-->

Sinopsis The Best Hit Episode 1

- Juni 04, 2017
>
Sinopsis The Best Hit Episode 1

Sumber Gambar: KBS2


Tubuh Lee Ji Hoon (Kim Min Jae) dipenuhi dengan luka cakaran, ada di dada, perut dan wajahnya. Ia bernarasi menggunakan bahasa China.

Aku telah memikirkan hal terhebat dalam hidupku. 23 tahun. Semua yang kukira akan berjalan lanca ternyata tidak seperti yang kuharapkan. Aku masih tidak yakin akan kemana dan apa yang harus kulakukan.

Ji Hoon berdiri di depan puluhan cermin, lalu sosok bertopeng muncul,

Dunia penuh dengan percobaan, dan aku akan menghadapinya sendiri. Apakah aku akan mendapatkan hal terhebat itu? Di waktu krusial seperti ini, apa aku bisa mengepalkan tanganku?



Ji Hoon meninju sosok bertopeng itu, tapi nyatanya cuma cermin yang ia tinju.


Sosok bertopeng itu hendak menyerangnya balik, tapi kemudian seseorang melindunginya. Dia adalah Yoo Hyun Jae (Yoon Shi Yoon).

 
(1993, Seoul)

Ji Hoon kali ini menjelaskannya dengan bahasa korea.

Ini adalah era perkembangan dan harapan. Pemuda penuh dengan kepercayaan diri. Masa lalu adalah masa lalu, sesuatu yang akan berhenti. Hal yang indah ada dimasa depan.
Tahun itu adalah masa Yoon Hyun Jae dari J2. J2 muncul dan mendominasi industri musik. Yoo Hyun Jae menulis lagu itu sendiri, melakukan koreografinya, dan mendesain kostumnya sendiri.

J2 bahkan menempati posisi pertama dalam acara "Tangga Lagu 10 Besar", minggu pertama Mei 1993. Mereka mengalahkan Seo Taiji and Boys.


Tapi kemudian Yoo Hyun Jae dari J2 terjerat skandal dengan Hong Bo Hee (Yoon Son Ha), sang peri.


Yoo Hyun Jae mengumumkan bahwa J2 akan bubar dan membuat para fans terkejut. Agensi J2, World Entertainment, belum mengonfirmasi mengenai masalah itu. Petinggi World Entertainment adalah Lee Gwang Jae (Cha Tae Hyun) dan Lee Soon Tae (Lee Deok Hwa).


Yoon Hyun Jae mendadak menghilang saat tengah berada di studio untuk menyelesaikan album barunya. Setelah sebulan, mobil Hyun Jae ditemukan di dekat danau Paju. Polisi sedang menyelidiki kemungkinan Hyun Jae tenggelam. Kepolisian melakukan pencarian secara menyeluruh di area danau.


Para fans Hyun Jae, mengirimkan bunga dan foto-foto Hyun Jae dibekas letak mobil Hyun Jae.

Setelah semuanya berdebu, Bo Hee datang membawa bunga kesana.

Seperti itu, Yoon Hyun Jae menghilang bersama dengan tahun era 90-an.

 
(2017, Seoul)

Keluarga Ji Hoon akan mengambil foto bersama. Ada Soon Tae, Bo Hee dan satu anak kecil. Fotografer berkomentar kalau semuanya tampan dan cantik, fotonya pasti akan bagus juga.

"Tentu saja fotonya harus bagus."Jawab Soon Tae.


Sementara itu, Gwang Jae diluar sedang menelfon seseorang untuk minta bantuan, sepertinya ia terlilit hutang. Gedung agensinya akan dilelang.


Tanpa ia sadari Bo hee melihatnya dari belakang, Bo Hee memanggilnya untuk masuk. Gwang Jae pura-pura bicara dengan teman lama untuk mengajak minum.


Fotografer meminta Soon Tae untuk mendekat pada menantunya (Bo Hee).

"Dia bukan anak mantu."

"Kalau begitu sedikit mendekat ke putri Anda..."

"Dia bukan puteriku."

"Baiklah."

Fotografer menyerah, ia meminta Bo Hee saja untuk mendekat pada suaminya (Gwang Jae). Keduanya menggeleng, menjelaskan bahwa mereka bukan pasangansuami isteri.

"Pangeran kecil, bisakah kau sedikit mendekat ke Ayahmu?"

"Bukan." Jawab anak kecil itu.

"Bukankah beliau Ayahmu?"

"Aku bukan pangeran. Aku putri, tahu."

"Aigoo, putri. Maaf. Silahkan mendekat ke Ayahmu."

"Dia bukan Ayahku."


Fotografer mulai kesal, ia meminta Ji Hoon, "Kalau begitu Puteranya... Pasti bukan puteranya..."

"Aku puteranya." Jawab Ji Hoon. Bo Hee dan Gwang Jae sama-sama mengakui bahwa Ji Hoon putera mereka.

"Apa kau sedang melakukan sensus? Cepat dan ambil fotonya." Tegur Soon Tae.

"Baiklah. Jangan bergerak. Tersenyumlah. Semuanya tersenyum. 1, 2, 3."


Gwang Jae mengantar semua kembali kerumah. Ji Hoon juga turun tapi Gwang Tae memaksa untuk mengantarnya.


Mobil yang dikendarai Gwang Tae itu mobil perusahaannya, ia mengorbitkan dua orang penyanyi yang ia beri nama ang Peri, Helter dan Skelter.


Gwang Jae membicarakan soal belajar pada Ji Hoon, ia tahu ppasti sangat sulit. Tapi Helter dan Skelter selalu meginterupsi mereka, mereka mengingatkan kalau janjian mereka jam 2 nanti bisa terlambat. Gwang jae menenangkan, tidak akan terlambat santai saja.

"Belok kiri, ya?" Tanya Gwang Jae santai.

"Sudah terlambat. Lebih baik kita berputar..." Jawab Ji Hoon.

"Belum terlambat, kok." Gwang Jae masih santai.


Tapi kemudian ia mengebut bahkan saat belok jadi semuanya di dalam mobil berantakan tapi anehnya, Gwang Jae masih saja tetap tenang.


Seorang tutor di Noryangjin menjelaskan "Kita menderita karena kita muda", "Kau akan menjadi dewasa lewat kesulitanmu", "No pain, no gain". Sayangnya tak ada satupun murid yang tertarik dengan penjelasannya itu, semua bengong.


Tapi ada seorang siswa yang menangis mendengar penjelasannya, dia adalah Choi Woo Seung (Lee Se Young). Tutor itu menanyakan nama Woo Seung.

"Lee.. Ji Hoon."

"Ji Hoon. Apa aku menginspirasi? Apa kau menangis karenaku?"

"Tidak."

"Tidak? Lalu kenapa kau menangis?"

"Kantung air mataku bocor. Aku menangis setiap saat."

"Kau tak merasa terinspirasi?"

"Ini penyakit."

HAHAHAHA...


Ji Hoon menyapa Woo Seung, "Hei, Lee Ji Hoon palsu."

Woo Seung membalasnya, "Hei. Lee Ji Hoon asli! Buat apa kau kesini?"


Ji Hoon membelikan Woo Seung kopi, mereka lalu bicara sambil minum kopi itu dan sambil jalan. Woo Seung bertanya lagi, kenapa Ji Hoon disana?

"Kau senang bertemu denganku?"

"Senang? Aku Ji Hoon. Muncul tiba-tiba disini tidak diperbolehkan. Datanglah saat makan siang, aku akan mentraktirmu."

"Jangan begitu. Kau meminjam namaku agar bisa ikut les."

"Hei, tapi itu tidak gratis. Aku membayarmu."

"Tidak seberapa juga padahal."

"Salah siapa aku hidup begini? Apa aku perlu melapor pada Ayahmu kalau kau ikut kelas menari?"


Kaki Woo Seung salah berpijak, hingga ia hampir jatuh, untung Ji Hoon sigap memeganginya. Bukannya khawatir akan dirinya sendiri, Woo Seung malah lebih peduli pada kopinya yang tadi hampir tumpah. Ji Hoon tak menyangka mendengarnya.


Ji Hoon bertanya, apa Woo Seung rasa bisa lolos kali ini. Woo Seung sangat yakin, jika ia gagal lagi, ia rasanya harus loncat dari sebuah tempat.

"Jangan bicara sembarangan." tegur Ji Hoon.

"Begitulah kehidupanku. Melihat bagaimana aku selalu gagal, aku mulai mempertanyakan takdirku."


"Ujian kali ini..." Ji Hoon terhenti saat menatap Woo Seung, ternyata Woo Seung mengeluarkan airmata.

Woo Seung mengusap airmatanya, "Oh, lagi. Dokter mengatakan dimataku ada penyakit. Kantung air mataku bocor. Aku harus dioperasi, tapi tak ada waktu."

"Benar-benar."

"Aku pamit dulu. Aku ingin mengantarmu, tapi aku tidak bisa."

"Aku takkan mau juga diantar olehmu. Bagaimana pacarmu?"

"Dia baik-baik saja. Sampai jumpa."


Ji Hoon menatap kepergian Woo Seung. Ia mengetikkan pesan, "Ayo makan siang lain kali."


Woo Seung menerima sebah pesan, tapi cuma penawaran pinjaman uang. Jadi, Ji Hoon tidak mengirim pesannya.

Woo Seung sekalian melihat pesannya untuk pacaranya, tapi belum juga dibaca.


Ji Hoon melewati gedung agensi Gwang Jae, tapi ia seperti sembunyi-sembunyi gitu lalu masuk sebuah gang kecil.

Ayahku bekerja serabutan dan tidak diupah bulanan. Jadi, dia merasa pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang diupah perbulan. Namun, mimpiku bukanlah sesuatu yang akan diupah perbulan.


Setelah sampai di tempat yang aman, Ji Hoon mengeluaran masker dan jaket dari tasnya dengan kerena, lalu ia memakainya.

Aku seorang trainee, yang akan segera debut.


Ji Hoon menuju Star Punch Entertainment. Ia masuk lewat pintu belakang, tapi ternyata disana ada tiga siswa SMA yang mencegatnya.

"Hei! Aku bolos sekolah dan datang jauh-jauh kesini dari Busan untuk menemui Oppa. Aku fans berat Oppa. Perlihatkan wajah Oppa." Jelas salah satu siswa (Cameo oleh Kim Seok).


Ji Hoon bilang kalau ia bukan MJ, tapi mereka tidak peduli, Seok malah membuka paksa masker Ji Hoon.

"Siapa dia? Dia bukan MJ Oppa."

"Sudah kubilang aku bukan dia." Lalu Ji Hoon cepat-cepat masuk ke dalam.

"Aish. Sialan. Apa dia pikir dia selebriti? Kenapa dia pake masker juga? Benar-benar sial."


Star Punch Entertainment memilikibanyak artis, dan ada poster J2 juga yang terpajang disana. Ji Hoon hampir saja terlambat. DIsana ia memiliki teman baik namanya MC Drill (Dong Hyun Bae), orangnya lebay banget berisik pula.

"Kenapa kau tak mengatakan saja pada mereka? Ayahmu manajer disini. Mereka akan mengerti."

"Sudah kubilang. Aku memberitahunya mengenai label yang ingin merekrutku dan mereka menghilang."

"Benar. Saat dia marah, dia bisa meledak-ledak."


Gwang Jae sedang mengangkut barang-barang sambil telfonan, ia kesal karena mereka membatalkan acara epihak padahal ia sudah mengosongkan jadwal untuk acara itu.

"Pokoknya aku akan kesana hari Rabu jam 2 siang. Jadi, bersiaplah." Lalu Gwang Jae menutup telfon.


Bo Hee yang ada di belakangnya bertanya, Ada apa? Acaranya dibatalkan?

"Ini acara tahunan. Tidak mungkin dibatalkan. Mereka pasti mencari orang lain, dan mendapatkan yang lebih murah dari Helter-Skelter."

"Tapi, mereka tetap mengatakan acaranya dibatalkan. Kau akan bagaimana?"

"Tidak dibatalkan."


Gwang Tae lalu merebut buku yang dibawa Bo Hee, itu berat tahu, ia tidak pernah meminta Bo Hee untuk membantunya.

"Sepertinya pihak bank menghubungimu. Apa serius?" Tanya Bo Hee mengalihkan pembicaraan.

"Bukan apa-apa."

"Apa itu masalah pinjaman untuk gedung? Jika hal itu tak terjadi pada Hyun Jae..."

"Kenapa kau membawa namanya?! Lupakan. 20 tahun sudah berlalu."

"Aku hanya mengatakannya saja. Ah, benar. Apa kau bisa memakukan paku disana? Aku ingin menggantung foto keluarga."


Gwang Jae segera melakukannya, memasang paku. Tapi ia kesal kenapa juga Hyun Jae diungkit-ungkit. Gwang Jae melihat wajah Hyun Jae di paku, jadilah ia makin semangat memalunya.


Di dalam ruang belajar, sebuah alaram berbunyi, semua kesal termasuk Woo Seung. Tapi ia baru sadar kalau itu alaram ponselnya untuk kerja Part-time.


Woo Seung buru-buru berlari ke tempat kerjanya, bahkan ia berlari sambil makan dan membaca. Karena satu senggolan dengan pejalan kaki yang lain, kimbab Woo Seung melayang.

Woo Seung tidak rela, ia meloncat setinggi mungkin untuk menangkap kimbab itu. Lucunya ia berhasil menangkap Kimbab dengan mulutnya.


Woo Seung bekerja di tempat karaoe, sebagai penjaga dan tukang bersih-bersih. Kali ini ia terlambat seperti hari-hari sebelumnya. Pemilik sudah tidak heran dan langsung menyuruhnya membersihkan ruangan karaoke yang habis dipakai.


MC Drill tidur di rumah Ji Hoon dan ia mengorok, kera pula.


Gwang Jae membangunkan Ji Hoon karena bisaterlambat, ia masuk ke dalam sambil membawa keranjang pakaian kotor. Tapi MC Dril kemana??

"Omong-omong, sejak kapan kau mendengkur?" Tanya Gwang Jae.

"Apa? Yah, itu... kadang-kadang..."


Pintu almarinya terbuka. Ji Hoon cepat-cepat bangun dan menutupnya kembali, ia tidak ingin ayahnya melihat.

"Ayah.

"Apa? Apa yang kaulakukan?"

"Maaf karena aku mendengkur."

"Tidak apa. Turunlah."

"Aku akan segera turun."


MC Drill ternyata ngumpet di dalam almari dan ia terjatuh saat pintu Almari terbuka. Ji Hoon memintanya untuk segera sadar.

"Aku mimpi buruk. Aku jatuh dari sebuah tempat."

"Itu bukan mimpi. Kau memang baru saja jatuh."

"Daebak. Aku semakin takut. Bagaimana kalau aku gagal debut kali ini?"

"Kau bilang gagal debut itu tidak apa-apa."

"Kau jangan sampai gagal."


Woo Seung punya kebiasaan aneh, ia tidur di dalam kardus. Teman sekamar Woo Seung adalah perwira polisi, ia sudah membayar tagihan bulan ini, ia meminta Woo Seung mengirimkan sisa tagihannya nanti.

"Kenapa? Kita bisa membayarnya bersama. Aku tidak enak karena tidak membayar cukup uang sewanya."

"Tidak apa. Aku tahu kau tidak punya banyak uang."

"Terima kasih atas semuanya."

"Tak apa. Kita ini teman."


Woo Seung tak sengaja menghabiskan semua roti mereka, temannya agak gimana gitu soalnya tidap pagi ia mesti sarapan dan Woo Seung tahu betul itu. Woo Seung merasa bersalah, ia akan membuatkan nasi goreng tapi temannya menolak karena ia sudah terlambat.

"Kalau begitu, telur goreng saja." Kata si teman.

"Apa? Telur goreng?"

"Bukankah kau mau mencuci sprei? Kamar mandi juga. Kita bersihkan saja rumah ini. Apa kau bisa mencucikannya juga?"

"Ah, tentu."


Sebelum berangkat, Gwang Jae memberi Ji Hoon jusa pir yang baik untuk rhinitis. Ji Hoon tak enak, harusnya ayahnya tak perlu repot-repot begitu.

"Belajar membutuhkan banyak energi. Kau tak bisa belajar dengan baik karena kurang tidur."

"Baiklah."

"Ayah tahu ini sulit, tapi bertahanlah. Tidak ada yang lebih baik daripada menjadi PNS saat ini. Kau diupah perbulan. Lalu kau akan dapat pensiunan saat pensiun nanti."

Bo Hee menyelamatkan Ji Hoon dari ceramah pagi Gwang Jae, Bo Hee menyuruh Ji Hoon cepat benrangkat takutnya akan terlambat.


Gwang Jae menatap kepergian Ji Hoon sambil berkata, "Lihat dia, dia semakin mirip denganku."

Bo Hee sama sekali tidak setuju, Ji Hoon-nya tidak mungkin mirip dengan Gwang Jae.

"Yah, dia punya sesuatu yang mirip denganku." Jawab Gwang Jae.


Ji Hoon kembali masuk ke gang kecil. Ia hendak mengeluarkan jaketnya dengan keren seperti biasa tapi malah semua yang ada di tasnya keluar,ada kolor, masker, bebek karet dan minyak angin. HHHHH,


Kali ini Ji Hoon kembali dicegat oleh tiga orang siswa SMA penggemar MJ. Kali ini Ji Hoon membuka maskernya duluan.

"Dia Oppa palsu. Kita selalu dibuat bingung. Ayo pergi, sialan." Ajak Seok.


Ji Hoon juga kesal dibilang begitu, lalu tiba-tiba MC Drill datang mengagetkannya. Ji Hoon makin kesal apalagi MC Drill ikut-ikutan memanggilnya Oppa palsu.


MC Drill sedang melakukan live streaming di internet untuk mempersiapkan diri tampil di variety shows nanti. Ia bahkan meminta Ji Hoon untuk memperkenalkan diri.

Usai memperkenalkan diri Ji Hoon bertanya, "Berapa banyak yang menontonnya?"

"Tunggu. Jumlah penontonnya... nol."

"Yang benar saja!", Ji Hoon menoyor kepala MC Drill.


Mereka latihan dance dan Ji Hoon banyak mendapatkan teguran dari pelatih.


Saat diberi waktu istirahat, MC Drill kembali melakukan live streaming,

"Kalian lihat keringat ini? Jika kita mengumpulkannya, Kenapa kalian menari untuk hari ini? Musik adalah satu-satunya 'narkoba' yang diperbolehkan di negara kita."


Ada dua anak baru, merek masih SD, satu kelas 5 dan satu kelas 6.

"Apa mereka tidak terlalu muda?" Gumam Ji Hoon.

"Benar. Apa yang akan mereka lakukan dengan anak-anak itu? Maksudku, seberapa hebat mereka bisa menari?"


Tapi saat kedua anak itu mulai nge-dance, Ji Hoon dan MC Drill menganga lebar, tak menyangka dengan kemampuan anak SD itu.


Bo Hee sedang melamun di depan toko, ia bahkan tidak sadar saat dipamiti oleh Gwang Jae.


Gwang Jae akhirnya mendekat, bertanya apa yang sedang Bo Hee lamunkan.

"Aku? Oh. Mengenai comeback, aku sudah memikirkannya..."

"Comeback?"

"Terakhir kali, comeback itu tapi aku tak melakukan apapun."

Dua anak asus Gwang Jae ikutan bicara, menyinggung soal cemeback Bo Hee dalam acara menangkap ikan teri di pagi hari, juga acara khusus untuk penggalangan dana.

"Berkat Eonnie, Sajangnim mengeluarkan 500.000 won untuk membantu orang yang membutuhkan. Kita disana sebagai penari latar yang hanya mengenakan gaun pendek saat musim dingin. Kita berdiri selama 4 jam."

Gwang Jae menjejalkan roti ke mulut mereka supaya diam.


Gwaang Jae bertanya apa rencana Bo Hee.

"Baiklah, begini. Kau tahu acara dimana mempertemukan Soo Ji Eonnie dan Gook Jin Oppa? Sepertinya, acara itu banyak mengundang artis-artis lama, dan tampil di acara itu bisa membuat popularitasku menanjak lagi."

"Ah, maksudmu acara "Burnt Youth"?"

Anak asuh Gwang Jae nyolot lagi, "Eonnie tak tahu rupanya... kalau acara itu benar-benar populer. Eonnie takkan bisa tampil disana."

Tapi Gwang Jae setuju, ia akan cari tahu dulu. Bo Hee sangat senang mendengarnya.


Ji Hoon membicarakan soal Soo Jin Hyung, sudah lama ia tak melihatnya. MC Drill menjawabnya dengan nge-rap.

"Ini cerita sedih dari Soo Jin, Daripada melakukan debut, Dia pergi wajib militer. Daripada jadi penyanyi, Dia menjadi tentara. Dia akan bekerja di pangkalan militer, bukannya di ruang latihan. Daripada mengucapkan "Say Ho", Dia akan meneriakkan nomornya. Apa yang dia inginkan sekarang bukanlah piala kemenangan, Dia hanya mau makan Choco Pie"

Ji Hoon tak percaya Soo Jin pergi wamil tanpa bicara apapun pada mereka. MC Driil menjelaskan, dia pergi wajib militer setelah 5 tahun jadi trainee.

"Jika kau jadi dia, kau akan pamitan?" Tanya MC Drill.


Soo Jin tiba-tiba merangkul mereka berdua dari belakang lalu mengajak mereka naik ke atap.


Soo Jin menunjukkan rambut cepaknya, "Kau selalu bilang kita ini sudah tua dan kuno. Bagaimana rasanya jadi yang tertua?" tanya Soo Jin pada Ji Hoon.

"Rasanya sama saja."

"Kira-kira kemana semua waktu berlalu?"

"Apa? Ya. Apa Hyung akan kembali setelah wajib militer?"

"Mereka mengeluarkanku. Saat aku selesai wajib militer, umurku semakin tua. Omong-omong, kenapa kau mau jadi artis?"

"Ya, karena.."

"Kau, 'kan, mahasiswa SNU (Seoul National University). Kau bisa melakukan hal lain. Hei, jika kau merasa disini bukan tempatmu, menyerah saja. Jika kau hanya duduk seharian, kau akan jadi sepertiku. Selama ini aku melihatmu sebagai anak yang baik. Apa yang mereka katakan? Ah, benar. Kau terlihat sangat baik."

"Sangat baik?"

"Kau terlihat begitu. Industri seperti ini butuh seseorang yang terlihat 'gila'. Setelah kupikir-pikir, aku jadi trainee sejak umur 18 dan melakukan yang terbaik selama 5 tahun. Namun, aku sadar kerja keras bukanlah intinya. Maksudku, semuanya melakukan yang terbaik, bukan? Bakatlah yang diperhitungkan. Kau akan menyesal karena sudah menyerah, namun itu belum cukup untuk sukses. Rasanya seperti 'keracunan'."


Sementara Soo Jin ngomong serius, eh MC Drill malah enak-enakan memutar agu sedih, katanya untuk musik latar nasehat Soo Jin.

Soo Jin kesal dan menghukum MC Drill, sementara Ji Hoon memikirkan kata-kata Soo Jin tadi.


Gwang Jae menemui sutradara Park acara yang diinginkan Bo Hee. Ia memohon bantuan kali ini saja.

"Aku tak tahu apa maksudmu dengan 'hanya kita berdua', tetap saja aku tak bisa mempekerjakan artis yang sudah tak terkenal sepertinya."

"Aku bukan hanya meminta tolong. Dia Hong Bo Hee, sang peri."

"Dia Sang Peri puluhan tahun lalu. Dia sudah jadi nenek-nenek sekarang."

"Ayolah, Sutradara Park."


Gwang Jae mengungkit masa lalu mereka. Saat putera Sutradara Park,  Beom Sik lahir, Sutradara Park tak bisa menemuinya karena ada acara live. Ia membawa isteri Sutradara ke rumah sakit saat tengah malam, dan dia menarik rambutnya saat dia menunggu waktu kelahiran.

"Lihatlah, rambutku tidak tumbuh lagi sejak saat itu. Dan saat Yoo Na lahir, isterimu ingin makan rasberi saat musim dingin. Bagaimana bisa kita menemukan rasberi saat musim dingin? Aku mencari ke seluruh pelosok negara untuk mencari rasberi."

"Hei, hentikan."

"Itulah mengapa aku meminta bantuanmu."

"Aku juga ingin meminta bantuanmu. Aku juga ingin membantumu, Lee Daepyo. Hong Bo Hee? Dia tidak bisa jadi bintang tamunya."

"Kenapa?"

"Kau tidak tahu? Semua orang membenci Bo Hee. Semua orang membicarakannya saat dia terlibat skandal dengan Hyun Jae. Kau tahu itu. Popularitas akan hilang namun kebencian akan terus ada. Lupakan itu. Jika kau mau dia di acaraku, kau harus menemukan Hyun Jae yang hilang 20 tahun lalu. Dan aku akan membuatkan acara khusus untuk mereka."


Gwang Jae kesal, ia meminum sendiri minuman yang ditolak Sutradara Park tadi.


Gwang Jae bertemu seorang Noona (Hwa Jung) kenalannya. Kebetulan Hwa Jung itu adalah seorang penyiar radio, jadi ia meminta bantuannya saja.


Gwang Jae langsung menghubungi Bo Hee untuk tampil di acara radio itu. Sebenarnya Bo Hee agak keberatan karena ini acara comeback nya, ia ingin menunjukkan wajahnya daripada suaranya.

"Kau ingat Yoon Jeong Han PD? Dia dulu asisten produser termuda. Sekarang dia jadi Kepala Departemen Radio. Dia mau kau membantunya. Jadi, bantu dia, ya?" Bujuk Gwang Jae.

"Begitukah?"


Woo Seung tak bisa belajar karena ada pelanggan yang menyanyi lagu rock. Lalu tiba-tiba seorang melapor padanya kalau ada perkelahian.


Mereka berdua berkelahi karena panggilan yang tidak sopan. Sebenarnya mereka adalah Senior dan Junior.


Woo Seung masuk untuk meminta mereka berhenti. Salah satu akan memukul yang lain, Woo Seung menghentikannya.

"Hentikan. Saat Ahjussi memukulnya, Ahjussi melanggar UU KUHP Pasal 257. "Melukai orang lain akan dipidana dengan kurungan penjara 7 tahun dan denda 10 juta won". Jika Ahjussi adalah orang yang kaya raya dan punya banyak waktu luang, silahkan pukul dia."

Mereka akan membalik meja karena kesal, tapi Woo Seung kembali menghentikan mereka.

"Ahjussi boleh menghancurkan itu. Menurut UU KUHP 366, Ahjussi bisa dipidana dengan kurungan penjara selama 3 tahun dan denda 7 juta won. Dan tentu saja, kalian akan membayarnya secara terpisah. Kalian pasti tidak bisa melakukannya, kan?"


Orang yang tadi melapor memuji Woo Seung, apakah Woo Seung seorang mahasiswi hukum, karena kelihatannya Woo Seung tahu segalanya.

"Bukan itu, tapi mahasiswa CPNS."

"Apa? Apa itu?"


"Mahasiswa yang sedang menempuh ujian masuk PNS." Jawab Ji Hoon yang baru datang. Ji Hoon sengaja datang untuk mengajak Woo Seung makan udon.


Woo Seung masih saja belajar saat di warung udon. Ji Hoon bertanya, Apa Woo Seung memikirkan hal yang sama?

"Memikirkan apa?"

"Begini... Apa aku tak menarik? Jujurlah. Benar-benar tak menarik? Sama sekali tidak? Bahkan satu persenpun?"


Woo Seung bingung mau menjawabnya, Apa ia harus rasional? Atau emosional? Otak kirinya yang jahat dan otak kanannya yang baik sedang berkelahi.

"Sudah kupikirkan. Sama sekali tidak. Kau tidak menarik. Sorry."

"Jangan bercanda. Aku serius."

"Kau tak begitu menarik. Aku juga serius."

"Kenapa tidak?"

"Tidak ada alasannya. Kau tidak menarik sama sekali. Itu saja."

"Cham.. Kau pikir kau menarik? Kau bahkan tidak sebaik wanita lain. Dan tubuhmu juga..."


Woo Seung memukul kepala Ji Hoon dengan sendok untuk menghentikannya. Lalu ahjumma datang membawakan udon.

"Aigoo, berhenti berkelahi dan makanlah udon kalian."


Mereka berdua balapan makan. Ji Hoon kepanasan sampai harus menempel lidahnya dengan acar. Tapi tidak dengan Woo Seung yang bisa menghabiskan udon itu dalam hitungan detik.

"Kau benar-benar menyebalkan. Padahal udonnya sangat panas."

"Hidupku lebih 'panas' dari udon ini. Udon ini bukan apa-apa."


Woo Seung mendapat telfon dari "Si Perusak Mood". Tapi ia tidak mengangkatnya dan membuat Ji Hoon bertanya.

"Jika aku mengangkatnya, aku bisa hancur." Jawab Woo Seung.

"Hancur?"

"Mood-ku."


Tapi kemudian Woo Seung tetap mengangkat telfon itu agak menjauh.

"Hey, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Woo Seung.

"Puteriku, Ibu putus dengannya."

"Kerja bagus, Ibu."
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search