-->

Sinopsis Judge Vs. Judge Episode 3

- November 24, 2017
>
Ditulis oleh: Diana Recap
Support Admin dengan kunjungi "www.diana-recap.com"

Sinopsis Judge Vs. Judge Episode 3

Sumbar Gambar: SBS


Kembali ke masa 10 tahun lalu, saat Jung Joo akan membuang Dokumen kasus ke closet toilet. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu toilet.

"Mencoba melenyapkan berkas kasusnya?" Tanya orang itu.

Jung Joo sangat terkejut sampai menjatuhkan Dokumen kasusnya. Ia bertanya, siapa orang itu? Orang itu melanjutkan bahwa seseorang akan mendapat masalah jika Dokumen Kasus itu dilenyapkan.

"Haruskah kau melenyapkannya?"


Jung Joo sangat terkejut sampai menjatuhkan Dokumen kasusnya. Ia bertanya, siapa orang itu? Orang itu melanjutkan bahwa seseorang akan mendapat masalah jika Dokumen Kasus itu dilenyapkan.

"Haruskah kau melenyapkannya?"

Jung Joo mengambil kembali Dokumen kasus itu dan memeluknya, jika ia tidak melakukannya, maka ibunya yang akan melakukannya. Ibu tidak akan membiarkan kakaknya masuk penjara.

Orang itu ternyata adalah Peofesor Yoo yang saat ini masih menjabat sebagai hakim.

"Jika kau melenyapkan Dokumen Kasus itu, akan ditulis satu dokumen baru dimana akan terlulis namamu. Kau pikir itu yang ibumu inginkan? Bagaimana kalau begini.. Kau akan menjadi orang yang membaca Dokumen kasus itu.  Menjadi seorang Hakim sepertiku."


Jung Joo pun membuka pintu toilet dan keluar bersama Dokumen Kasus itu. Profesor Yoo kemudian memakaikan jubahnya pada Jung Joo. 

"Lihatlah! Jubah ini lebih cocok untukmu dibanding aku." Kata Reporter Yoo lalu meninggalkan Jung Joo.

Jung Joo menangis sesenggukan.
== 10 Tahun Kemudian ==


Ibu Jung Joo teriak-teriak karena Jung Joo disandera sendiri di dalam ruang sidang. Ibu mengummpati terdakwa, Petugas sampai kuwalahan menenangkannya.


Ada dua orang yang memperhatikan dari atas. Seorang wanita dan seorang pria.


Saat di wanita pergi, si pria mendapat telfon. Yang menelfon adalah wanita yang dibandara tadi yang saat ini naik taksi. Wanita itu adalah Jin Se Ra (Na Hae Ryung).

Se Ra tanya, bukannya magangnya dimulai hari ini? Pria itu mengiyakan, sekarang mereka ada di pengadilan tapi situasinya kacau jadi Se Ra lebih baik mulai besok saja seperti rencana.

"Aku juga berpikir begitu. Aku akan mengunjungi Profesor Lee dulu, sampai nanti."


Hakim Oh, Ketua Hakim dan Pimpinan Tentara ada di ruang CCTV menyaksikan apa yang terjadi di Ruang sidang. Hakim Oh heboh, apa tidak masalah memberi Kim Joo Hyung segala yang dia mau seperti ini?

Lalu Kepala Hakim bicara pada Pimpinan Tentara bahwa Ketua MA akan turun setelah bicara dengan kejaksaan. Pimpinan Tentara mengerti.

Hakim Oh kemudian meminta Pimpinan Tentara untuk menyelamatkan Jung Joo. Pimpinan penjelaskan, jika mereka membawa pasukan khusus sekarang, korban akan dalam bahaya.

Ketua Hakim: Kita punya seseorang yang belajar soal negosiasi tawanan di Harvard. Dia bahkan menjatuhkan teroris di Harvard. Hakim Sah Eui Hyun. Dia akan segera tiba.


Saat Hakim Oh akan masuk menolong Jung Joo, Ui Hyun datang bersama Hakim Song Ho Chan. Ui Hyun bertanya, hanya Jung Joo yang ditahan? Pimpinan Tentara membenarkan.

Ketua Hakim: Kamu pernah bernegosiasi dengan seorang teroris di Harvard. Jadi, Ketua MA memintamu menunjukkan kemampuanmu di sini.

Hakim Oh kemudian menunjukkan dokumen kejiwaan yang ditulis Profesor Yoon Myung Hee tentang Kim Joo Hyung.

"Aku akan mencobanya." Kata Ui Hyun setelah membaca dokumen itu.


Tiba-tiba seorang wanita masuk, dia adalah Hwang Min Ah (Jung Yoo Min). Min Ah berkata mau ikut membantu juga. Pimpinan Tentara memastikan, Min Ah itu yang pernah ia lihat di kantor sekuriti Rumah Biru ya? Min Ah menangguk.

Min Ah: Hakim Sah. Kumohon biarkan aku membantu. Karena korbannya wanita, aku harus membantu.


Di ruang sidang, Kim Joo Hyung menarik jubag Jung Joo sampai lepas kancingnya. Jung Joo ketakutan dan memegang jubahnya erat-erat.

"Aku bisa memintamu untuk kali terakhirnya. Kamu akan membuka bajumu.. atau membakarnya?"


Saat itulah Ui Hyun masuk dan menyuruh Jung Joo melepas bajunya.


Kim Joo Hyung kembali menodong Jung Joo dengan pisau. Ia tanya, siapa Ui Hyun? Siapa bilang Ui Hyun boleh masuk? Ui Hyun datang untuk melihat Jung Joo mati?

"Aku Hakim Sah Eui Hyun." Kata Ui Hyun.

Jung Joo bicara, "Tunggu. Apa... Apa katamu? Buka bajunya?"

"Jika tidak mau, berarti kamu harus membakarnya."

"Aku harus membakarnya? Bagaimana dengan anak-anak malang yang menderita karena bedebah ini? Kamu akan membunuh mereka dua kali. Kamu akan membiarkan bedebah ini mempermainkan hakim di Korea?"

"Karena itu, buka saja."

"Hei! Apa maksudmu?"


Kim Joo Hyun membentak, sebenarnya apa mau mereka berdua?! Ui Hyun jujur menjawab sedang mencoba menolong Jung Joo.

Jung Joo: Benar sekali. Jika kamu ingin menolongku, yakinkan dia. Bisa-bisanya kamu menyuruhku membuka baju?

Ui Hyun: Dia meyakini pelecehan seksual sebagai pendidikan seks. Kurasa aku tidak bisa meyakinkannya. Sejak kecil, Kim Joo Hyung-ssi dilecehkan secara seksual oleh ibu tirinya dan otak dicuci hingga meyakini bahwa itu pendidikan seks. Dia berusaha mati-matian untuk melupakan pengalaman mengerikan itu dan mencuci otaknya sendiri bahwa itu pendidikan seks. Benar, bukan?

Jung Joo bingung karena itu tidak ada di dokumen kasusnya. Tapi Kim Joo Hyung berkaca-kaca, tanda smeua itu benar.

Ayah Ui Hyun
Ayah Han Joon

Ayah Ui Hyun (Tuan Sah) bicara dengan Ayah Han Joon (Kongres Do). Kongres Do membahas soal Jang Soon Bok yang menulis pesan dengan darah di ruang pengadilan. Ia menanyakan apa yang akan Tuan Sah lakukan?

"Tidak ada yang salah dengan putusan yang kuberikan dalam persidangannya. Mahkamah Konstitusi tidak bisa menggulingkan putusanku. Sidang lanjutan hanya akan membuang waktu."

Lalu seseorang datang, memberitahu bahwa mereka berdua harus melihat berita. Berita soal penyanderaan Jung Joo.


Kim Joo Hyung menarik Jung Joo berdiri dan semakin menekankan pisaunya. Menyuruh Ui Hyun diam, sudahlah!

"Kumohon, hentikan. Kamu akan membuatku terbunuh sebelum bisa menangkapnya." Kata Jung Joo.

Ui Hyun menyentuh kacamatanya, itu adalah tanda untuk tim Tentara bersiap. Maka semuanya mengepung pintu.


Jika Ui Hyun menggunakan trik bodoh semacam itu lagi, ia akan.. Ui Hyun mengalah, ia akan pergi seperti kata Kim Joo Hyung.

"Berhentilah bicara, dan jangan ikut campur."

"Kamu bilang, aku mencoba membunuhmu dengan jubahku, kamu ingat?"

"Kubilang, tolong pergi. Kamu sama sekali tidak membantu."

"Aku tidak akan memintamu menjadi wanitaku, jadi, bukalah. Jangan bersikeras terus memakainya. Percayalah kepadaku, dan bukalah."

Jung Joo tampak berpikir dan Ui Hyun yakin Jung Joo mengerti maksudnya.

Kim Joo Hyung: Hentikan. Enyahlah sekarang juga sebelum aku membunuhnya.

Ui Hyun: Aku akan pergi.


Ketua Hakim gak ngerti, kenapa Ui Hyun pergi begitu saja? Hakim Song juga berpikiran sama.

Hakim Oh: Apa yang terjadi? Sial. Kenapa kita tidak mengirim pasukan khusus...

Pimpinan Tentara: Hakim Sah menuju kemari.


Joo Hyung melepaskan Jung Joo dan Jung Joo lemas, ia jatuh ke lantai.


Kongres Do berkomentar, Jang Soon Bok mencoba bunuh diri, dan kini, Lee Jung Joo disandera di ruang pengadilan yang sakral. Itu akan saling berkaitan di sidang lanjutan nanti.

"Akan ada kegaduhan meski itu dibubarkan." Tanggapan Tuan Sah.

"Terlebih lagi, hakim yang mendengar persidangan awal Jang Soon Bok adalah pengacara pribadi dan partner politikku, Sah Jung Do. Kamu."

"Itu cuma masalah sepele. Meski ada masalah dengan penyidikannya, itu belum cukup untuk sidang lanjutan. Sebelum ada orang lain yang menjadi pembunuh sebenarnya."

"Bagaimana jika orang lain yang menjadi pembunuh sebenarnya?"

"Apa maksudmu?"

"Maksudku, itu harus dibubarkan secara diam-diam."


Dengan tangan gemetar, Jung Joo menyalakan korek api. Joo Hyung puas, harusnya sedaritadi Jung Joo melakukannya.


Ui Hyun masuk ke ruang CCTV, yang lain bertanya, apa yang terjadi? Kenapa keluar? Ui Hyun menyerah?

"Aku sudah melakukan semua yang aku bisa. Kita harus berharap Hakim Lee membuka jubahnya."

Yang lain gak paham apa maksud Ui Hyun itu.


Sementara itu, Min Ah diam-diam mengendap-endap dan membuka pintu dalam Ruang sidang. Pintu itu tepat berada di belakang Joo Hyung dan Jung Joo, ia tinggal menunggu saat yang tepat saja untuk menerobos masuk.


Jung Joo masih ragu mau membakarnya atau tidak. Lalu tiba-tiba ia mengarahkan korek itu pada Joo Hyung. Setelahnya ia mencopot jubahnya dan menggunakannya menutupi Joo Hyung.

Di ruang CCTV, Ui Hyun puas karena Jung Joo mengerti apa maksudnya. Semua bergegas masuk. Sementara Jung Joo mengambil Dokumen itu dan melarikan diri setelah mendorong Joo Hyung, tapi pintunya terkunci.


Lalu Min Ah menendang Joo Hyung. Pimpinan Tentara mengomando pasukannya.


Min Ah berhasil melumpuhkan Joo Hyung dan Jung Joo membeku menyaksikan itu.


Semua orang bersorak karena keadaan dapat teratasi. Jung Joo melorot ke lantai, gemetar. Min Ah bertanya, apa Jung Joo baik-baik saja?


Selanjutnya, Jung Joo dibantu Hakim Jung (yang kemarin aku sebut Hakim Kacamata). Semetara Hakim Oh yang berjalan bersama mereka mengatakan keputusan Jung Joo untuk melepas jubahnya adalah ide cemerlang.


Jung Joo memikirkan kata-kata Ui Hyun tadi yang tidak akan memintanya menjadi wanitanya, jadi lepas saja jubanya. Jung Joo langsung lemas. Hakim Oh menegur Hakim Jung yang tidak hati-hati.

Hakim Jung bertanya, apa Jung Joo baik-baik saja? Jung Joo bilang tidak. Lalu ingat, bagaimana dengan Bu Hwang (tawanan pertama Joo Hyung)?

"Dia dirawat di rumah sakit dan kini baik-baik saja. Dia mencemaskanmu." Jawab Hakim Jung.

"Boleh minta permen karet?"

"Benar. Bagimu, mengunyah permen karet bagaikan meminum obat penenang."

Tapi Hakim Jung lupa membawanya.


Hakim Oh ditelfon Ketua Hakim yang menyampaikan kalau Ketua MA mau bertemu dan bertemu Jung Joo juga.


Ibu mencegat Ui Hyun di depan ruangan Ketua MA. Ibu sangat hebih dan membungkuk beberapa kali karena sudah menyelamatkan Jung Joo. Tapi kemudian IBu sadar.

"Maksudku.. Kamu masuk ke sana, bukan?"

"Ya."

"Kalau begitu, bisa berikan ini kepada Hakim Lee? Dia di dalam. Ah.. Hakim Lee adalah putri temanku. Dia bukan putriku, tapi kuanggap seperti putriku."

"Baiklah."

"Ini bukan sekadar permen karet. Dia mengunyah permen karet, bukan meminum obat penenang. Tolong berikan ini kepadanya."

Setelah Ui Hyun masuk, Ibu berpikir Ui Hyun dan Jung Joo akan cocok, tapi dari keluarga macam apa Ui Hyung itu?


Jung Joo di dalam masih gemetaran. Ketua Ma bersyukur karena Jung Joo tidak terluka. Ketua Hakim bertanya, yakin Jung Joo tidak perlu ke rumah sakit, mengingat Jung Joo berkeringat dingin.

"Aku baik-baik saja." Kata Jung Joo.


Lalu Ui Hyun datang dan ia diminta Ketua MA duduk disamping Jung Joo karena sudah menyelamatkan Jung Joo.


Ketua Ma bertanya pada Jung Joo, apa sungguh Jung Joo baik-baik saja? Jung Joo mengangguk dan Ui Hyun tiba-tiba menyentuh lehernya, tepat di denyut nadinya.

"Denyutnya berdetak cepat. Kurasa dia tidak tenang. Bagaimana dengan membiarkannya mengunyah permen karet?" Tanya Ui Hyun. 


Hakim Oh: Aku paham dia masih syok, tapi ada Mahkamah Agung dan Ketua Hakim. Mengunyah permen karet di depan mereka sangatlah aneh.

Jung Joo: Benar. Itu tidak sopan.

Ui Hyun: Jika dia tidak mengunyah permen karet, dia akan marah dan memaki orang yang melarangnya mengunyah. Dia akan mengatakan hal yang tidak mengenakkan dalam waktu yang sangat lama.

Maka semuanya pun mengijinkan Jung Joo mengunyah permen karet.


Ui Hyun lalu menyuapkan permen karet pada Jung Joo, "Kunyah dengan benar. Kamu harus menenangkan diri agar Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Hakim tidak kesulitan bicara denganmu."

Ketua Hakim: Dia benar. Yang kamu hadapi pasti menimbulkan trauma. Kami harus memahami kebutuhanmu.

Hakim Oh: Kalau begitu, aku juga akan memahaminya.

Jung Joo: Saat sudah tidak berair, aku akan membuangnya.


Katua MA: Omong-omong, pengadilan kita akan menjadi bahan omongan publik. Termasuk insiden hari ini, insiden mengenai Jang Soon Bok dan Kim Joo Hyung jauh lebih memprovokasi daripada skandal lainnya dalam dunia politik dan bisnis hiburan. Hakim Lee, kamu akan menjadi pusat perhatian. Aku ingin kamu lebih berhati-hati dengan kata-kata dan tindakanmu.

Jung Joo menunduk dan berhenti mengunyah permennya. Ketua MA khawatir jadi menyuruh Jung Joo kembali mengunyah.

"Aku akan mengunyahnya setelah menyimak Anda."


Ketua Hakim: Soal sidang lanjutan Jang Soon Bok, yang ditangani oleh Unit 73 Majelis Yudisial Kriminal. Aku ingin mengoper kasus itu kepada majelis lainnya.

*Pengoperan: menyerahkan kasus yang berjalan kepada majelis lain*

Jung Joo: Pengoperan?


Saat di luar, Ui Hyun terus menatap leher JUng Joo, ia menyadari leher Jung Joo tersayat piasu tadi, kecil sih. Jung Joo menutupi lehernya dan menyuruh Ui Hyun berhenti karena ia merasa tidak nyaman ditatap terus begitu.


Namun tiba-tiba Jung Joo kesakitan. Ui Hyun khawatir, Jung Joo baik-baik saja?

"Aku diberikan pertanyaan itu beribu-ribu kali hari ini. Aku tidak baik-baik saja. Aku menggigit lidahku."

"Untuk apa? Memangnya itu penting?"

"Ya. Aku asal berkata jika membuka jubahku lagi di pengadilan, aku akan menjadi wanitamu. Karena itu, aku harus menjaga ucapanku."

"Kurasa aku sudah memberitahumu. Aku memintamu membuka jubahmu dan tidak memintamu menjadi milikku."

"Mendengar itu saja sudah memalukan."

"Tapi kurasa.. kita pandai dan kompak dalam saling membaca pikiran."


Jung Joo membenarkan, kerja sama tim mereka hebat, mereka bisa saling membaca pikiran. Menyingkatkan hidupku 10 tahun telah menjadi hobinya, dan lari dari masalah saat genting adalah keahliannya.

"Tahukah kamu? Kamu menyelamatkanku dua kali. Kita pasti punya ikatan khusus. Benar, bukan?" Tanya Jung Joo.

"Apa lagi yang kamu inginkan dariku? Kamu.. mau memacariku?"


Jung Joo refleks menjawab tidak sambil memukul bahu Ui Hyun keras. Ui Hyun kesakitan.

"Aku juga tidak mau. Aku akan melupakan perkataanmu. Jangan gigit lidahmu. Tenanglah."


Bagaimana Jung Joo bisa tenang? Ketua MA bilang dia akan mengawasinya, jadi, dia sangat bersemangat untuk fokus di sidang lanjutan itu.

"Pada akhirnya, mereka berpikir untuk mengoper kasus itu."

"Mereka hanya berusaha mendengar opinimu. Meski menginginkan opiniku, kamu tahu mereka menekanku karena mereka orang-orang berpengaruh. Selain itu, prinsipku adalah mudah patuh saat atasanku memintaku.

"Astaga."


Ui Hyun akan pergi tapi Jung Joo masih ada satu hal lagi yang perlu dibicarakan.

"Kamu menghapus video persidangan Jang Soon Bok. Kamu melakukannya demi ayahmu? Bukan karena atasan kita memintamu?"

"AH.. Aku hampir lupa memberimu ini." Ui Hyun melemparkan USB pada Jung Joo, "Aku terlalu sibuk memberimu permen karet. Kurasa aku tidak bisa mudah patuh saat atasanku memberiku perintah. Itu salinan video persidangannya."

"Ah.. Aku sungguh malu."

"Aku sudah memberikannya, tapi aku sudah menyesal. Ini tidak akan membantumu sama sekali jika prinsipmu adalah mudah patuh kepada atasanmu."


Hakim Song memanggil mereka untuk mengenalkan pada tiga orang.


Hakim Song: Dia cukup populer belakangan ini. Dia baru saja lolos dari maut. Inilah pembuat masalah di pengadilan kami. Dia Hakim Lee Jung Joo dari Majelis Yudisial Kriminal.

Jung Joo menatap Min Ah dan mengucapkan terimakasih.


Hakim SOng: Dia sangat disayangi oleh Fakultas Hukum Harvard. Tadi dia berhasil menyelamatkan Hakim Lee dari maut. Dia kuda hitam pengadilan kami dari Hakim Kriminal Individual.

Min Ah: Kamu Hakim Sah Eui Hyun, bukan? Aku melamar di sini agar bisa melihatmu. Tolong jangan biarkan kelancanganku mengganggumu.

Hakim Song: Kamu jujur sekali, ya.


Selanjutnya Hakim Song mengenalkan ketiganya, mereka dari Fakultas Hukum Universitas Korea. Mereka di sini untuk pelatihan..

Nam Yoon Il: "Gong" untuk keadilan!
Min Ah: "Sa" untuk kejujuran!
Ha Young Hoon: "Pan" untuk putusan yang adil!
Semua: Kami Gongsapan.

Young Hoon yang pertama menyadari tatapan aneh semua, jadi ia minta maaf lalu pergi karena sudah mengganggu.


Ada satu lagi yang dari Gongsapan dan saat ini di ruangan Hakim Jung. Seorang wanita yang membawa bayinya, Lee Sun Hwa.

"Kamu dari Gongsapan? Apa itu?" Tanya Hakim Jung.

"Itu gerakan masyarakat untuk putusan yang tidak adil. Kami menemukan putusan pengadilan yang kurang adil. Tujuan kami adalah memperbaiki putusan itu sebelum terlambat."

"Begitu rupanya. Putusan yang tidak adil. Kukira maksudmu adalah ketua hakim kami. Itu terdengar seperti "Hakim Oh Ji Rak"."

"Haruskah aku tertawa?"

"Tapi siapa bayi ini?"

"Maafkan aku. Penitipan anaknya ditutup tanpa pemberitahuan. Jadi, aku terpaksa membawa dia."

"Kamu berniat mengikuti pelatihan sambil membawa bayi ini?"

"Aku sudah berpikir untuk menitipkan bayi ini di suatu tempat, tapi bukankah itu penganiayaan anak? Hari ini saja. Di mana meja kerjaku?"

"Tidak, kamu tidak mengerti. Dia bayi yang sangat manis."

"Karena dia menuruniku."

"Aku tidak melihat kemiripannya. Dia pasti menuruni ayahnya."

"Kamu pernah melihat ayahnya? Aku tidak akan tahu karena belum pernah melihat ayahnya."

"Bagaimana mungkin kamu belum pernah melihat ayahnya?"

"Itu mungkin. Aku belum pernah melihatnya."


Sun Hwa lalu menitipkan sebentar bayinya pada Hakim Jung karena ia harus menyusuinya, ia akan memompa ASI di ruang laktasi.

"Tidak, tunggu. Maaf. Gongsapan. Nona."

Jadi Hakim Jung terpaksa menggendong bayi manis itu.


Jung Joo dan Min Ah yang baru masuk memergokinya. Jung Joo bertanya, sedang apa Hakim Jung?

"Aku sedang... Itu.."


Sementara itu, Young Hoon ikut Ui Hyun ke ruangannya. Ui Hyun menyadari mungkin tidak nyaman, tapi ia harap mereka akan kompak.

"Aku juga. Aku akan menyesuaikan diri dan banyak belajar."

"Wah.. Sungguh genggaman yang kuat."


Ui Hyun langsung memberi Young Hoon Dokumen Kasus, kasus penipuan asuransi. Young Hoon tiba-tiba bertanya, boleh minta bantuan?


Di tempat kerja para tahanan seorang tahanan membuat sesuatu sambil tersenyum.


Lalu temannya menghampiri, teman itu memanggilnya Hyung.

"Hei. Kamu sudah tahu? Mereka akan menginspeksi sel hari ini."

Pria itu mengangguk.

"Semua orang waswas. Ada napi yang mengikuti pengadilan dan menawan seseorang dengan pisau. Dia seorang pemerko*sa. Dia menyandera hakim wanita muda dan mencoba melecehkannya secara seksual."


Paria itu langsung tertarik, Hakim wanita muda? Siapa nama hakim itu?

"Nama depannya Lee. Benar. Lee Jung Joo?"

Langsung deh pria itu melepaskan alat yang tadi dipegangnya. Marah.

Jadi pria itu kenal dengan Jung Joo.


Joo Hyung di ruang interogasi dan Han Joon adalah Jaksa yang bertugas menginterogasinya. Han Joon mematikan CCTV dan baru masuk ke dalam.


Han Joon: Aku sangat mengenal dia. Hakim Lee Jung Joo memang agak menjengkelkan.

Joo Hyung: Anda tahu.

Han Joon: Aku sangat mengenal dia. Aku menyukai dia. Haruskah aku memberitahumu kenapa aku di sini? Untuk memperingatkanmu. Jangan arahkan pisau ke tenggorokannya, mengerti? Itu leher yang akan kuhiasi dengan kalung.


Han Joon bangkit untuk mencekik leher Joo Hyung.

"Karena aku tidak mau berkelahi dengan sampah sepertimu gara-gara wanita."


Itu cuma peringatan, Han Joon melepaskannya setelah beberapa detik dan kembali duduk manis.

"Kini kamu bisa bernapas, bukan? Bagaimana jika kita bicara sebentar? Dari mana kamu mendapatkan pisau dan korek itu?"


Di rumah, Jung Joo mengetikkan namanya di Internet dan mendapati semuanya jelek-jelek. Jung Joo mengeluh, bagaimana cara menyingkirkan semua ini? Setidaknya, ayo singkirkan sebagian.


Lalu Ibu masuk membawakan buah. Ibu khawatir kalau Jung Joo masuk dalam kotak hitam atau semacamnya?

"Kotak hitam? Aku yakin maksud Ibu adalah daftar hitam. Ibu! Kudengar, Ibu menggila dan menjerit kepada mereka untuk menolongku."

"Bagaimana ibu bisa tenang? Ibu takut mereka mengetahui bahwa kamu putri ibu, jadi, ibu bilang kamu putri teman ibu, mengerti?"

"Ibu boleh saja bilang aku putri Ibu. Lagi pula, Ibu sudah terlihat sangat jelas."

"Itu sangat memalukan. Kata siapa harus menjadi terkenal dengan menjadi hakim bodoh? Jangan bergadang. Tidur."

Ibu keluar dan mematikan lampu.


Jung Joo lalu memutar rekaman CCTV Jang Soon Bok yang Ui Hyun berikan.

"Tanyalah apakah saya membunuhnya. Tanyalah apakah saya sungguh membunuhnya. Sekali saja.. Sekali saja. Tanyalah saya sekali saja. Yang Mulia."

Jung Joo galau.

Lalu Profesor Yoon mengiriminya pesan, Mau berkeliling naik mobil di tengah malam?


Dalam perjalanan, Profesor Yoon menyalan musik keras-keras dan bernyanyi bersama Jung Joo.

"Kini aku merasa lebih baik. Rasanya, kepalaku juga mau meledak." Kata Jung Joo.

"Aku tidak bisa tidur karena mendengarmu cemas setengah mati."

"Anda memang yang terbaik. Anda tahu aku menghitung hari menunggu Anda kembali ke gedung pengadilan, bukan?"

"Maaf, tapi kini mengajar lebih seru ketimbang memberikan keputusan."


Jung Joo lalu mengatakan mengenai pemagang di departemennya.

"Ya. Para pemagang itu bagus. Aku juga sedang mengawasi mereka." Kata Profesor Yoon.

"Apa? Rupanya begini cara menyingkirkanku. Omong-omong, kita mau ke mana?"

Tapi Profesor Yoon diam saja.


Profesor Yoon membawa Jung Joo ke rumah sakit. Jung Joo heran dan meyakinkan kalau ia sudah baik-baik saja sekarang.

"Jang Soon Bok di sini."

"Tapi kenapa kita.."

"Aku ingin mempertimbangkan apakah aku akan mengabulkan petisinya atau tidak, karena aku bisa melihat buktinya di bawah otoritas pengadilan."

"Anda sungguh bisa membaca pikiranku. Tapi para petinggi bilang akan mengopernya ke departemen lain."

"Begitukah?"

"Aku sedang merenungkannya. Jika menolak, aku akan menjadi musuh mereka. Aku sudah menjadi musuh mereka."

"Apa yang kamu takutkan?"

Jung Joo tak bisa menjawabnya.


Jung Joo masuk ke dalam dan melihat Jang Soon Bok masih belum sadarkan diri.


Lalu ia keluar dan melihat putra Jang Soon Bok. Ia ingat saat sang putra memberinya sepatu.


Putra berkata akan meminjamkannya pada Jung Joo tapi Jung Joo harus janji akan mengembalikannya. Jung Joo bertanya, apa putra mengenalnya?

Putra menggeleng, "Ibuku bilang, aku harus membantu orang-orang yang butuh bantuan. Dengan begitu, para hakim akan membantu kami juga."


Lalu Profesor Yoon menyentuh pundaknya.

Jung Joo: Anda menanyakan aku takut apa, bukan? Aku takut pilihanku akan menghancurkan keberhasilanku.

Profesor Yoon: Kamu harus berhasil. Seorang hakim akan berhasil jika tidak membuat keputusan yang salah. Dengan memastikan tidak ada yang menderita karena ketidakadilan.

>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search