-->

Sinopsis The King Loves Episode 6

- Juli 25, 2017
>
Sinopsis The King Loves Episode 6

Sumber Gambar: MBC


San makan semua kudapan dengan sangat lahap. Wang Dan melihatnya aneh, ia berkomentar kalau San makan makan dengan sangat lahap. San tersenyum, semua itu sangat lezat.

Won menjelaskan, selama ini San tinggal di gunung, tidak pernah makan makanan enak seperti ini, jadi mohon maklum.

"Kau tinggal di gunung?" tanya Dan, San menangangguk. Dan bertanya lagi, "Lalu kalian berdua bertemu dia saat berburu di gunung? Kapan?"

"Beberapa waktu yang lalu." Jawab Rin.

"Kalian bertiga pasti sangat dekat sampai-sampai pergi bersama."


Won merangkulkan tangan San pada bahunya, mereka sedekat itu. San memelototinya agar Won melepaskannya. Dan agak kecewa karena mereka sangat dekat. San lalu bertnaya, apa Dan mengenal mereka dengan baik?

"Ya." Jawab Dan.

"Apa pekerjaan mereka?"

"Kalian pernah mendengar tentang penjaga bayangan?" Tanya Won.

"Aku pernah mendengarnya. Tapi, apa itu kalian berdua? Dengan kemampuan kalian segitu?" Tanya San.

"Kami sebenarnya belum menjadi pengawal. Kami masih dalam masa pelatihan." Jelas Won.

"Lalu kenapa kalian datang ke gunung?"

"Kami sedang menjalankan tugas."

"Mengapa kalian dikejar pasukan istana?"

"Itu Rahasia"

"Apa dia berkata jujur?" Tanya San pada Dan. Dan tidak mengerti kenapa San securiga itu, tapi ia sudah mengenal mereka sejak kecil, ia percaya mereka.

"Jika Agasshi mengatakan begitu, sepertinya aku akan mempercayai mereka." Jawab San.

San menuang teh tapi keblabasan sampai tutup tekonya lepas dan tehnya tumpah dari atas. Won heboh sendiri menyelamatkan tangan San dari panasnya air teh tapi ia malah yang kepanasan.

"Dasar bodoh." Kata San sambil mengelap tangan Won.

Tekonya tadi oecah ternyata, San terkejut. Ia bilang pada Dan kalau Won lah yang memecahkan teko itu jadi Dan minta saja uang gantinya pada Won. San lalu berdiri.

"Anda membiarkan wanita rendahan ini duduk dan makan dengan Anda. Anda bahkan tidak memarahi saya ketika saya salah. Anda adalah orang yang baik."

"Terima kasih." Jawab Dan.


San keluar menuju sepatunya. Won mengikutinya, bertanya apa San tahu jalan pulang. San mengiyakan dengan pasti. Ua melangkah ke kanan, Won bilang jalannya bukan lewat sana. San lalu balik ke kiri.


Won hanya mengerjai San, sebenarnya jalannya memang ke kanan. San balik lagi untuk mengikuti Won.


Rin melarang Dan memikirkannya. Dan menjawab kalau ia selalu memikirkannya sambil menatap kepergian Won.


San merasa Won harus pergi berburu. Won tidak paham maksudnya. San melanjutkan, tuannya di Bokjeonjang sedang bersiap bersiap untuk berburu bersama Raja.

"Oh itu."

"Aku pikir kau pelayan Seja Jeoha."

"Iya. Tapi aku tidak yakin, apa dia akan datang. Dia orang yang pemalas."

"Apa dia pemalas dan juga pemarah?"

"Mengapa?"

San menjawab, Won sering berpikir tentang kematian dan hal-hal seperti itu. San menilai Won adalah budak seorang penguasa yang jahat sehingga Won berpikir untuk melakukan hal itu. Won tersenyum membenarkannya saja.

"Kau tidak boleh membiarkan sesuatu seperti itu." Kata San.

"Sesuatu seperti apa?"


San berbalik menatap Won, hak untuk membunuh Won. WOn menjawab, San sudah memberikannya pada anjing itu.

"Aku membuangnya karena aku takut kau akan menggunakannya lagi. Mulai sekarang.. Kau tidak boleh mati sesuai kemauanmu sendiri. Mengerti?"

Won hanya diam saja.

"Jawab aku!"Perintah San.

"Aku mengerti."

San lalu pergi. Won bertanya, apa San juga pergi berburu nanti? San menjawab mungkin.

"Kalau begitu, sampai jumpa." Kata Won dan San hanya melambaikan tangan.


Ayah Rin memperingati, jika Rin pergi ke tempat berburu, jangan sampai menghela napas panjang. Ratu adalah seseorang yang mudah sakit hati. Seseorang yang mudah sakit hati, tidak akan bisa mengendalikan dirinya. Jadi Rin harus tetap waspada.

"Aku harus berhati-hati dari waktu ke waktu, Tapi aku merasa tidak enak pada Seja Jeoha. Dia tidak bisa menunjukkan apa yang ada di hatinya pada Yang Mulia atau Ratu. Mana ada anak laki-laki.. yang merasa gugup setiap kali melihat orang tua mereka?"

"Dia berumur 16 tahun saat pertama kali datang ke negeri ini. Dia seperti bunga magnolia yang baru mulai mekar. Yang Mulia mungkin sekitar 40 tahun.. atau mungkin kurang setahun dari itu. Aku yakin dia terlihat seperti ahjussi yang menyeramkan bagi Ratu."

"Apa bibiku.. datang keistana?"

"Iya. Adikku.. adalah Ratu pertama."


Ratu pertama memasuki ruangan Raja dengan wajah ketakutan.

"Di sinilah aku tinggal. Kau bisa mengunjungiku kapanpun." Kata Raja.

Narasi Ayah Rin: Dia pasti terkejut. Dia datang ke negeri asing dan hanya mempercayai Yang Mulia.


Disana ada Permaisuri Jeong Hwa (mantan Ratu yang diturunkan) dan puteranya.

Narasi Ayah Rin: Tapi Yang Mulia sudah mempunyai istri dan anak laki-laki. Dan anak laki-laki itu seumuran dengannya.


Ratu hamil dan melahirkan.

Narasi Ayah Rin: Dan karena dia hamil di usia muda, Dia pasti hidup dalam kesedihan.


Raja sangat menyukai puteranya tapi Raja kelihatan lebih dekat dengan mantan Ratu. Ratu cemburu melihatnya.

Narasi Ayah Rin: Ratu sangat mencintai Raja. Namun, Ratu tidak lain hanyalah beban. Permaisuri dari sebuah negeri asing bagi Yang Mulia. Di sisi lain, mantan Ratu sudah dianggap sebagai temannya. Semakin dia mencintainya.. semakin dia putus asa.


Ratu tidak tahan lagi, ia melemparkan gelas tehnya dan memelototi mantan Ratu. Ia juga menjatuhkan semua yang ada di hadapannya. Ia menggunakan puteranya yang sedang menangis sebagai alasan untuk memarahi mantan Ratu.

"Kau telah membuat cucu Kublai Khan menangis. Beraninya kau membuat cucu Kaisar Agung menangis."


Mantan Ratu mendekati Ratu dan menuangkan teh, membujuk agar Ratu tidak marah.

"Kau membuat anakku menangis." teriak Ratu.

Mantan Ratu berlutut sambil menyodorkan tehnya. Ratu mengambil gelas itu lalu mengguyurkan ke muka mantan Ratu.

Setelahnya ratu pergi dengan kesal.


Rin pernah mendengar cerita itu. Setelah itu, bibinya dikirim ke istana terjauh dari tempat Raja.

"Dia tidak pernah melihat Yang Mulia lagi. Kakakmu, Pangeran Gang Yang dikirim ke kuil." Kata Ayah Rin.

"Bagaimana kabarnya?"

"Kami hanya mendengar kabarnya melalui orang-orang. Aku belum pernah bertemu dengannya sejak saat itu. Kau harus berhati-hati."

"Aku akan berhati-hati."


Permaisuri mendengarkan permainan musik dari beberapa pemain istana. Dayang Jo menyeduhkan minuman yang warnanya seperti darah untuk Permaisuri.


Permaisuri meminumnya lalu ia seperti orang linglung.

"Jika teman satu-satunya meninggalkan dia... Anakku akan sendirian."

"Dia tidak akan sendirian. Dia memiliki Anda, Mama." Jawab Dayang Jo.

Permaisuri akan jatuh, dayang Jo dan Furatai memeganginya. Dan tiba-tiba Permaisuri berteriak agar pemain musik berhenti karena terlalu berisik, ia jadi tidak bisa memikirkan apapun.


Raja bermimpiburuk, ia terbangun dan sekilas melihat orang ada di kamarnya. Raja bertanya siapa orang itu? ia tidak peduli apa ini mimpi, pokoknya jawab!


"Anda sudah bangun, Yang Mulia?" tanya Song In.

Raja langsung duduk, jika Song In ada disana berarti ia tidak sedang bermimpi. Song Im bertanya, apa anak itu membangunkannya? Dan untuk itu Song In minta maaf.

"Saya sudah menyuruhnya untuk diam-diam mengganti dupanya." Jelas Song In.

"Dupa?"

"Dia.. mengganti Dupa yang kita bakar saat Anda tidur."

"Apa dia seorang tabib?"

"Dia belajar tentang obat, dan dia juga terlahir dengan bakat."

"Siapa namamu?" tanya Raja tapi anak itu diam saja.

"Yang Mulia sedang bertanya!" bentak Song In.

"Bisakah aku pergi sekarang?" tanya wanita itu.

"Apa yang dia katakan?" Tanya Raja.

"Hidupnya hanya dipenuhi dengan obat. Dia agak pemalu. Dia bertanya, apa dia bisa langsung pergi saja."

"Jadi kau belajar tentang dunia obat. Jika begitu, bisakah kau memeriksa denyut nadiku?" Tanya Raja.


Song In pun menyuruh anak itu mendekati Raja. Ternyata anak itu adalah Boo Young. Boo Young menyentuh kepalan tangan Raja tanpa memandang Raja. Raja tersenyum karena Boo Young tahu apa yang seharusnya Boo Young lakukan.

Tapi kemudian Boo Young menangis. Raja heran, kenapa Boo Young menangis. Boo Young hanya diam saja lalu Raja bertanya pada Song In. Song Im membentak Boo Young untuk mengatakan apa yang ia temukan.


"Yang Mulia. Anda pasti sangat kesakitan. Tapi tidak bisa menunjukkannya karena Anda seorang Raja." Kata Boo Young lalu ia menyentuh leher Raja.

Boo Young menutup matanya dan terkejut saat membuka matanya, soalnya ia sangat dekat dengan Raja. Boo Young sampai terjengkal dan Raja memegangi tangannya.

"Jadi... Bagaimana keadaanku?" Tanya Raja.

"Sudah berapa lama, Anda tidak tidur nyenyak.. tanpa mengalami mimpi buruk?"

"Siapa namamu?" Tanya Raja tertarik

"Namaku Boo Young."


Song In menunduk lalu ia keluar. Rencananya sukses. Song In menoleh sebentar dan saat itu, Raja mengelus tangan Boo Young.


Gae Won dan temannya, Yeom Bok menunggu kedatangan seseorang dengan menyamar. Yeom Bok berpura-pura sebagai seorang perempuan yang sedang hamil besar.


Saat dua orang lewat mereka keluar, Yeom Bok berpura-pura akan melahirkan, semua jelas panik. Lalu Gae Won menjatuhkan bawaan kedua orang itu yang ternyata adalah anak oanah Raja.


Tanpa mereka tahu, Gae Won dan Yeom Bok mencuri masing-masing satu anak panah.


Gae Won kesal pada Yeom Bok, ia menyuruh Yeom Bok berakting bukan memukulnya seperti tadi.

"Aku melihat adik perempuanku saat dia melahirkan. Dia memukul suaminya. "Ini semua salahmu"." Jawab Yeom Bok.

Gae Won merasa aneh, kenapa 'mereka' hanya memerintahkan untuk mengambil sedikit anak panah diam-diam, bukannya mencuri semuanya saja sekalian.


Rombongan Raja sampai ke Bokjeonjang, tanah milik Eun Young Baek.


Menteri Eun menyambut kedatangan Raja bersama Bi Yeon. Menteri Eun berujar, rasanya seperti mimpi bisa bertemu Raja secara langsung.

"Ini tidak mimpi. Aku lebih bersemangat untuk berburu daripada tidur. Ini bukan mimpi." Jawab Raja bercanda dansemuanya ketawa.

Raja beralih pada Bi Yeon, Menteri Eun menjelaskan kalau Bi Yeon adalah puterinya satu-satunya.

"Kudengar tanah ini milikmu. Terima kasih telah mengizinkanku meminjamnya." Kata Raja pada Bo yeon dan Bi Yeon malah menunduk semakin dalam.

"Mengapa putri pedagang terbesar di Goryeo sangat pemalu?" Tanya Raja.


"Tidak ada wanita di Goryeo yang tidak malu jika di hadapan Anda." Jawab Jeon.


Rin bicara pada Won, wanita yang memakai cadar itu pasti nona-nya San. Rin bertanya, apa Won mau menyapanya?

"Apa yang harus aku katakan? "Aku yang menyebabkan kau memiliki bekas luka tujuh tahun yang lalu". Haruskah aku mengatakan itu?"

"Anda bisa menyapa nya saja."

"Tidak mau."

"Itu bisa meringankan rasa bersalahmu."

"Itu terdengar egois."


Choi Se Yeon mendekati Permaisuri, menjelaskan kalau Jeon merencanakan semuanya. Jeon berbicara manis dengan Raja sampai-sampai ia tidak tahan mendengarnya.

"Yang Mulia pasti senang memiliki pria muda yang bisa diandalkannya." Jawab Permaisuri.


"Jika saja Seja Jeoha melakukan sesuatu seperti itu pada saat seperti ini." Andai Choi Se Yeon sambil menatap Won.


Won tidak melihat San dan mempertanyakannya pada Rin. Rin takut, apa Won akan mengungkapkan jati dirinya pada San?

"Apa yang akan terjadi? Apa dia akan memperlakukanku seperti mereka? Itu pasti membosankan. Jadi, pergi dan cari dia."

"Haruskah aku menjaga jaraknya darimu?"

"Iya. Dia tidak boleh melihatku, Tapi aku ingin melihatnya kapanpun. Lakukan itu."

Rin menahan tawanya dan saat Won menatapnya untuk melarangnya senyum, ia malah melepaskan ketawanya.


Song In mentap Moo Suk, Moo SUk mengerti apa maksudnya. Moo Suk menunduk patuh.


Rin pergi mencari San tapi ia malah melihat Gae Won yang sedang makan. Ia ingat saat bertemu Gae Won dulu sebelum terjadinya penyerangan Ibu San. Waktu itu Gae Won membawa banyak tombak.

Bukan hanya itu, Rin juga melihat Moo Suk yang mengenakan pakaian serba hitam. Moo Suk menatap ke arah Rin, untunganya ada kereta lewat jadi Rin bisa sembunyi.


Rin mengintip saat mereka melakukan serah terima anak panah itu.


Moo Suk berjalan ke arah warung San bekerja. San tak sengaja menabrak Moo Suk sampaibawaannya tumbah ke lengan Moo SUk.

San minta maaf dan coba membersihkannya, tapi ia langsung membeku tatkala melihat tato ular di tangan Moo Suk. San mengingatnya, tato itu adalah milik orang yang melukai Bi Yeon. Moo Suk langsung menarik tangannya dan pergi. San mengikutinya sepertinya.


Yeom Bok senang karena mereka mendapat bayaran gede. Rin menghampiri mereka dan merebut bayaran itu, ternyata adalah perak. Rin heran, apa yang dijual mereka sampai dapat bayara sebesar itu.


Yeom Bok memegangi perunya terus, Rin lalu menyibak bajunya dan disana ia menemukan anak panah yang satunya itu.


San terus mengikuti Moo Suk, tapi ia pinter. Saat Moo Suk menoleh kebelakang ia sembunyi jadi gak ketahuan. San mengingat saat ibunya tewas, matanya menyala penuh dendam, ia hendak mengeluarkan pisau yang selalu ia bawa kemanapun.


Rin menyerahkan Yeom Bok dan Gae Won pada prajurit, ia memerintah agar mereka diikat, jangan biarkan mereka pergi.


Rin kembali ke lokasi rombongan, ia bertanya dimana Won tapi katanya Won sudah masuk ke hutan barusan bersama Raja. Rin terkejut mendengarnya.

"Mereka tampak bersemangat." Jawab Choi Se Yoon yang barusan mendekat.

Prajurit menjelaskan kalau Jeon juga ikut tapi Choi Se Yoon menghentikannya.

"Yang Mulia menyarankan mereka melihat-lihat terlebih dahulu sebelum berburu. Seja Jeoha ditawarkan untuk mengawal Yang Mulia dan itu pemandangan yang luar biasa." Jelas Choai Se Yoon.

"Ke arah mana mereka pergi?" tanya Rin gugup.

"Arahnya..."

"Kemana?!"

"Neungjegol." Jawab Prajurit.


Rin akan  menuju kesana tapi tiba-tiba Jeon kembali, jeon berkata kalau ia tidak melihat Raja.

"Apa maksudmu?" Tanya Rin.

"Beliau menantang Seja Jeoha untuk mengikuti lomba."

"Bagaimana dengan prajurit mereka? Pelayan mereka?"

"Aku tidak tahu. Aku kehilangan mereka. Aku sudah memanggil, tapi tidak ada yang menjawab."

Rin semakin cemas, ia bergegas memacu kudanya mencari mereka.


Won kehilangan ayahnya, Jin Gan dan Jang Eui. Ia memanggil-manggil mereka tapi tidak ada yang menyahut. Taoi ia masih terus jalan sampai ia melihat sekelebat seekor kuda yang berjalan. Won lalu mengikuti arah kuda itu.


Moo Suk berlari di dalam hutan dan San masih teus mengikutinya.


Won sampai pada jalan terjal, ia tidak mungkin menggunakan kuda, jadi ia turun dan jalan kaki.


Raja juga sendirian, ia heran karena yang lain tidak kelihatan.


Moo Suk siap pada posisinya, ia mengarahkan busur panahnya pada Raja.


San menyaksikan itu. Tapi gak yakin ia lihat Raja atau gak, soalnya ia hanya fokus pada Moo Suk.


Rin juga melihat Raja, ia ada di atas mereka. Tapi ia juga melihat Moo Suk mengarahkan panahnya pada Raja.


San mengeluarkan pisaunya siap mendekati Moo Suk tapi tiba-tiba Song In datang. Song In merebut pisaunya lalu menaruhnya dilehernya.


Moo Suk melihat Won muncul, ia sudah siap menembakkan anak panahnya.


Tahu apa yang akan terjadi melalui situasi yang ia lihatnya, Won sangat cemas.


Anak panah Moo Suk menyerempet telinga Raja dan Raja jatuh dari kudanya. Raja terkejut bukan main.


Lalu, Won datang dari arah datangnya anak panah, memanggilnya. Raja marah, apa Won mencoba membunuhnya? Beraninya kau?

"Apa?"

"Apa kau mencoba membunuhku? Kau mencoba membunuh Ayahmu sendiri!"

Sementara itu, Moo Suk melarikan diri.


Rin memegang satu anak panah yang ia ambil dari Yeom Bok tadi. Ia memutuskan untuk menggunakannya, ia mengarahkannya pada Won untuk menyelamatkan Won dari kecurigaan Raja.


Song In bertanya pada San, siapa kau?!


Rin melesatkan anak panahnya. Won refkes menoleh ke arah datangnya anak panah. Ia melihat Rin gak ya?

== E P I L O G ==


Won dan Rin satu kelompok, mereka melawan Jin Gan dan Jang Eui saat latihan pedang.


Namun tak peduli seberapa keras usaha Won dan Rin, mereka tetap kalah dari Jin Gan dan Jang Eui.


Pengawal Won lalu menjelaskan,  "Apa yang sudah saya katakan? Mereka adalah pengawal bayangan baru Anda. Anda berdua tidak bisa mengalahkan mereka."


Won dan Rin menyerah. Mereka berbalik mundur, tapi kemudian mereka saling pandang lalu tiba-tiba maju menyerang lagi.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search