-->

Sinopsis Judge Vs. Judge Episode 1

- November 23, 2017
>
Ditulis oleh: Diana Recap
Support Admin dengan kunjungi "www.diana-recap.com"

Sinopsis Judge Vs. Judge Episode 1

Sumber Gambar: SBS


Seorang wanita tengah berlari ketakutan, dimana sebuah mobil mengikutinya di belakang.


Di tempat lain, seorang sedang mengetik. Potongan-potongan yang ia ketik antara lain,

"Kasus Nomor 2007"
"Terdakwa: Choi Kyung Ho."
"Terdakwa membawa Kim Ga Young..."


Ternyata wanita itu adalah siswi sekolah, sambil lari ia mencoba menghubungi seseorang tapi tidak bisa. Ia sangat frustasi.


Lalu mobuil tadi menyalipnya dan berhenti tepat di depannya. Ia takut jadi balik arah, tapi seorang keluar dari mobil itu lalu membawanya paksa ke dalam mobil, menyetubuhinya.


Setelah memperk*sanya..
Setelah membunuhnya..


Diproduseri oleh: Park Yong Soo


Tim penyidik melakukan pemeriksaan TKP. Ada mayat, seorang siswi yang hanya memakai sebelah sepatu. Siswi yang tadi malam. Kasus pemerk*saan dan pembunuhan.


Seseorang yang mengetik tadi mencetak  juga gambar yang diambil di TKP. Ia menutup tulisannya,

Ditulis oleh: Seo In
Disutradarai oleh: Lee Kwang Young


Nama siswi itu adalah Kim Ga Young dan berkas kasusnya saat ini ada di meja Jaksa. Sebuah tangan gemetar saat akan menyentuh berkas kasusnya.

Tangan itu akan mengambil berkas itu tapi gak jadi saat ada suara mendekat,

"Berkas kasus adalah kehidupan seorang Hakim, jadi berhati-hatilah."

Itu adalah tangan Lee Jung Joo (Park Eun Bin). Suara tadi ditujukan padanya dan ia mengiyakannya.


Lee Jung Joo ini adalah siswa yang magang membantu tim hakim. Ia dari SMA Seojin. Seorang Hakim akan merapikan sisanya tapi Jung Joo berkata akan melakukannya saja karena itu tugasnya sebagai siswa magang.

"Terimakasih, Choi Jung Joo. Kau bisa pergi."

"Baik."

Lalu telfon di ruang sebelah berdering. Hakim itu pun ke ruang sebelah untuk mengangkatnya, nama Hakim itu adalah Yoo Myung Hee.


Jung Joo lalu membawa pergi satu berkas kasus, ia membawanya ke toilet. Ia menyobek halaman pertama dan akan membuangnya ke tong sampah tapi tidak jadi, ia kemudian membuangnya ke closet.


Saat akan membuang halaman kedua, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu.

"Mencoba melenyapkan berkas kasusnya?" Tanya orang itu dan kedengarannya seperti suara pria.

Jung Joo sangat terkejut sampai ia menjatuhkan berkas kasusnya.

==10 Tahun Kemudian==


Jung Joo ketiduran di Subway dan seorang pria yang berdiri di sampingnya diam-diam mengulurkan tangan ingin menyentuh pantatnya. Untung ponselnya bunyi jadi pria itu menarik tangannya lagi.


Tapi Jung Joo tidak bangun padahal suara ponselnya nyaring banget, sampai seorang nenek di depannya membangunkannya untuk mengangkat telfonnya itu.


Jung Joo minta maaf lalu mengangkat telfonnya.

"Oh.. Aku begadang semalaman melakukan sebuah pembunuhan. Mayatnya dimutilasi. Augh.. Selutuh tubuhku sakit karena melakukan pembunuhan semalaman. Sekarang.. pembunuhan kecil bagiku."


Semua orang langsung menjauhinya, Jung Joo gak sadar dan langsung duduk.

"Sekarang bahwa pembunuh tumbuh bersamaku. Aku tidak akan melakukan pelecehan lagi. Aku akan melakukan pembunuhan lain. Pembunuhan berantai. Minggu depan.. Aku perlu melakukan pemerk*saat juga. Pemerk*saan bukan gayaku. Aku lebih suka pembunuhan."


Jung Joo mengkode yang lain untuk duduk juga tapi gak ada yang mau.


Saat turun pun orang-orang memandanginya, tapi saat ia menoleh, mereka pura-pura gak lihat. Jung Joo melihat jam-nya dan ia langsung berlari.

Sambil lari ia menghubungi seseorang. "Ini Lee Jung Joo. Aku akan sampai 10 menit lagi. Jadi buat alasan pada kepala. Katakan kalau aku ke toilet karena sembelit."


Jung Joo akhirnya keluar dari stasiun tapi ia tak sengaja menjatuhkan permen karet yang sedang ia makan, sialnya lagi, ia menginjak permen karet itu.


Jung Joo lalu mencopot sepatunya untuk membersihkannya. Ia meletakkan tasnya untuk mengambil tisu basah tapi tasnya malah dijambret orang bermotor.


Jung Joo bengong dan baru sadar beberapa detik kemudian kalau tasnya dijambret. Jung Joo pun mengejar jambret itu dengan hanya memakai sebelah sepatu dan yang satunya masih ia tenteng.

"Jambreeeeetttt!!! Yaaaa!!! Kau!!! Tolong hentikan dia! Berkas kasusku ada disana!"


Jung Joo melemparkan sepatunya, tapi jambret itu tiba-tiba belok, jadi sepatunya mengenai orang lain, Sa Ui Hyun (Yeon Woo Jin).

Sepatu Jung Joo tepat mengenai kepalanya lalu masuk ke mobilnya. Ui Hyun terkejut dan melihat Jung Joo di kejauhan.

Jung Joo berteriak: Berkas kasusku lebih berharga dari nyawaku!!

ui Hyun juga melihat kalau Jung Joo hanya memakai sebelah sepatu. Ui Hyun menyadari kalau Jung Joo dijambret.


Dalam perjalanan ke kantor, Jung Joo menghubungi polisi untuk melaporkan penjambretan yang dialaminya.

Di depan gerbang, tiba-tiba seseorang mengulurkan sepatu padanya. Orang itu sedang berdemo, ia membawa tulisan,

"Ibuku, Jang Soon Bok, tidak bersalah. Dia bukan seorang Pembunuh."

Jung Joo bekerja di Pengadilan Daerah Seoul.


Si penjambret tadi menjalankan motornya dengan santai, tapi tiba-tiba ada mobil yang memotong jalannya. Jadi ia terjatuh saat mencoba menghindari tabrakan.


Pengendara mobil itu adalah Ui Hyun dan ia keluar dari mobil sambil membawa sepatu Jung Joo. Si penjambret kesal, apa-apaan Ui Hyun itu.

"Aku perlu mengembalikan sepatu ini pada pemiliknya, jadi aku membutuhkan tas itu."

"Jangan sok pintar di depanku."

"Jika kau mengembalikan tasnya sekarang, hukumanmu akan lebih ringan. Jadi sinikan tasnya."


Tapi penjambret itu malah mengeluarkan pisau untuk mengancam Ui Hyun menjauh. Ui Hyun menjelaskan, akan jadi perampokan jika ada senjata terlibat, jadi lebih baik berakhir dengan kasus penjambretan saja.

"Jangan mendekat! Atau kutusuk kau!"

Tapi Ui Hyun masih tetap tenang, ia mendekat pelan-pelan, "Bayangkan, jika kau melukaiku dengan pisau itu, akan menjadi perampokan dengan korban luka. Jika aku mati, akan menjadi perampokan dengan pembunuhan. Hukumanmu tidak akan ringan lagi. Sebagai informasi, jika kau menonjok pipiku, gigiku langsung akan copot karena aku sangat lemah. Jadi sayatan pisau itu bisa langsung membunuhku. Apa kau ingin dipenjara bertahun-tahun hanya karena mencuri tas?"

Polisi datang, penjambret itu kabur setelah membuang pisaunya. Ui Hyun lalu melempar helm dan mengenai punggungnya. Akhirnya polisi bisa dengan mudah menangkap penjambret itu.


Jung Joo lari-lari ke kantor Kepala, ia minta maaf, sembelitnya parah sekali. Namun Kepala memandangnya aneh, lalu orang dibelakang Kepala bergumam, diare.

Kepala: Aku dengar kau diare. Sembelit ya ternyata?

Jung Joo: Saya mengonsumsi banyak obat sembelit, jadi malah menyebabkan diare.


Kepala mengerti, anggap saja Jung Joo sedang Diare, tapi sekarang pukul berapa?! Mereka akan segera memulai persidangan. Kapan Mereka akan memulai rapat? Kapan?

"Kita bisa memulainya sekarang. Jika melihat wajahnya, tampaknya dia bergadang. Dia mungkin meninjau.. bla bla bla" Hakim yang dibelakang Hakim Kepala tadi duduk membawakan teh.

Tapi Jung Joo malah sibuk mengetik pesan pada Detektif, "Detektif, Anda menemukan tasku? Aku harus menemukannya. Ada dokumenku.."

Hakim tadi memanggil Jung Joo untuk menjawab pertanyaan Hakim Kepala.

"Alasan sidang lanjutan Jang Soon Bok adalah Terdakwa Jang Soon Bok mengklaim dirinya tidak bersalah. Dia diancam dan dipaksa oleh polisi untuk membuat pernyataan palsu karena polisi menjebaknya."


Terdakwa melihat sang Putra, Yong Soo, yang sedang protes di depan Kantor Pnegadilan. Ia histeris mau menemui Putranya.


Jung Joo melanjutkan, "Katanya, dia mengaku hanya karena putranya melakukan pembunuhan. dia menarik kembali pengakuannya. Lalu dia mengklaim tidak bersalah. Dia menangis dan bersumpah bahwa dia bukan pembunuhnya. api polisi menyatakan sebaliknya. Menurutnya, bukti pendukungnya sengaja diabaikan. Menurut pakar pemeriksa medis, kemampuan memutilasi mayat hanya dimiliki orang profesional yang berpengalaman. Hasil poligrafnya menunjukkan bahwa dia tidak melakukan pembunuhan. Polisi sengaja menghilangkan sebagian bukti pendukungnya."

Hakim kacamata: Dokumen-dokumen itu memang dikumpulkan untuk sidang lanjutan. Tapi tidak terbukti bahwa polisi sengaja menghilangkan bukti.

Hakim Kepala: Pengacaranya mengundurkan diri setelah mengajukan sidang lanjutan. Bagaimana menurutmu, Hakim Lee? Kamu yang akan menulis putusannya.

Jung Joo: Melihat dia terus memprotes bahwa dia tidak bersalah selama 10 tahun, membuatku ragu untuk menolak bandingnya.


"Dia menolak bekerja di penjara karena tidak bersalah. Dia diketahui tidak makan beberapa kali. Di penjara, dia dikenal sebagai tahanan yang keras kepala. Bahkan anaknya berunjuk rasa sendiri di depan pengadilan."


Hakim kacamata paham maksud Jung Joo, lalu berkata pada Hakim Kepala bahwa sulit berunjuk rasa setiap hari saat turun hujan atau salju.

"Di mata hukum, yang membuktikan kebenaran adalah barang bukti bukan klaim seseorang. Tampaknya kamu bisa menangani kasus ini. Mari kita tinjau dokumen kasusnya sebelum membuat putusan akhir." Kata Hakim Kepala.

Jung Joo kelabakan, apa? Dokumen kasusnya? Ia lalu membuat alasan kalau ia meninggalkannya di rumah, lupa bawa.

"Itu tidak boleh dilupakan. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada dokumennya? Kamu mau bertanggung jawab?!" Tegur Hakim Kepala.

"Kamu seharusnya menjaganya." Imbuh Hakim Kacamata.

Jung Joo lalu menambahi ketikan Pesannya untuk Detektif, "Hidupku bergantung pada dokumen itu."


Tas dan sepatu Jung Joo ada pada Ui Hyun. Ia membuka tas Jung Joo dan melihat dokumen kasus itu, ada dua. Lalu ia melihat pengenal Jung Joo. Ia mencarinya di daftar nama hakim. Jung Joo ada di Unit 73 Pengadilan Kriminal. Ia menghubungi bagian itu dan diberitahu kalau Jung Joo sedang ada sidang.


Hakim Kepala: Ini Unit 73 Pengadilan Kriminal, Pengadilan Dristrik Pusat Seoul. Persidangan pagi akan diadakan. Kasus nomor 2017GO135. Terdakwa, Kim Joo Hyung. Benar?

Terdakwa: Benar.

Hakim Kepala: Anda lahir 23 Agustus 1985. Benar?

Terdakwa: Benar.

Hakim Kepala: Informasi pada petisi Anda sama, bukan?

Terdakwa: Benar.

Hakim Kepala: Anda berhak menolak menjawab pertanyaan jika pertanyaannya memberatkan Anda. Jaksa, silakan memproses dakwaannya.

Sementara itu, Jung Joo tidak fokus pada persidangan, ia terus memikirkan dokumen kasusnya yang tak tahu ada dimana sekarang.

Jaksa: Dari 2016 hingga 2017, Terdakwa Kim Joo Hyung berkeliaran di sekitar Seoul, dan pusat perkotaan, untuk memikat siswa SD, lalu melakukan pelecehan seksual terhadap mereka. Maka berdasarkan UU Perlindungan terkait pelecehan anak di bawah umur kami ingin menuntutnya.


Hakim Kepala bertanya pada Terdakwa, sudah menerima salinan dakwaannya kan? Jadi Terdakwa mengaku bersalah atas tuduhan yang jaksa sebutkan barusan?

"Yang Mulia. Saya tidak melakukan pelecehan terhadap mereka. Saya hanya mendidik mereka."

Jelas orang tua korban yang menyaksikan persidangan sangat marah dan heboh. Bahkan Sektretaris yang bertugas mengetik ucapan Terdakwa ikut berhenti saking terkejutnya.

Terdakwa melanjutkan, "Merasakannya sekali sama saja dengan mendidik."

"Terdakwa Kim, sadarlah. Beraninya Anda berkata seperti itu."

"Yang Mulia, Anda mungkin tidak mengetahui ini, tapi pemuda masa kini lebih menyukainya. Awalnya, mereka menangis karena ketakutan, tapi mereka lebih menikmatinya daripada saya."

Hakim meminta orang tua korban tenang. Terdakwa lalu bicara pada mereka, "Kalian harus berterima kasih karena mereka dapat pendidikan nonformal. Kalian tidak tahu apa-apa tentang putri kalian sendiri."


Jung Joo tidak bisa menahan diri lagi, ia meremas botol minuman yang airnya hendak diminumanya, "Kamu lebih buruk daripada sampah. Kamu pantas mati! Tutup mulutmu!"

Jung Joo melempar botol itu papa terdakwa, sontak semua diam dan menatapnya.

"Apa? Mendidik mereka?!"

Hakim Kepala menenangkan Jung Joo tapi Terdakwa malah memuji Jung Joo yang terlihat seksi saat marah.

"Aku hanya melakukannya kepada anak di bawah 15 tahun. Mungkin karena jubah Anda, tapi aku menjadi agak bersemangat."

"Berengsek. Hari ini akan menjadi hari terakhirmu. Orang sepertimu bahkan tidak layak disidang."


Jung Joo mencopot jubahnya hendak menyerang Terdakwa. Hakim Kacamata mencoba mengurungkan niatnya tapi Jung Joo sudah berapi-api. Jung Joo bahkan naik ke meja Hakim dan teriak-teriak. Baik Hakim Kepala dan Hakim kacamata tak bisa menghentikannya.

Jung Joo: "Yang Mulia"? Kamu sungguh menjijikkan!

Hakim Kepala: Apa yang kamu lakukan? Tidakkah kamu tahu apa akibat dari luapan amarahmu ini? Kenapa melakukan ini jika kamu mengetahuinya?

Jung Joo: Lepaskan! Dia pantas diinjak seperti belatung! Dia manusia terburuk di muka Bumi! Kubilang, lepaskan! Dengarkan aku, Berengsek!


Saat mencoba menghentikan Jung Joo tadi Hakim Kepala terluka dan sekarang matanya memar. Dan sekarang ia memarahi Jung Joo.

Hakim Kepala: Kamu tidak boleh mengumpat di sini. Ruang pengadilan itu sakral. Di sana, hakim seharusnya menjaga martabat. Pengadilan ditunda karena seorang hakim menyebabkan keributan. Kamu akan menjadi bahan tertawaan semua orang. Bagaimana bisa pengadilan berakhir kacau? Apa katamu? "Kamu sungguh menjijikan"? "Menjijikan..." Memangnya kamu preman, Hakim Lee?

Jung Joo: Aku khilaf saat mendengarnya bilang dia mendidik mereka.

Hakim Kepala: Kenapa kamu melepas jubahmu? Tidakkah kamu tahu kamu bisa kehilangan jabatan sebagai hakim? Aku berusaha mati-matian agar dipilih sebagai unit teladan. Tapi aku bergurau kepada siapa? Teladan apanya? Kita mungkin akan dicap sebagai unit pembuat masalah.

Hakim Kacamata: Kurasa tidak akan sejauh itu. Mereka hanya akan mengawasi kita.

Jung Joo hanya bisa minta maaf.


Lalu seseorang datang menunjukkan bahwa ada orang yang merekam saat Jung Joo mengamuk tadi dan sekaranng videonya sudah tersebar ke internet dan jumlah penontonnya sangat banyak. Semuanya terkejut.


"Aku sungguh menyesal. Aku seharusnya mengendalikan emosiku. Aku sangat jengkel karena dokumen kasusku hilang..." Kata Jung Joo keceplosan.

Hakim Ketua tambah marah, "Apa katamu? Kamu menghilangkan dokumen kasusmu? Bagaimana bisa?"

"Ada yang mencuri tasku."

"Tasmu? Astaga! Tidakkah kamu tahu jika dokumen kasusnya hilang, putusan bersalah bisa berubah menjadi putusan tidak bersalah?"

"Aku tahu, aku harus bersiap untuk mundur sebagai hakim."

"Lalu bagaimana? Ternyata kamu mau mengundurkan diri. Karena itu kamu mengamuk di ruang pengadilan?"

"Bukan karena itu. Aku berjuang untuk mendapatkan jubah ini. Aku sungguh minta maaf."


Hakim Kepala tidak mau menerima permintaan maaf Jung Joo.

"Apa kesalahanmu? Kamu menghilangkan dokumen kasus itu. Kamu tidak bisa menemukannya di mana pun! Itu sudah hilang! Lalu aku akan mati saja di tempat, jadi, terserah. Kamu mengerti atau tidak? Jawab. Ya. Begitu. Begitu, bukan?"

Jung Joo terus berusaha menjawab Hakim Kepala tapi Hakim Kepala bicaranya tidak berheda, sampai akhirnya Jung Joo teriak, "Tidak!"

"Siapa yang berani mengambil sesuatu yang begitu penting?!"


Ui Hyun ternyata juga adalah seorang Hakim dan ia akan ada persidangan hari ini, jadi sekarang ia bersiap.


Ui Hyun adalah hakim tungal, Terdakwanya itu adalah Terdakwa yang dibahas oleh Jung Joo sebelum sdiang tadi. Ui Hyun menyuruh Jaksa menyatakan argumen penutup. Jaksa itu adalah Do Han Joon (Dong Ha).

Ha Joon: Terdakwa Jang Soon Bok, selagi menjalani hukuman seumur hidup, bukannya bertobat, dia tidak ragu mencuri milik teman satu tahanannya. Saya rasa mencuri sesuatu adalah hal sepele setelah melakukan pembunuhan. Maka, saya menyarankan untuk mendenda terdakwa sebesar 2.999,90 dolar.


Selanjutnya, Ui Hyun mengijinkan Terdakwa membuat argumen penutup. Saat itu putra terdakwa masuk ke ruang sidang.

"Ibu! Yong Soo datang! Jang Soon Bok bukanlah pembunuh! Jang Soon Bok tidak bersalah! Ibu, Yong Soo datang!"

Petugas menjauhkan Yong Soo yang akan mendekati Ibunya, ia membawa Yong Soo keluar. Yong Soo ini tidak seperti orang kebanyakan, kaya autis gitu.

Terdakwa menangis saat Yong Soo sibawa keluar dan tidak berani menatap Yong Soo.


Terdakwa: Saya akan bertanggung jawab atas perbuatan saya karena mencuri. Tapi saya sengaja mencuri agar bisa berada di sini hari ini. Yang Mulia. Bisakah Anda merekam saya dengan kamera CCTV?

Ha Joon: Yang Mulia. Katanya, dia akan menerima hukumannya, tapi dia ingin direkam. Saya meragukan maksudnya.

Namun Ui Hyun mengijinkan untuk melakukan perekaman. Terdakwa pun melanjutkan setelah kamera menyala.

"Saya tidak membunuh suami saya. Saya bisa bersumpah atas nyawa anak saya."

Ha Joon protes lagi, ini tidak relevan dengan kasus saat ini. Ui Hyun menjawab kalau ia juga tahu. Dong Ha pun duduk lagi.

"Kasus itu tidak dipegang oleh departemen ini.." Kata Ui Hyun pada Terdakwa, tapi Terdakwa memotongnya.

"Saya bersumpah atas nyawa anak saya bahwa saya tidak bersalah. Bisakah Anda memahami bagaimana perasaan seorang ibu?"

"Saya mengerti Anda meminta persidangan baru."

"Pengacara saya berkata jangan banyak berharap, lalu dia mengundurkan diri."

Ha Joon protes lagi tapi Ui Hyun menyela, jika memang Ha Joon menghormatinya, dengarkanlah saja!


"Saya.. bukan berusaha untuk berharap. Saya berusaha untuk mengingat bahwa saya bukan seorang pembunuh. Setelah menghabiskan 10 tahun di penjara, saya mulai lupa bahwa saya tidak membunuh siapa pun. Saya bingung dan penasaran apakah saya sungguh membunuh suami saya. Itu.. sungguh menyiksa saya."


Terdakwa akan melepas bajunya karena sudah waktunya. Ui Hyun meminta petugas wanita memakaikan lagi baju terdakwa.

"Selama 10 tahun, saya meratapi ketidakadilan dan harus memakai ini. Saya harus hidup sebagai pembunuh. Yang Mulia! Saya tidak boleh memakai seragam napi ini lagi. Akibat putusan Anda yang salah, saya dijebak dan hidup sengsara. Kenapa harus saya? Kenapa Anda melakukan ini kepada saya? Apa salah putra saya? Apa salah anak baik saya? Kenapa dia harus hidup sebagai putra pembunuh? Kenapa anak saya harus menerimanya? Kenapa? Lepaskan! Lepaskan!"

Ui Hyun memutuskan menunda persidangan.


Ha Joon mengikuti Ui Hyun ke ruangannya dan meminum minuman Ui Hyun. Ha Joon tidak mengerti, persidangannya sudah sudah berakhir, kenapa Ui Hyun melakukan jeda?

"Aku menggantikan seorang jaksa yang sedang berbulan madu. Haruskah aku menyaksikan pencuri yang bersandiwara?" Tanya Ha Joon.

"Ambil kopinya, lalu pergilah."


Ha Joon lalu membahas rambut Ui Hyun yang sudah ia perhatikan sejak persidangan tadi. Ada permen karet di rambut Ui Hyun. Ha Joon akan melihatnya tapi Ui Hyun tidak mengijinkan, ia memberikan kopi Ha Joon dan mengkodenya untuk segera pergi.

"Baiklah. Aku akan pergi. Aku akan pergi. Tapi, setidaknya, katakan alasannya. Kenapa kamu tiba-tiba bersikap dingin kepadaku?"

Lalu Ha Joon melihat sepatu Jung Joo di meja Ui Hyun.


Seseorang masuk, mengabari ada hal gawat terjadi.


Di meja Terdakwa ada tulisan menggunakan darah segar, "Ketidakbersalahanku adalah kesalahanmu". Ui Hyun menanyakan apa yang terjadi pada petugas.

"Dia gemetaran dan bilang bahwa kadar gula darahnya rendah, jadi, aku bergegas mengambil jus untuk meningkatkan kadar gulanya. Aku baru, jadi, aku tidak tahu. Bagaimana ini?"
"Itu terjadi saat aku ke toilet. Maafkan aku."


Sementara Ha Joon memotret meja itu, Ui Hyun melefon Pak Cha yang saat ini ada di ambulan bersama Terdakwa. Jari Terdakwa berdarah.

"Menurut mereka, dia mengidap hipoglisemia."

"Baiklah. Hubungi aku saat kamu tiba di rumah sakit."


Ha Joon merasa harus menyelidikinya setelah melihat cara Terdakwa menulis itu.

"Kenapa kamu melakukan jeda? Ini sungguh merepotkan. Aish.. Baiklah. Kita harus mengamankan TKP-nya. Setuju? "Ketidakbersalahanku adalah kesalahanmu". Wah.. Luar biasa. Pepatah ini lebih kuat daripada "Kekayaan pangkal ketidakbersalahan, kemiskinan pangkal kesalahan". Kamu mau salinannya?"


Atasan Ui Hyun datang, Asistennya memperkenalkan Han Joon padanya yang merupakan putra Anggota Majelis Do Jin Myung.

"Tolong lupakan bahwa aku putra Anggota Majelis Do Jin Myung. Ingatlah sebagai jaksa galak Pengadilan Distrik Pusat Seoul." Kata Han Joon.

"Jalankan penyidikan tertutup sampai kamu mendapatkan jawaban jelas."

"Tentu, selama Anda tidak meminta apa pun dariku. Tapi aku ragu itu akan mencegah reporter."

"Kita akan menangani para koresponden--"

Tapi Han Joon memotong untuk menerima telfon, ia lalu berjalan keluar, sepertinya ada sidang lagi.


Atasan Ui Hyun mengajak Ui Hyun bicara.


"Jika media memberi tahu publik bahwa dia berusaha membuktikan dia tidak bersalah dan memperbaiki putusan yang tidak adil, baik itu benar ataupun tidak, ini akan mencemarkan reputasi ruang pengadilan kita." Kata Atasan Ui Hyun yang adalah Ketua Mahkamah Agung.

"Pak Ketua Mahkamah Agung, untuk mempersiapkan diri, kita harus hapus video yang direkam selama persidangan Jang Soon Bok." Kata Asisten.

"Apa?" Ui Hyun terkejut.


Asisten: Jika videonya bocor dan menyebar di internet, itu bisa memojokkan pengadilan kita termasuk majelis hakim Anda yang akan bertugas di sidang lanjutannya.

Ui Hyun: Tapi melihat situasi kian memanas, kita harus mempertimbangkan klaimnya bahwa...

Ketua MA: Majelis keadilan yang bertugas akan meninjau kasusnya. Unit 73 Juri Kriminal Yudisial terdiri dari hakim yang berkompeten.


Seseorang buru-buru masuk untuk menunjukkan sesuatu.


Hakim Kacamata menceramahi Jung Joo yang harus memahami kekecewaan Hakim Kepala Oh. Dia bilang dengan jelas bahwa dia tidak ingin mempertaruhkan peluangnya untuk posisi di Pengadilan Tinggi. Tapi insiden ini terjadi.

"Aku tahu. Bagaimana mungkin aku tidak tahu? Aku mencoba ikut saat dia mendapatkan jabatannya di Pengadilan Tinggi. Ada sebuah video, dan dokumen kasusku hilang. Aku harus mencari dokumennya dulu. Aku akan ke kantor polisi."


Dan tiba-tiba Chat Room-nya ramai.

"Hakim Lee, sebenarnya apa yang terjadi di dalam video ini?"
"Salah satu penontonnya pasti merekam dan mengunggahnya."
"Bukankah seharusnya kamu mencoba menghapusnya?"
"Kenapa kamu khilaf?"
"Hakim Lee. Kamu baik-baik saja?"
"Kenapa dia bisa seperti itu?"
"Dia pasti kelabakan. Ini masalah besar."
"Ayolah, Hakim Lee."
"Sungguh memalukan. Kamu baru saja mempermalukan seluruh grup hakim wanita."
"Dia benar."
"Entah kenapa dia membawa gender ke dalam masalah ini, tapi karena aku ketua hakim tanpa majelis, aku tidak mau dipermalukan.

Jung Joo malu banget membacanya. Ia mengacak-acak kepalanya, stress banget.


Tiba-tiba seserang meariknya ke tangga darurat dan memukulnya. Dari seragamnya, sepertinya seorang petugas kebersihan.

"Kamu pasti sudah gila! Kamu mengumpat, melepas, dan melempar jubah di ruang pengadilan. Kenapa kamu berhenti? Tidak sekalian telanjang dan menari?"

"Ibu, ini dianggap penyerangan."

"Biar saja, tuntut ibu. Silakan. Bagaimana kamu menghadapi media soal video itu? "Hakim Bodoh", "Hakim Gila", dan "Hakim Pemarah". Itu sudah menyebar di internet."

"Perlukah Ibu memarahiku seperti semua orang? Kepalaku juga mau meledak karena ulahku."

"Kamu ingat pernah bilang apa kepada ibu? Kamu bilang, kamu tidak akan terpengaruh oleh rasa keadilanmu. Kamu bilang, kamu akan menjadi hakim yang sukses. Kamu bilang, kamu akan membuat anak-anakmu hidup mewah."


Lalu ada yang menelfon Jung Joo, Ketua Mahkamah Agung.

>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search