Sinopsis Suspicious Partner Episode 1
Sumber Gambar dan Konten dari SBS
Seorang wanita pertanya, ia hanya perlu menulis seperti surat lamaran, kan? Ia sering membacanya, tapi ini pertama kalinya ia menulis. Lalu ia mulai menulis
Saat aku masih kecil, aku...
-=Episode 1 --
Harapan untuk Masa Depan=-
Suatu pagi, Eun Bong Hee naik Subway dengan terburu-buru, ia menelfon seseorang sambil berjalan masuk.
Sementara itu, Noh Jin Wook yang sudah duluan masuk hendak duduk tapi selalu diserobot orang, akhirnya ia berdiri disamping Bong Hee.
Ada seorang Ahjussi disamping Bong Hee menyentuh pantatnya. Bong Hee curiganya pada Jin Wook, tapi ia hanya melihatnya saja walaupun sudah disentuh dua kali. Lalu tiba-tiba kereta berguncang dan Jin Wook tak sengaja menyenggol Bong Hee, ia pun minta maaf.
"Itu kau, bukan?"
"Maaf?"
"Jika aku naik kereta bawah tanah 10 kali, aku bertemu orang sepertimu setidaknya sekali. Senang bertemu denganmu."
"Kau bicara denganku? Apa kau kenal aku?"
"Ya, sangat kenal. Aku punya trauma karena orang mesum sepertimu."
Semua penumpang mulai ribut karena suara Bong hee yang terakhir agak keras. Jin Wook memastikan, Bong Hee tidak memanggilnya orang mesum kan? Bong Hee mangangguk, malah menambahi 'orang mesum yang mabuk'.
Jin Wook bingung, kenapa Bong Hee begitu padanya. Bong Hee menjelaskan kalau barusan Jin Wook menyentuh pantatnya dengan sangat menjijikkan. Jin Wook mengelak hal itu denganpertanyaan , kenapa juga ia menyentuh pantat Bong Hee?
Bong Hee membaliknya, itu juga yang ingin ia tanyakan pada Jin Wook, kenapa menyentuh pantat orang lain?
"Aku tidak menyentuhnya! Aku tidak menyentuhnya, sumpah. Maksudku, kenapa kau pikir aku melakukan itu--"
"Kau pikir ini pertama kalinya aku melihat orang mesum dengan jas? Siapa yang kau coba bohongi? Mataku tajam untuk hal seperti ini."
"Wow, kau menghayal. Hey--"
"Ini adalah tindakan kekerasan seksual di bawah pasal 13 untuk pelecehan publik. Dan kau bisa dapat hukuman setahun atau denda 3 juta won."
"Bukan pasal 13, pasal 11. Mari kita luruskan masalah ini."
"Lihat, lihat. Kau ketahuan. Kau sering melakukannya, kan?"
"Maaf, tadinya aku tak akan memberitahumu siapa aku--"
"Kenapa kau melakukan ini? Apa itu menyenangkan menyentuh pantat seorang wanita?"
"Kapan aku menyentuh--"
"Apa menyenangkan telanjang di depan umum? Pakai celana dalammu."
"Aku tidak melepasnya!"
"Kenapa kau pergi ke hotel dengan gadis lain ketika kau punya pacar?"
"Hotel apanya?"
"Kenapa kau lakukan ini?"
"Kenapa kau melakukan ini padaku?"
Bong Hee menoleh pada Ahjussi tadi, ia menyuruhnya untuk melaporkan Jin Wook ke petugas keamanan. Ahjussi tadi pun pura-pura marah dan siap melapor, sementara Bong Hee turun.
Jin Wook menyadari kalau ia juga harus turun. Ia menuju pintu keluar tapi Bong Hee menghalanginya, jadi ia terpaksa harus melanjutkan perjalanan ke stasiun berikutnya.
Bong Hee berjalan sebentar lalu berhenti.
Karena orang mesum di kereta bawah tanah, aku lupa kenapa aku datang ke sini. Aku menerima pesan dari anonim 1 jam sebelumnya.
Bong Hee datang ke alamat yang dikirim anonim itu. Ia yakin itu cuma lelucon. Tapi karena ia sudah tahu itu, tak ada salahnya masuk ke dalam. Dan disana ia melihat seorang pria sedang berangkulan dengan seorang wanita. Bong Hee mengenali pria itu.
Pria itu meminta wabita yang dirangkulnya menunggu lalu ia mendekati Bong Hee. Dia adalah pacar Bong Hee.
Kebetulan, Jin Wook juga datang ke hotel yang sama menemui kenalannya. Jin Wook datang terlambat, kenalannya mengira macetnya parah. Jin Woo menyarankan, jam-jam segitu jangan naik Subway line 6karena bisa bertemu wanita gila.
"Wanita gila?"
"Dia benar-benar gila. Aku dibuat jadi pemabuk berkat dia."
"Pemabuk? Siapa?"
"Aku."
"Aku tidak tahu kau begitu."
"Aku disalahkan karena wanita itu."
"Bagaimana itu terjadi?"
"Aku tidak tahu. Dia bilang punya mata yang tajam untuk pemabuk."
"Dia?"
"Kenapa dia begitu padaku?"
Tuan itu tidak tahu, ia menyuruh Jin Wook minum saja.
Bong Hee meminta pacarnya itu menjelaskan apa yang terjadi padanya. Pacarnya menjawab tidak ada yang perlu dijelaskan. Bong Hee mengoreksi, ia melihat acarnya bersama wanita lain di hitel, apa itu tak perlu dijelaskan?
"Itu tak seperti yang kau kira."
"Lalu apa itu?"
"Yang penting adalah, aku masih sangat mencintaimu. Aku mungkin membuat kesalahan, tapi perasaanku padamu tidak berubah. Itulah yang penting."
"Berapa kali? Sudah berapa kali kau begini sebelumnya? Kau takkan percaya bahwa ini yang pertama kalinya, tapi kau akan terluka jika aku bilang aku sudah melakukannya sebelumnya. Jadi kenapa kau bertanya begitu?"
Bong Hee tak bisa berkata apa-apa mendengarnya.
Sebenarnya, aku sudah tahu ada sesuatu yang aneh. Balasan darinya jadi lebih dan lebih lama. Tiba-tiba aku mulai merasakan sesuatu yang berbeda dari mobilnya. Dan tanggapanmu jadi lebih telat dan telat. Aku tahu kau sudah berubah, kau memiliki wanita lain, dan kau itu si br* yang suka selingkuh. Tapi aku pura-pura tidak tahu. Aku secara sukarela ditipu.
Nama pacar Bong Hee adalah Hee Joon. Hee Joon mengaku salah dan berjanji tidak akan melakukannya lagi, ia bersumpah.
"Apa ini lelucon bagimu?"
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Cobalah untuk serius dan jujur, br*."
"Aku masih muda, Bong Hee-ah."
"Terus?"
"Ada beberapa pria yang akan menolak wanita baik-baik yang suka pada mereka. Begitulah yang terjadi. Itu cuma kencan satu malam."
"Jadi kau bilang, karena kau masih muda, kau tak bisa menahannya."
"Aku takkan melakukannya lagi."
"Kau berusaha agar tidak ketahuan lagi. Kau bilang akan lebih hati-hati saat kau selingkuh di lain waktu."
Bong Hee pergi dengan kesal. Hee Joon menahannya tapi yang ada Bong Hee malah memelintir tangannya. Bong Hee kesal, kalau Hee Joon minta maaf, apa berarti tidak ada yang terjadi?
"Lalu haruskah kita putus?" Tanya Hee Joon.
"Tidak, tunggu. Aku akan putuskan, kapan kita putus. Jadi sebaiknya kau menunggu."
Bong Hee melepaskan Hee Joon. Bong Hoo hendak pergi lagi tapi ia berbalik. Ia membuat kesepakan dengan Hee Joon. Dibuat adil saja, ia juga masih muda, mari putus setelah ia kencan satu malam.
"Hey, kau wanita. Bagaimana--"
"Kenapa aku tidak bisa?"
"Aku cuma bilang--"
"Hey. Aku akan tidur dengan pria pertama yang aku temui."
"Eun Bong Hee."
"Tunggu dan lihat, aku melakukannya atau tidak."
Bong Hee hendak pergi dengan keren tapi ia tidak melihat ada seorang kakek berjalan ke arahnya. Ia menghindari kakek itu tapi malah terjatuh. Bong Hee cepat-cepat bangun, merapikan rambut dan bajunya dan ia mulai berjalan lagi. Tanpa terasa ia menangis, ia mengusap airmatanya tapi kontak lens-nya terlepas.
Tiba-tiba saat itu ada pria yang menabrakkan pundaknya lalu berhenti. Dari belakangnya, Hee Joon berkata menyuruhnya menyerah saja. Bong Hee menoleh ke pria itu,
"Kau mau tidur denganku?"
"Tentu, ayo tidur bersama." Jawab pria itu sambil menatap Bong Hee dan ternyata dia adalah Jin Wook.
Bong Hee mendekatkan pandangannya ke Jin Wook, ia lega karena Jin Wook nampak muda dan tampan.
"Benarkah?" tanya Jin Wook.
Bong Hee lebih mendekatkan pandangannya lagi. Ia memfokuskan mata minus-nya dan akhirnya tampak jelas wajah pria di hadapannya adalah pria mesum tadi.
"Kau sedang apa? Ayo pergi." Ajak Jin Wook dan langsung menarik tangan Bong Hee keluar.
Hee Joon bertindak, jika Bong Hee pergi seperti itu maka mereka benar-benar berakhir. Bong Hee malah merangkulkan tangan Jin Wook ke pundaknya dan mengajak Jin Wook segera keluar.
Sampai di depan hotel, Bong Hee segera melepaskan Jin Wook. Bong Hee tidak ingin Jin Wook berpikir bahwa ia serius tadi. Ia memperingatkan serius, ia itu tingkat 4 di Tae Kwon Do.
"Biarkan aku beri peringatan serius. Aku bukan pemabuk!"
"Kau bukan?" tegas Jin Wook.
"Bukan!"
"Apa kau menarikku untuk mengatakan itu?"
"Kau pikir aku sungguh ingin melakukannya?"
"Kau tidak?"
"Kita takkan mendapatkan kamar. Kau tidak berpikir?"
"Kupikir kau agak kasar. Aku mampu berpikir."
"Kupikir kau lebih buruk. Kau buat orang tak bersalah jadi orang mesum yang mabuk. Aku tak pernah merasa begitu salah atau sangat dipermalukan sepanjang hidupku! Aku sangat percaya pada mata untuk mata, dan gigi untuk gigi. Tapi wow, kau beruntung. Aku seorang pria sejati."
"Benar bukan kau?"
"Aku sudah bilang berkali-kali. Pokoknya, jangan menuduh orang tak bersalah atas kejahatan mulai sekarang."
Jin WOok sudah pergi tapi ia balik lagi untuk memperingatkan Bong Hee, "Jangan sembarangan bertemu pria di jalanan. Ada banyak baj* gila yang mau tidur denganmu."
Setelah itu Jin Wook benar-benar pergi lagi. Ia bergumam, "Ah, mungkin aku terlalu keren saat bilang itu tadi."
Hee Joon ternyata menyusul Bong Hee. Bong Hee pun cepat-cepat menyusul Jin Wook naik taksi. Ia mohon bantuan Jin Wook sekali lagi sambil melirik Hee Joon. Jin Wook pun terpaksa diam.
Bong Hee minta maaf minta maaf dan berterimakasih untuk banyak alasa. Jin Wook bilang tidak perlu, ia tidak akan menerima maaf atau apresiasi Bong Hee. Bong Hee bisa mengerti hal itu.
Bong Hee menjelaskan, soal yang tadi... ia biasanya tidak memegang orang asing dan meminta mereka untuk tidur dengannya. Tapi karena harga diri--
"Kau tidak perlu menjelaskan." Sela Jin Wook.
Bong Hee mengajak Jin Wook minum bersama. Jin Wook menatapnya tajam. Bong Hee buru-buru menjelaskan, ia tidak bermaksud macam-macam, ia pikir Jin Wook tampak bisa dipercaya. Jadi ia ingin berbagi minuman sebagai tanda apresiasinya.
"Tidak perlu." Jawab Jin Wook.
"Iya."
Bong Hee lalu meminta pak supir untuk menurunkannya di tikungan depan. Setelah Bong Hee turun, Jin Wook memandang punggungnya. Saat taksi sudah jalan pun Jin Wook masih menoleh ke belakang.
Jadilah Bong Hee minum sendirian. Ia melihat ponselnya, sayangnya tidak ada pesan maupun panggilan masuk.
Jin Wook kembali, ia menghampiri Bong Hee tapi Bong Hee melihatnya sebagai orang lain. Bong Hee melarangnya duduk tapi Jin Wook tetap duduk. Jin Wook mau bergabung dengan Bong Hee karena Bong Hee tampak menyedihkan.
"Aku tak pernah memberi izin untuk mengasihaniku. Jika itu kesempatan lain, aku akan mengasihanimu sebagai gantinya."
Bong Hee mengeluarkan kartu taekwondonya berharap pria itu cepat pergi. Jin Wook meyakinkannya, apa benar Bong Hee mau ia pergi?
Bong Hee lalu memandangi Jin Wook lekat-lekat dan ia mulai melihat Jin Wook sebagai Jin Wook. Jin Wook mengeluarkan bedak yang menurutnya sengaja Bong Hee tinggalkan di taksi.
"Apa ini? Aku senang melihat wajah yang tak asing." Bong Hee tersenyum, lalu sedih lagi "Aku tidak dapat telepon atau pesan dari siapapun. Aku merasa seperti penyendiri. Tapi kenapa aku sangat senang? Melihat wajah yang tak asing?" Dan ia tersenyum lagi.
"Kurasa kau benar-benar sengaja meninggalkannya."
"Mungkin iya."
Bong Hee memberikan gelas untuk Jin Wook. Jin Wook menodorkan lagi bedak itu, sebenarnya ia datang hanya untuk mengembalikannya. Bong Hee mengambil bedak itu dari tangan Jin Wook dan menukarnya dengan gelas, lalu ia isi soju.
"Bersulang."
Jin Wook pun duduk menemani Bong Hee minum.
Bong Hee bangun pagi, ia menggeliat biasa tapi mendadak matanya terbuka lebar saat mengingat kejadian semalam.
Bong Hee minum dan minum terus tidak bisa dihentikan padahal Jin Wook sudah berusaha keras untuk menghentikannya.
Bong Hee sadar ia bukan berada di rumahnya dan lagi ia tidur di bawah sofa. kejadian semalam terputar lagi di otaknya.
Dalam mabiknya Bong Hee menggoda Jin Wook. Jin Wook sih kelihatan ogah banget melihatnya.
Selesai minum, Jin Wook masih menemani Bong Hee yang mabuk berat. Ia menanyakan dimana rumah Bong Hee tapi Bong Hee malah tiduran di bangku taman.
"Aku tidak punya rumah. Rumah di Seoul terlalu mahal. Aku akan beli ketika aku dapat lebih banyak uang." Jawab Bong Hee.
Jin Wook kesal, sampai ia akan menimpuk Bong Hee dengan tasnya.
Terpaksa Jin Wook membawa Bong Hee ke rumahnya. Bong Hee malah nakal, ia masih saja menggoda Jin Wook.
Bong Hee tak menyangka dirinya melakukan itu pada Jin Wook. Ia malu banget, ia sampai guling-guling di karpet.
Saat ini Jin Wook sedang mandi, Bong Hee mengendap-endap dan bisa mendengar suara air dari luar. Ia bingung nantinya harus bersikap bagaimana pada Jin Wook.
"Haruskah aku menyapanya? Minta maaf? Terima kasih?"
Saat Jin Wook keluar kamar mandi sudah tidak ada Bong Hee di sana, tapi ada pesan yang ditinggalkan Bong Hee.
Bong Hee menatap bayangannya di cermin cembung di jalan. Astaga! Ia bahkan terkejut dengan dirinya sendiri.
"Aku benci diriku."
Jin Wook membaca pesan Bong Hee, "Aku minta maaf."
Bong Hee melihat ponselnya dan sama sekali tidak ada pesan atau telfon masuk. Ia lalu menulis pesan untuk Hee Joon.
Kenapa kau tidak menelepon sekali pun? Bahkan jika kita tak menjalin hubungan, kau masih harus khawatir...
Tapi ia menghapusnya lagi, tidak ada gunanya, ia sudah mencapai titik terendah.
Jin Wook menghubungi Tuan semalam, Tuan Byeon Young Hee. Tuan Byeon penasaran, apa Jin Wook tidur dengan Bong Hee semalam? Bahkan semalam Tuan Byeon menelfon Jin Wook 31 kali saking penasarannya.
"Setelah kalian berdua pergi begitu, aku tidak bisa tidur semalam. Aku kurang tidur semalam. Apa kau kenal wanita itu sebelumnya? Tampaknya kalian bukan orang asing."
"Entahlah. Ini agak samar."
"Jadi, kau tidur dengannya?"
"Entahlah."
"Astaga. Hey, aku hanya penasaran. Sejak Yoo Jung, kau sudah tidak ada interaksi dengan wanita sama sekali. Wow, kau tidur dengannya, kan?"
"Kita akhiri di sini. Aku tutup dulu, ya."
Jin Wook berubah murung, ia ingat kembali kejadian dengan Yoo Jung.
Jin Wook datang ke rumah Yoo Jung diam-diam dengan membawa bunga. Tapi betapa terkejutnya dia saat mendapati ada pria lain disana dan pakaian mereka berdua berserakan di lantai.
Kembali ke hotel, Jin Wook sengaja menabrak dan berhenti disamping Bong Hee karena ia merasakan apa yang Bong Hee rasakan. Mereka ada diposisi sama jadi ia memutuskan untuk membantu Bong Hee.
Kembali ke hotel, Jin Wook sengaja menabrak dan berhenti disamping Bong Hee karena ia merasakan apa yang Bong Hee rasakan. Mereka ada diposisi sama jadi ia memutuskan untuk membantu Bong Hee.
"Aku tidak peduli siapa itu. Kuharap seseorang membawaku pergi. Tidak, aku hanya ingin menghilang selamanya." Batin Bong Hee saat merapikan rambut dan bajunya setelah bangun.
Pada saat itu, aku mengerti keputusasaannya... Jadi aku melakukan sesuatu yang tidak seharusnya.
Pengacara Ji Eun Hyuk ke ruangan Tuan Byeon. Tun Byeon bercerita kalau semalam ia bertemu Ji Wook.
"Dia takkan melepas pekerjaannya. Itu mimpinya untuk mati sebagai jaksa. Dan karena aku juga di sini, dia tidak akan datang." Jawab Eun Hyuk.
"Kalian masih berkelahi?"
Eun Hyuk melapor kalau ia akan mengerjakan kasus pro bono lagi. Tuan Byeon bertanya, apa Eun Hyuk mencoba masuk ke politik?
Eun Hyuk tersenyum, "Omong-omong, kita harus memberi selamat pada Ji Wook."
"Untuk apa?" Tanya Tuan Byeon.
Orang-orang di ruangan Ji Wook menonton berita. Asosiasi Korea sedang mengevaluasi jaksa. Dalam evaluasi ini, akan didasarkan pada uji kasus, daftar 10 orang akan diumumkan, termasuk jaksa terburuk. Dan hasilnya akan diteruskan ke wakil sekretaris dan jaksa agung. Evaluasi akan disatukan, dengan total 6 kategori, dan...
Jin Wook datang saat itu dan dua orang yang memakai jas memberinya selamat.Ji Wook lah yang terbaik.
Ternyata dua orang itu adalah atasan Ji Wook, Ji Wook heran, ngapain kedua atasannya itu di ruangannya pagi-pagi. Atasannya mengatakan kalau Ji Wook yang terbaik. Tapi asistennya jujur kalau Jin Wook masuk daftar jaksa yang terburuk.
"Begitu. Itu bagus." Jawab Ji Wook.
Semua orang terkejut mendengar jawaban Jin Wook itu. Jin Wook menjelaskan, semakin banyak pengacara membencinya, semakin kredibel ia sebagai jaksa.
"Ini membuat frustrasi. Bukan itu artinya! Kau mengabaikan hak asasi manusia, kau memaksa, tanpa ampun, dan bias! Kau jaksa yang pantas menerima semua kata negatif dalam kamus!" Tegur atasannya yang berkacamata.
"Aku benar-benar benci penjahat. Dan aku benci para pengacara yang membela mereka sementara mereka bicara soal HAM. Tapi jika mereka membenciku... Tak ada pujian yang lebih baik dari itu."
Kedua atasannya jujur kalau para penjahat itu bukan satu-satunya yang membenci Ji Wook, mereka juga membenci Ji Wook.
"Lihat ini. Kenapa kau tidak punya surat terima kasih? Jaksa lain menerima banyak surat!"
"Orang-orang berterima kasih pada mereka karena membantu mereka menjalani hidup baru. Tapi kenapa dindingmu kosong? Apa kau memasang wallpaper baru? Astaga."
Dua asisten Ji Wook menulis surat ucapan terimakasih mewakili klien Ji Wook tapi mereka jadi frustasi sendiri.
Ibu Ji Wook menelfon, ia mendengar dari Tuan Byeon kalau Ji Wook adalah pengacara terburuk makanya menelfon.
"Sudah dulu, ya." Ji Wook buru-buru menutup telfonnya.
Ibu membanggakan Ji Wook, Ji Wook dipilih sebagai jaksa terburuk karena dia sangat bersih dan benar. Ahjumma yang memijitnya tidak setuju dengan pemikiran ibu itu.
"Ahjumma, Kau tahu apa?"
"Putriku adalah hakim, jadi aku dengar dan lihat beberapa hal dari waktu ke waktu."
"Aku tidak tahu putrimu hakim."
"Bukankah aku sudah bilang? Dia di tahun pertama di Lembaga Penelitian dan Pelatihan Yudisial."
"Kenapa ada begitu banyak jaksa, hakim, dan pengacara akhir-akhir ini? Bahkan anjing dan kuda pun bisa menjadi hakim."
Ahjumma itu sengaja memijit dengan kasar untuk membalas perkataan semena-mena ibu. Ibu terus memanggilnya Ahjumma tapi Ahjumma itu tak mau, orang berkelas memanggilnya Manager Park.
"Aku tak peduli siapa kau! Bu, jangan coba-coba panggil anakku anjing atau kuda! Dia berbeda sejak hari dia lahir. Dia berjalan dan berbicara sebelum umur 1 tahun. Dan dia belajar alfabet sendiri pada umur 3 tahun. Dan dia mulai bermain instrumen Jadi tentu saja pada usia 5 tahun--"
Ahjumma itu tak tahan lagi dengan bualan ibu, ia menidurkan ibu kembali dan melakukan pijitan-pijitan kasar untuk membalasnya.
>
EmoticonEmoticon