengacara Lee Yoo Beom."

Jae Chan mengakhiri pertanyaannya.


Seonbae langsung menulis di artikelnya. "Yang Diuntungkan Dari Rusaknya Barang Bukti adalah si Pelaku, Lee Yoo Beom"


Hong Joo lega karena Jae Chan tampaknya berhasil melalui bagian tersulit.

"Ya, tampaknya begitu." Jawab Woo Tak.


Selanjutnya Hong Joo yang maju sebagai saksi dan Jaksa Lee yang pertama mananyainya.

"Hal terpenting dalam menentukan apakah tindakan terdakwa adalah pertahanan diri ataukah aksi pembunuhan dan percobaan pembunuhan adalah bagaimana saksi, Reporter Nam Hong Joo, bisa ada di atap. Pembela bersikeras bahwa Ha Ju Won menggendong Anda di punggungnya. Anda ingat apa yang terjadi?"

"Ya, saya ingat. Tapi terdakwa, Lee Yoo Beom, yang menggendong saya."

"Dia bersikeras bahwa dirinya secara fisik tidak kuat menggendong Anda karena dia diberi obat."

"Tidak, dia tidak di bawah pengaruh obat sampai kami tiba di atap."

"Bagaimana Anda bisa sangat yakin?"


"Saat saya pingsan di atap, saya melihat dua orang memegang payung. Saya melihat keduanya dengan jelas sedang memegang payung. Jika Ha Ju Won menggendong saya seperti yang dikatakan terdakwa, dia tidak bisa memegang payung."


Hong Joo melanjutkan sambil memandang Yoo Beom, "Jika terdakwa diberi obat, dia tidak akan terpikir untuk membawa payung."


Kyung Han merasa itu sangat masuk akal, ia memuji kepintaran Hong Joo.


"Tapi payung itu bisa menjelaskan jika terdakwa tidak diberi obat. Dia pasti membawa saya ke atap dalam keadaan sadar dan Ha Ju Won pasti mengikutinya dengan membawa dua payung."


Jaksa Lee: Tapi terdakwa bersikeras bahwa secara fisik dirinya tidak mampu karena dia diberi obat tidur seperti Anda. Lalu obat itu ditemukan dalam tes darah yang dia jalani.

Hong Joo: Dia mungkin.. meminum pil itu sendiri setelah membunuh Ha Ju Won. Untuk bisa mengklaim tindakannya sebagai pertahanan diri.


Pak Ko terlihat menandai sesuatu. Jaksa SOn heran, semua itu berdasarkan spekulasi Hong Joo, tapi kenapa Pak Ko tidak keberatan.

"Benar. Apakah artinya mereka tahu?" Tanya Hee Min.


Jaksa Lee: Anda berkata Ha Ju Won akan membawa dua payung. Kenapa dia melakukan itu?

Hong Joo: Karena dia mengira akan meninggalkan lokasi bersama terdakwa.


Hong Joo: Dengan kata lain, terdakwa mendorongnya hingga tewas saat dia tidak berniat membunuh terdakwa. Itu bukan pertahanan diri. Itu pembunuhan.

Semua setuju dengan Hong Joo dan Jaksa Lee mengakhiri pertanyaannya.


Jae Chan menunduk pada Hong joo, kerja bagus!


Selanjutnya Pak Ko diijinkan untuk menanyai Hong Joo. Pak Ko mengerti, sebelum maju, ia memasukkan kertas yang tadi ia tandai ke saku jasnya.

"Dari yang Anda ingat, terdakwa yang tidak diberi obat menggendong Anda ke atap setelah Anda diberi obat, betul?"

"Ya."

Pak Ko lalu menunjukkan obat yang diminum Jong Joo dan Yoo Beom di hari kejadian. Untuk meminumnya, perlu resep. Pak Ko lalu mengeluarkan kertas tadi darii sakunya dan meminta Hong Joo membacakan yang tertulis disana secara lantang, soalnya ia rabun jauh karena usia.


Woo Tak kembali cemas, karena itu sama persis dengan mimpinya. Kyung Han heran melihat Woo Tak, Apa ada masalah?

"Tidak, tidak ada." Jawab Woo Tak.


Hong Joo membaca tulisan di kertas itu, "Dilaporkan bahwa ada berbagai.. efek samping termasuk halusinasi dan perubahan perilaku. Yang telah dilaporkan termasuk halusinasi visual.."

Pak Ko memotong, "Halusinasi visual, halusinasi pendengaran, dan perubahan perilaku. Itu yang tertulis di sana, bukan?"


Hong Joo bertanya, apa maksud Pak Ko, ia berhalusinasi?

"Tidak, bukan itu maksud saya. Saya hanya memberi tahu efek samping yang bisa muncul."

"Saya tidak mengalami efek samping seperti ini saat kejadian."

"Mayoritas orang yang mengalami efek samping seperti itu mengatakan hal-hal seperti itu. Mereka berkata bahwa mereka baik-baik saja."


Kyung Han panik karena Pak Ko berhasil melibas pernyataan Hong Joo dengan omong kosong.

Jaksa Son mengerti sekarang, jadi ini sebabnya tadi Pak Ko tidak menyatakan keberatan tadi. Pak Ko sengaja tetap diam untuk mematikan argumen Hong Joo.


Jaksa Lee bertanya pada Jae Chan, apa mereka akan membiarkan Pak Ko menginjak-injak begitu? Jae Chan hanya meghela nafas.


Hong Joo jadi menggebu-gebu, "Saya jelas ingat kejadiannya. Pria di sana itu membawa saya ke atap. Dia memegang payung, dan membantu Ha Ju Won untuk membunuh saya."

"Bahkan ingatan terdakwa membawa Anda ke atap, memegang payung, dan membantu Ha Ju Won membunuh Anda datang setelah Anda meminum pil itu, bukan?" Tanya Pak Ko.


Hong Joo hampir menangis menatap Yoo Beom.


Jae Chan lalu berdiri, "Yang Mulia, bukan hanya saksi yang meminum pil itu. Terdakwa bersikeras bahwa dia juga meminumnya. Jika pernyataan saksi diragukan karena pil itu, maka semua argumen terdakwa seharusnya juga diragukan. Dia menyatakan bahwa dia berusaha menyelamatkan Nona Nam dan mendorong Ha Ju Won hanya karena dia menyerangnya. Dia juga bersikeras bahwa itu semua hanya pertahanan diri. Tapi semua yang dia yakini bisa saja halusinasi dari pil tidur yang dia minum."


Hee Min setuju, "Benar. Jangan biarkan mereka menginjak-injak kita."


Pak Choi senang, "Bagus. Kau memang putra Kepala Jung."


Kyung Han memberitahu Woo Tak. Itu artinya pernyataan Woo Tak akan menjadi kunci kasus ini. Woo Tak semakin cemas.


Sidang dihentikan sebentar dan itu memberi waktu Jaksa penuntut untuk melakukan rapat.

Kepala Park: Kini nilainya seri. Han Woo Tak memegang kuncinya sekarang. Pernyataan kedua pihak kehilangan kredibilitasnya, dan Woo Tak satu-satunya saksi yang tersisa.

Jae Chan: Ya, Pak.

Kepala Park: Kapan dia akan diinterogasi?

Jae Chan: Segera setelah sidang dimulai pukul 4 sore.


Jaksa Son: Pak Ko tidak akan bisa menjatuhkan kredibilitasnya juga, bukan?

Jaksa Lee: Jaksa Son, kenapa Anda berkata begitu?


Hee Min: Itu tidak akan terjadi. Kita memiliki payung itu. Kudengar sidik jari Lee Yoo Beom dan Ha Ju Won ditemukan di sana. Bahkan, aku merasa kita tidak butuh pernyataan Han Woo Tak.

Kepala Park: Masalahnya, payung itu ditemukan di depan halaman gedung, bukan di atap.

Hee Min: Pasti karena tertiup angin. Kudengar, angin kencang di hari itu.

Jaksa Lee: Itu pernyataan kita. Mereka bisa bilang payung itu ditinggalkan di lantai bawah.


Jaksa Son: Kita butuh pernyataan bahwa saksi melihat payung itu di atap. Menurutmu, Han Woo Tak akan bagaimana?

Jae Chan: Jangan khawatir. Dia polisi, dan dia yang pertama tiba di lokasi. Dia pasti akan bersaksi.


Woo Tak bingung, sudah jam 4 kurang 15 menit, ia tidak tahu harus bagaimana, Pelaku akan bebas jika  ia membuat kesalahan. Lalu Hong Joo mendekatinya.


Hong Joo: Woo Tak-ah, kau tidak tahu warna payung-payung itu, ya? Dengar baik-baik. Satu berwarna hijau, dan satu lagi merah. Mereka akan bertanya kepadamu seperti apa payung itu. Jika kau tidak bisa menjawab, mereka akan tahu bahwa kau buta warna. Maka kau terpaksa harus keluar dari kepolisian. Jadi, ingat ini. Payung yang panjang berwarna hijau, yang tiga tingkat berwarna merah.

Woo Tak: Hong Joo. Bagaimana kau tahu?

Hong Joo: Itu tidak penting sekarang. kau tidak boleh membuat kesalahan, mengerti?


Tapi kemudian Hong Joo mempunyai ide lain, ia menyuruh Woo Tak pulang saja dengan alasan sakit. Woo Tak tidak akan bisa terus diam jika Pak Ko terus menanyainya.

"Pergilah saja. Aku akan bilang kau pingsan." Lanjut Hong Joo.

"Maka Lee Yoo Beom akan dibebaskan."

"Itu tidak penting sekarang. Kau tidak bisa meninggalkan kepolisian. Katamu kau tidak bisa menyerah sebagai polisi. Jika mereka tahu kau buta warna, kau terpaksa merelakan segalanya. Pergilah saat tidak ada orang. Aku akan menjelaskan kepada Jae Chan. Jadi, sebaiknya kau.."


Woo Tak tiba-tiba memeluk Hong Joo.

"Aku tidak akan lari. Aku tidak akan membuat kesalahan. Jangan khawatir."


Sebelum bersaksi Woo Tak ditanya oleh Hakim, "Saksi! Tolong bacakan sumpah itu dengan lantang. Jika Anda berbohong setelah bersumpah, Anda akan dihukum atas sumpah palsu. Anda tahu, bukan?"

"Ya, Yang Mulia, saya tahu."

Woo Tak lalu membacakan sumpah. "Saya bersumpah akan menerangkan dengan sebenarnya dan tiada lain daripada yang sebenarnya. Jika terbukti berbohong, saya bersedia dihukum atas sumpah palsu."


Hong Joo dan Kyung Han khawatir. Sementara Jae Chan yang tidak tahu situasi Woo Tak menantikan kesaksian Woo Tak itu.

***

== E P I L O G ==


Woo Tak menghampiri Hong Joo yang sendirian di halte. Ia bertanya, dimana Jae Chan?

"Dia pulang karena ponselnya tertinggal. Sebentar lagi dia datang. Di mana mobilmu?"

"Tidak bisa kubawa karena ada pembagian jalan."

"Kita sudah lama tidak naik bus bersama."


Kemudian Woo Tak melihat bayangan mereka. Woo tak agak bergeser sedikit sehingga kelihatan seperti Hong Joo menyandarkan kepala ke bahunya. Woo Tak tersenyum, lalu memotretnya.


Hong Joo tidak menyadari Woo Tak mengambil foto bayangan mereka. Ia hanya heran melihat Woo Tak membelakanginya.

"Kau sedang apa?" Tanya Hong Joo. 

"Apa? Tidak apa-apa."

"Kenapa Jung Jae Chan lama sekali? Aku akan terlambat ke kantor." Keluh Hong Joo.


Sementara Woo Tak tersenyum menikmati momen berdua mereka.

>

2 komentar

avatar

Semangat kak.. di tunggu eps 31 nya

avatar

mbak diana semangaaat unch gak sabar ep 31 thank you untuk sinopsisnya


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search