-->

Sinopsis The Best Hit Episode 9

- Juni 17, 2017
>
Sinopsis The Best Hit Episode 9

Sumber Gambar: KBS2


Gwang Jae terkejut melihat Hyun Jae lah yang ternyata sedang menggendong Bo Hee.


Mereka kemudian mendudukkan Bo Hee di salah satu bangu taman untuk bicara berdua. Hyun Jae mengakui, ia tahu Gwang Jae tak percaya, soalnya ia juga tak bisa memercayainya.

"Jika aku jadi kau, aku juga takkan memercayainya. Aku tidak mengenalmu saat kulihat dari jauh. Dilihat dari dekat, kau tampak sudah menua. Rambutmu baik-baik saja, 'kan? Kau tahu bagaimana rambut Ayahmu mengalami kebotakan. Kau memakan kacang polong hitam dan mendapatkan perawatan akar rambut."

Gwang Jae tiba-tiba menarik baju Hyun Jae, "Jadi... siapa... kau?"

"Ini aku, Yoo Hyun Jae."

"Apa masuk akal?"

"Ini memang tak masuk akal. Semuanya terjadi begitu saja. Kau mungkin tak percaya, tapi aku sudah kembali."

Hyun Jae merentangkan tangannya untuk Gwang Jae, tapi Gwang Jae malah menonjok matanya.


Mereka pindah ke sampah satu kafe. Hyun Jae masih meringis kesakitan karena pukulan Gwang Jae itu.

"Aku tak percaya apapun perkataanmu. Jadi, berikan aku bukti bahwa kau memang Hyun Jae." Kata Gwang Jae.

"Dimana aku bisa mendapatkannya? KTP-ku ketinggalan di tahun 1994. Apa kau akan percaya walaupun aku punya KTP? Tidak, 'kan?"

"Siapa namamu? Bukan Yoo Hyun Jae, tapi nama aslimu."

"Bong Jae... Yoo Bong Jae."

"Tidak, tidak. Itu mudah bila dicari di internet. Ah, nama Hyun Jae itu. Dari siapa kau mendapatkannya?"

"Soondae Sajang-nim mendapatkannya dari seorang paranormal. Tapi, aku tidak suka nama itu dan memakai nama lain. Yoo Hyun Jae. Ini benar aku. Kita sudah berteman lama, kau tak mengenalku? Aku saja bisa mengenalmu."


Gwang Jae masih belum percaya, ia menyentuh wajah Hyun Jae untuk memastikannya. Lalu ia teringat kalau Hyun Jae memiliki bekas luka di kaki dan memeriksanya. Ternyata Hyun Jae memiliki bekas luka yang sama.

"Kau percaya sekarang?" Tanya Hyun Jae.

"Jadi kau..."

"Ya, aku Hyun Jae, Yoo Hyun Jae. Ini aku." Dan Hyun Jae kembali merentangkan tangannya

Kilas Balik...


Bo Hee akan pergi setelah Hyun Jae menghilang tanpa kabar tapi Gwang Jae menghalanginya, lari takkan menyelesaikan permasalahan.

"Kwang Jae-ya. Terima kasih sudah mencoba menghentikanku. Aku tidak bermaksud menemuimu, tapi aku senang bertemu denganmu. Sampaikan salamku kepada Sajang-nim. Saat aku tiba..."

"Kenapa kau harus lari? Apa yang sudah kaulakukan sampai kau harus lari? Kau hanya menyukai seseorang. Kau menyukai seseorang. Hanya itu yang kau perbuat. Apa itu alasan untuk pergi? Semua orang begitu. Aku tidak tahu dimana Yoo Hyun Jae baj* itu berada. Aku tidak peduli. Anak Hyun Jae bisa kau daftarkan atas namaku. Aku yang akan bertanggung jawab. Dan kau bisa mulai bekerja lagi."

"Bagaimana kau bisa melakukannya? Bagaimana aku bisa membuatmu..."

"Lakukanlah seperti yang kukatakan. Aku akan melindungimu mulai sekarang. Aku akan melakukannya untukmu. Jika kau mau lari dan bersembunyi, kau tak perlu kemanapun. Berdirilah disampingku. Jika orang lain mengatakan sesuatu tentangmu, aku akan mengurus mereka."

"Kenapa kau melakukannya?"

"Karena aku manajer Yoo Hyun Jae. Urusan Hyun Jae adalah urusanku juga. Jika Hyun Jae mendapatkan masalah, aku yang harus bertanggung jawab. Aku akan mengisi tempat Yoo Hyun Jae."

Kilas Balik Selesai...


Bukannya menyambut rentangan tangan Hyun Jae, Gwang Jae kembali memukul mata Hyun Jae yang sebelah.


Mereka pindah tempat lagi, kali ini di depan minimarket. Hyun Jae tahu Gwang Jae orangnya tidak sabaran, tapi memukulnya dua kali saat bicara, bukankah keterlaluan?

"Lalu apa? Jadi, katamu, terjadi badai. Lalu angin mendorongmu dan kau terjatuh dari tangga studio. Saat kau sudah dibawah, tiba-tiba 20 tahun sudah berlalu. Begitu?"

"Ya."

"Tidak masuk akal. Bahkan jika kau mengatakan omong kosong katakanlah sesuatu yang lebih bisa dipercaya."

"Menurutmu bagaimana perasaanku mengatakan hal seperti ini padamu?"

"Mungkin kau hanya tiba-tiba muncul setelah bersembunyi. Kau merasa aneh tiba-tiba muncul begini dan akhirnya kau berbohong."

"Kau pikir aku akan melakukan hal seperti itu?"

"Kau bisa melakukannya. Lalu, saat Sajang-nim melihatmu malam itu..."

"Ah, itu... Aku tiba-tiba bertemu dengannya. Aku juga sangat kaget melihatnya."

"Jadi, kau selama ini tinggal bersama kami?"

"Bukan begitu. Lebih tepatnya, aku tinggal diatasmu."

"Diatas? Aku tinggal di studio lamaku dulu, di atas."

"Apa? Apa? Bersama Ji Hoon?"

"Jangan khawatir. Anakmu tak tahu. Lee Gwang Jae, dasar licik. Kupikir kau pria baik-baik. Kapan kau memulai hubunganmu dengan Bo Hee? Bo Hee dulunya menyukaiku..."


Gwang Jae akan memukul Hyun Jae lagi, tapi kali ini Hyun Jae sudah bersiap, Hyun Jae takkan dipukul tiga kali.

Tapi kemudian Gwang Jae menggunakan kepalanya untuk menyundul hidung Hyun Jae.


Hyun Jae menggerutu, Gwang Jae kan tahu kalau artis hidup dengan wajahnya, tapi kenapa Gwang Jae memukul wajahnya? Rasanya sakit sekali.


Gwang Jae melirik Hyun Jae. Hyun Jae agak takut lalu mengalihkan pembicaraan, Gwang Jae kan tak pernah bertemu dengannya setelah 20tahun, bukankah sekarang Gwang Jae merasa senang?

"Kau pikir aku akan senang?"

"Apa itu masalah utang? Aku mendengar kau membicarakan perihal gedung itu. Hei, kenapa kau..."

"Diam. Ini semua salahmu."

"Apa yang kulakukan? Baiklah, aku tahu Soondae Sajang-nim bisa saja marah denganku. Aku bisa mengertinya. Tapi, kenapa kau sangat kesal denganku?"

"Lupakan. Bersikaplah seperti Yoo Hyun Jae."

"Aku benar-benar Yoo Hyun Jae."

"Aku tidak tahu dimana kau bersembunyi. Atau bagaimana kau jatuh ditangga dan bisa melompati 20 tahun. Aku tidak peduli dengan apapun, namun dengarkan aku baik-baik. Aku hanya akan mengatakan ini."

"Apa itu?"

"Enyahlah!!"

"Hah?"

"Jangan mengganggu hidup orang lain. Pergilah ke tempatmu berada. Mengerti?"


Gwang Jae lalu masuk duluan meninggalkan Hyun Jae. Hyun Jae menggerutu, bagaimana ia bisa kembali? ia bahkan tidak tahu bagaimana ia bisa ke sana.

"Kenapa dia sangat kasar? Omong-omong, aku lupa. Tas, aih..."


Gwang Jae membaringkan Bo Hee di kamarnya tak lupa ia juga memakaikan selimut.


Seseorang pulang, Woo Seung mengira yang datang adalah Hyun Jae, ia pun turun dan memanggil Da Bong tapi ternyata Ji Hoon yang datang.

"Apa itu? Kau sepertinya kecewa karena aku yang pulang."

"Kenapa aku kecewa?"

"Apa terjadi sesuatu denganmu?"

"Ceritanya sangat panjang."

"Tunggu. Lee Ji Hoon, ini bukan seperti dirimu... Tapi, kau khawatir denganku?"

"Khawatir? Tidak mungkin. Bukan begitu."

"Darimana kau? Apa kau pergi berkencan?"

"Kenapa memangnya? Apa aku tidak boleh berpacaran?"

"Tidak, tentu saja kau boleh berpacaran. Benarkah? Kau sudah berpacaran?"


Hyun Jae pulang menghentikan pembicaraan Woo Seung-Ji Hoon. Hyun Jae menggerutu karena hasrus berputar-putar tadi. Woo Seung menyindir, apa Hyun Jae membuat tasnya dulu makanya lama, lalu ia mempertanyakan keadaan wajah Hyun Jae.

"Sesuatu terjadi."

"Kau terjatuh?"

"Kenapa juga aku terjatuh? Sudah kubilang sesuatu terjadi."

Hyun Jae beralih ke Ji Hoon, "Sepertinya kau juga barusan pulang. Kau juga terlambat pulang."

"Apa urusanmu kalau aku terlambat atau tidak?"

Lalu Ji Hoon dan Woo Seung masuk ke kamar masing-masing. Hyun Jae kembali menggerutu, ayah dan anak sama saja, kenapa mereka melakukan ini padanya?


Bo Hee masak sup kepala ikan untuk sarapan pagi ini. Semua enggan memakannya kecuali Gwang Jae. Gwang Jae selalu memuji apapun yang Bong Jee masak.


Soon Tae: Dimana badannya? Hanya ada kepalanya.

Bo Hee: Orang-orang mengatakan "Uh Doo Yook Mi". Mereka bilang kepala ikan punya enam macam rasa.

Soon Tae: Jadi, itu arti "Uh Doo Yook Mi"? Kupikir itu artinya kepala ikan memiliki rasa tersendiri dan hewan lain memiliki rasa tersendiri di ekornya.

Bo Hee: Ya, Anda harus memakan banyak kepala ikan. Intinya kita mengerti artinya.


Mal Sook berkata kalau mata ikannya terus melihatnya, ia lalu menutupinya dengan nori. Soon Tae menyetujui Mal Sook, tidak perlu beradu tatapan dengan ikan di pagi hari.


Soon Tae berkata akan makan telur goreng dan nasi saja. Mal Skk tersenyum, ia juga minta telurnya sekalian.

Soon Tae: Ji Hoon, kau juga mau?

Ji Hoon: Boleh juga...

Soon Tae: Tentu.


Bo Hee mengakui rasa sup masakannya tadi agak aneh, sebenarnya ia hanya tahu makan tapi tidak tahu masak. Ia tidak tahu apa yang bisa kulakukan.

"Sudah kubilang rasanya enak, kok." Bantah Hyun Jae.

"Oh ya. Kemarin, aku tidak tahu apa itu mimpi atau bukan. Aku memimpikan diriku bersama Hyun Jae."

"Apa?"

"Kurasa itu tidak mungkin. Tidak masuk akal."

"Apanya?"

"Yah, Hyun Jae... dia terjatuh di tangga saat badai. Tahu-tahu, dia sudah melompati 20 tahun saat bangun. Dia datang ke tempat kita."

"Kedengarannya tidak masuk akal."

"Benar, 'kan? Tidak masuk akal. Tapi, rasanya seperti nyata. Kurasa Hyun Jae sudah kembali."


Hyun Jae sarapan ramyun mentah pagi ini. Ia heran melihat semuanya bersiap keluar, bukannya hari ini hari libur? mau kemana merekasemua?

Woo Seung: Kau pikir kita ini penggangguran sepertimu?

Hyun Jae: Hei, pengangguran?

Ji Hoon: Kita akan pergi, jadi bersembunyilah. Jangan sampai ketahuan.


Woo Seung bertanya, apa Ji Hoon akan pulang terlambat malam ini. Ji Hoon masih kesal, ia menjawab entahlah, lalu berjalan duluan.


Woo Seung tak mengerti, kenapa Ji Hoon pagi-pagi begini sudah sewot.

"Hei, kenapa kau sangat tidak peka? Kau pikir mood Ji Hoon sedang baik-baik saja?" Jelas Drill.

"Apa itu salahku karena dia gagal debut? Kenapa dia menyalahkanku?"


Hyun Jae mengelus cek satu juta won-nya. Ia lalu menggembar apa yang akan ia beli dengan uang itu. Ia butuh pakaian dan rumah juga. Tapi setelah ia pikir-pikir tinggal disana adalah yang terbaik. Jadi sewa kamarnya nanti-nanti saja.


Hyun Jae berpikir, bagaimana caranya bisa bertemu MJ lagi. Gwang Jae tiba-tiba menggedor pintu, bertanya apa ia ada di dalam. Hyun Jae awalnya  mau sembunyi tapi tidak jadi saat teringat kalau Gwang Jae sudah tahu siapa dirinya.


Gwang Jae merasa ia memang sudah gila. Bagaimanapun ia berpikir, orang dihadapannya saat ini memang Hyun Jae.

"Terima saja kenyataannya, berandal."

"Rasanya aneh sekali mendengarmu memanggilku, 'berandal'."

"Aku dan anakmu saling menggunakan bahasa tak formal. Dia pasti akan pingsan saat tahu aku teman Ayahnya. Kenapa Ji Hoon sama sekali tidak mirip denganmu?"

"Itu karena... Lupakan. Aku tak mau membicarakan hal itu denganmu. Jadi, apa yang akan kaulakukan? Kau tak bisa terus tinggal disini."

"Aku tak punya pilihan lain."

"Kenapa? Kita harus melakukan sesuatu."

"Hah? Melakukan apa?"

"Kembali ke masa lalu."

"Apa?"


Hyun Jae siap berseluncur menuruni tangga dengan perlengkapan seluncur es. Tapi ia merasa tidak bisa, ia merasa bisa terluka.

"Kau bilang kau jatuh dari tangga dan bisa datang kesini. Kau mungkin bisa kembali saat kau melakukan hal yang sama."

"Ini sangat konyol."

"Konyol? Lalu, kau akan tetap disini saja?"

"Aku punya uang."

"Apa? Kau membawa uangmu?"

"Bukan begitu."

"Kalau begitu, pergi saja, berandal. Hanya itu yang terbaik untuk kita semua."


Hyun Jae anak kaik papan seluncurnya tapi ia berdiri lagi, ia harus berpamitan dengan mereka (Ji Hoon, Woo Seung dan Gwang Jae menyuruhnya langsung pergi saja.

"Aku ingin memakan kimbab segitiga lagi."

"Pergilah, ya?"

"Baiklah."


Hyun Jae sudah naik papan seluncurnya dan Gwang Jae siap mendorongnya tapi saat hitungan ketiga Hyun Jae mengangkat tangannya. Tunggu!

"Apa, apa?"

Hyun Jae mengeluarkan ponselnya, ia membersihkannya. Gwang Jae heran, ngapain Hyun jae membawa ponsel segala, toh Hyun Jae tidak bisa menggunakannya disana.


Gwang Jae tidak peduli, ia menyuruh Hyun Jae bersiap lagi. Namun lagi-lagi Hyun Jae memintanya menunggu saat hitungan ketiga.

"Apa sekarang? Apa? Apa?"

"Hei, apa ini tak berbahaya? Apa ini aman?"

"Tiga!" Lalu Gwang Jae mendorong Hyun Jae.


Gwang Jae menyusul kebawah, ia senang karena Hyun jae tidak ada, beranti berhasil kembali ke masa lalu. Tapi kemudian Hyun Jae keluar dari kolong mobil.

"Kau gagal. Sudah kubilang cara ini takkan berhasil. Aku hampir saja mati. Lihat? Tanganku tergores."


Gwang Jae memaksa Hyun Jae terus melakukannya sampai berkali-kali. Hyun Jae bahkan sampai mohon-mohon pada Gwang Jae supaya mau berhenti tapi Gwang Jae tetap saja memaksanya.


Sampai malam tiba, Gwang Jae tetap memaksa Hyun Jae melakukannya. Lalu tiba-tiba sebuah truk melindas papan luncur Hyun Jae hingga hancur.

Hyun Jae ngeri, ia tidak mau melakukannya lagi, tidak mau, tidak bisa!!


Mereka lalu minum bersama. Gwang Jae heran, dimana letak salahnya? Hyun Jae sendiri bilang begitu caranya bisa sampai kesana.

"Jujur saja, cara ini bukan cara yang tepat." Jawab Hyun Jae.

"Apa maksudmu?"

"Kau tahu. Aku akan menghilang dalam setahun. Siapa yang membuatku menghilang dan kenapa aku menghilang? Aku harus mencari tahu."

"Kenapa kau harus mencari tahu hal tersebut? Kupikir, ada pelaku..."

"Apa itu? Kau ingat sesuatu?"

"Pelakunya adalah kau."

"Hah?"

"Kau selalu memikirkan diri sendiri dan lari bila terjadi masalah."

"Kapan aku pernah lari?"

"Hei. Kau bilang kau akan ke kamar mandi dan meninggalkan acara itu. Apa yang terjadi setelahnya?"

"Aku lari."

"Song Mi Soo, orang yang terkena skandal denganmu. Apa yang kaulakukan saat Oppa-nya mengatakan akan membunuhmu?"

"Aku lari."

"Kau lari."


Sejujurnya Gwang Jae tak merasa aneh saat Hyun jae mnghilang. Hyun Jae memang orang yang tidak bisa diharapkan.

"Karena kita dulu berteman baik, aku akan mengizinkanmu tinggal diatas. Namun, hanya untuk sementara. Sebaiknya kau pergi dalam waktu dekat. Dan kuyakin kau akan melakukan ini. Pastikan orang di rumah tidak mengetahui kau adalah Hyun Jae. Terlebih lagi, jangan tampakkan dirimu didepan Bo He. Jika kau buat masalah lagi, aku takkan membiarkannya. Aku pamit."

Gwang Jae berhenti karena Hyun Jae menangis. Hyun Jae memandang Gwang Jae, ia rasa ponselnya rusak saat ia jatuh di tangga tadi.

"Kau benar-benar menghilangkan perhatian yang kuberikan padamu dulu. Aku pamit, bre*."

"Aih, baj* kasar itu."


Seorang kakek yang ada disana sejak tadi memukul Hyun Jae karena mengumpati Gwang Jae.

"Dasar anak kurang ajar. Walaupun dunia sudah sangat rusak, aku tak pernah menemukan seseorang yang lebih kurang ajar dari kau. Bagaimana kau bisa berbicara tidak formal dengan orang yang lebih tua?"

"Kakek, usia kita sama, tahu!"


Woo Seung perjalan pulang, ia melihat Ji Hoon di pinggir jalan, ia memanggilnya tapi Ji Hoon diam saja. AKhirnya ia mendekati Ji Hoon lalu menjepit lehernya.

"Hei kau! Apa kau marah dengan Noona? Kenapa kau begini sejak pagi?"

"Siapa kau?"

"Siapa lagi? Aku Noona-mu."


Namun tiba-tiba Ji Hoon datang dan bertanya sedang apa Woo Seung itu. Woo Seung sadar ia sudah salah orang, ia pun buru-buru melepaskan orang itu.


"Yang benar saja. Apa yang kaulakukan?!" Kesal orang itu yang ternyata adalah MJ.

Woo Seung minta maaf lalu menarik Ji Hoon untuk kabur. MJ menemukan catatan Woo Seung yang tidak sengaja dijatuhkan tadi.


Akhirnya manajer MJ datang. MJ menegur manajernya yang membiarkannya menunggu lama di jalan. Manajer MJ menanyakan soal buku catatan yang dipegang MJ, apa itu?

"Apa aku harus memberitahukannya padamu?"

"Tidak. Tidak perlu."


MJ tertawa melihat nama yang tertulis di buku catatan itu.

"Choi Woo Seung? Nama macam apa itu? Apa adiknya bernama "Joon Woo Seung (Pemenang kedua)"? Joon Woo Seung... lucu sekali. Aku akan menggunakan namanya."


Hyun Jae googling mengenai MJ, disana dikatakan bahwa MJ menulis lirik untuk lagu itu, bahkan memproduseri lagu itu. Lagu tersebut menyapu bersih tangga nada.

"Dia terlihat baik, namun dia benar-benar penipu. Young Jae adalah CEO labelnya? Tunggu. Jadi Young Jae, bre* itu..."


Woo Seung tiba-tiba mendatanginya, mengingatkan akan hutangnya yang harus dibayar besok. Woo Seung bahkan merinci semuanya, totalnya 168,520 won.


Setelah WOo Seung pergi, Hyun jae menirukan cara bicara Woo Seung tadi sambil melebarkan matanya. "Totalnya 168,520 won. Jangan lupakan janjimu!"


Sekretaris Young Jae akan pulang tapi Young Jae malah memberinya tugas tambahan.

"Berikan aku daftar pengunjung di kantorku selama seminggu ini."

"Apa? Semua pengunjung? Kenapa Anda terus memeriksa CCTV?"

"Aku hanya penasaran."

"Apa?"

"Kau tahu minimarket yang berada di perempatan itu? Yang berada di jalan utama."

"Ya."

"Cari tahu mengenai pegawai yang bekerja shift malam disana. Kurasa dia hanya pekerja paruh waktu biasa saja. Pokoknya cari tahu nama, umur, dan informasi dirinya."


Hyun Jae pergi ke bank bersama Woo Seung tapi ia tidak bisa mencairkan cek itu karena Bank Joohan sudah bangkrut dan tanggal depositnya juga sudah kadaluarsa.

"Bank Joohan bangkrut? Kenapa bisa? Bank itu memiliki banyak sekali cabang. Bahkan mereka punya cabang di luar negeri."

"Ya, tapi mereka bangkrut saat krisis moneter IMF."

Tapi Hyun Jae tidak mengerti apa itu IMF, apa I am F? Woo Seung melongo mendengarnya, hidup Hyun Jae itu yang "F".

"Jadi kau bertingkah seperti orang kaya dengan cek dari bank yang sudah bangkrut. Ini penipuan. Apa yang akan kaulakukan dengan uang itu?! Hah!!"


Hyun Jae menginjak-injak cek itu, semua itu hanya sampah sekarang. Woo Seung bertanya, sekarang Hyun Jae akan apa? Hyun Jae tak mengerti maksud Woo Seung.


Woo Seung lalu menunjukkan video janji Hyun Jae yang akan meninggalkan rumah atapjika tidak bisa membayar Woo Seung.

"Aku akan membayarmu kembali."

"Kapan? Bagaimana? Apa yang kaulakukan?"

"Aku akan membayarnya. Aku pasti akan membayar."

"Kenapa kau tidak bisa memercayai orang lain?"

"Aku percaya dengan orang lain, tapi tidak dengan uang."


Woo Seung lalu memaksa Hyun Jae merekam perjanjian baru.

"Aku, Da Bong... akan membayar utangku sebesar 168,250 won pada Choi Woo Seung. Jika aku tak bisa membayar utangku sebesar 168,250 won pada Choi Woo Seung. Aku berjanji... akan menjadi budak Choi Woo Seung. Aku akan melakukan apapun perkataannya."


Woo Seung menarik ikat pinggang Hyun Jae, sebaiknya Hyun Jae jangan lupa membayar hutangnya.

"Aku akan menjualmu di pasar gelap sebagai budak." Tegas Woo Seung.

"Kau sepertinya tak kenal aku."

"Diamlah. Aku tidak peduli kau siapa. Yang penting kau membayarku kembali. Mengerti, Da Bong?"

"Aku akan membayarmu. Kenapa kau begini?"


Drill membicarakan soal teman-teman yang debut sudah mengambil barang mereka dari loker, ia merasa sangat kalah.

"Bro. Aku tidak tahu apa aku bisa makan atau tidak."

"Bro, makanannya sudah ada dimulutmu, tahu."


Hye Ri tiba-tiba saja duduk disamping Ji Hoon dan meletakkan manannya, bertanya apa yang akan Ji Hoon lakukan sekarang? Baik Ji Hoon dan Drill terkejut melihat Hye Ri disana.

"Jadi, apa yang akan kaulakukan? Apa rencanamu kedepannya? Mereka sudah menentukan orang-orang yang akan debut. Mereka takkan mendebutkan boygrup dalam beberapa tahun kedepan. Kau sudah tua dan kau akan wajib militer. Banyak yang harus dipikirkan." Lanjut Hye Ri.

"Hah? Benar." Jawab Ji Hoon bingung.

"Jadi, apa kau mau berhenti?"

"Apa?"

"Kau mau berhenti?"

"Tidak, aku belum memikirkannya."

"Baguslah."

Hye Ri lalu meminta sosis Ji Hoon yang tidak dimakan. Ji Hoon heran karena Hye Ri hanya menatap makannya saja, tidak kunjung dimakan.

"Aku tak bisa memakannya, tapi aku merasa lebih baik." Jawab Hye Ri.


Drill mengirimi Ji Hoon pesan, "Bro, kau sekarang jadi teman baik Si Hebat Hye Ri?"

"Aku juga kaget."
Ketik Ji Hoon untuk membalas, tapi tiba-tiba Hye Ri bertanya, kenapa Ji Hoon kaget.

Ji Hoon melonjak kaget, Hye Ri malah tersenyum, lalu menyuruh Ji Hoon untuk lanjut makan saja, ia tidak akan melakukan apapun.

Driil bergumam: Aku takut. Sepertinya ususku bermasalah.

Ji Hoon membalasnya: Aku juga.


Hyun Jae masih penasaran dengan nomor yang masuk pada pager-nya, 22198. Ia mencarinya di internet tapi ponselnya mati kehabisan baterai.


Hyun Jae melihat laptop Ji Hoon di meja. Ia pernah melihat Ji Hoon memakainya, lalu ia mendekati laptop itu dan menyalakannya. Hyun Jae langsung membuka web browsernya.

Hyun Jae mencari namanya sendiri di internet. Ia menemukan sebuah fotum yang membahas pertanyaan-pertanyaan mengenai hilangnya dirinya. Hyun Jae mau bergabung tapi itu forum tertutup.

Untuk bergabung harus menjawab beberapa pertanyaan. Pertama, makanan yang tak bisa Yoo Hyun Jae makan. Hyun Jae mengetikkan tidak ada karena ia merasa bisa makan semua makanan, namun salah.Ia lalu mencoba satu persatu tapi salah semua.


Gwang jae dibawah sedang mengangkat barang-barang, Hyun Jae sengaja melemparinya kertas, Hyun Jae minta roti yang besar dan enak.


Bo Hee mendadak keluar, maka Gwang Jae cepat-cepat menyuruh Hyun Jae sembunyi. Gwang jae lalu menyuruh Bo Hee menggantikan pekerjaannya.


Gwang Jae naik ke atas membawakan roti pesanan Hyun Jae. Hyun jae sangat menyukai rasa roti itu, ia mminta Gwang Jae membawakan beberapa lagi nanti.

"Bayarlah kalau mau makan. Kau selalu mau gratisan." Gerutu Gwang Jae.

"Mungkin karena posisiku sekarang begini, tapi kenapa aku selalu lapar?"


Oh ya.. Hyun Jae sudah memikirkannya, ia rasa alasannya ada disana karena ini sudah takdirnya untuk mencari tahu alasan dibalik hilangnya dirinya. Ia sangat sukses jadi tidak ada alasan ia harus menghilang.

"Kau melakukan banyak hal tak masuk akal."

"Seperti apa? Oh ya. Apa kau masih berhubungan dengan Young Jae?"

"Aku sering bertemu dengannya."

"Dia sangat sukses."

"Sukses apanya? Dia hanya beruntung."

"Benar. Sejujurnya, kau bisa sesukses Young Jae. Kupikir Young Jae akan berakhir sepertimu. Namun, sepertinya nasib kalian seperti tertukar. HAHAHAH"

"Kau mau aku mengambil kembali makanan itu?"

"Omong-omong, aku ingin bertemu dengannya. Aku punya beberapa pertanyaan untuknya. Apa kau bisa melakukannya untukku?"

"Tidak. Sudah kubilang. Jangan buat masalah."

"Ayolah. Masalah apa? Dan juga, apa kau tahu makanan apa yang tak bisa kumakan?"

"Apa?"

"Makanan yang tak bisa kumakan."

"Kau yang seharusnya tahu. Bagaiamana aku bisa tahu?"

"Kau manajerku."

"Entahlah. Hei, jangan memanggilku untuk hal tidak penting seperti ini lagi. Aku sangat sibuk."

Ji Hoon datang, dari luar ia bertanya apa ada orang di dalam?


Mereka berdua panik, lalu sama-sama masuk ke dalam almari tapi keluar lagi.

"Hanya satu dari kita yang harus sembunyi." Kata Gwang Jae."

"Sembunyilah."

"Aku akan tetap disini."

Gwang Jae lalu menyuruh Hyun Jae masuk.


Tapi saat Ji Hoon masuk tidak ada siapa-siapa disana. Ji Hoon lalu tiduran di ranjangnya sambil main ponsel.


Ternyata Gwang Jae juga ikutan masuk.

Gwang jae: Hei, karenamu aku harus bersembunyi disini.

Hyun Jae: Ya, kau tidak perlu bersembunyi, tahu. Aku mau buang air kecil.

Gwang Jae: Tahan saja.

Hyun Jae: Mana bisa aku menahannya.

Gwang Jae: Ruangan ini seperti pemiliknya (Hyun Jae). Tidak membantu sama sekali. Jangan kemana-mana.


Lama-lama Ji Hoon tertidur, lalu mereka berdua keluar. Gwang Jae memandangi Ji Hoon yang tertidur, baru ia keluar kamar Ji Joon.
>

1 komentar:

avatar

Wuahh ternyata ji hoon anak nya hyun jae sama boo hee ya.. Makin seru..ditunggu ep selanjutnya mba...semangat


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search