Sinopsis Man To Man Episode 5 Part 2
Sumber Gambar dan Konten dari jtbc
Sumber Gambar dan Konten dari jtbc
Un Gwang mengajak Seol Woo makan bersama untuk merayakan kembalinya Seol Woo. Seol Woo boleh membual kalau ia mau karena bisa makan malam berdua dengan Yeo Un Gwang. Seol Woo merengut mendengarnya.
"Aku sungguh ingin datang ke sini bersamamu. Steak disini enak sekali."
Un Gwang menyadari Seol Woo tidak sesenang itu, ia lalu bertanya apa Seol Woo ingin makan malam pakai lilin dengan wanita sambil minum anggur? Selain itu, wanita itu Do Ha atau semacamnya, 'kan?
Seol Woo ketangkap basah tapi untungnya ia selamat karena anak kecil fans Un Gwang.
Un Gwang ramah menanggapi anak itu bahkan memberinya tanda tangan juga bersedia diajak foto bersama.
Anak itu lalu kembali ke ibunya. Un Gwang langsung berubah saat mengetahui bahwa ibu anak itu adalah Mi Eun. Mi Eun minta maaf karena anaknya menanggu.
"Tak apa. Anak-anak memang harus berlari-lari dan bermain. Anakmu sudah tumbuh dengan baik.
"Ya. Terima kasih." Jawab Mi Eun lalu mengajak anaknya (Jae Young) pergi.
Un Gwang jadi tidak selera makan, ia mengajak Seol Woo ke tempat lain saja.
Jae Young sangat senang bertemu dengan Un Gwang (Dark Death), ia berencana memamerkannya pada ayahnya. Mi Eun melarang putranya melakukan itu, ia memberi penjelasan yang masuk akal.
"Kau selalu bilang Dark Death yang terbaik. Jika kau mengatakan dia terbaik dibandingkan Ayah, bukankah Ayah nanti sedih?"
"Dark Death memang yang terbaik, tapi aku sangat menyukai Ayah." Jadi Jae Young setuju untuk merahasiakannya dari ayahnya.
Un Gwang akhirnya mengajak Seol Woo minum-minum di rumah saja. Un Gwang curhat, sejak ia menjadi Dark Death, ia memiliki banyak penggemar anak-anak. Motonya padahal selalu, "Adegan laga harusnya rating dewasa.". Tapi ia sadar adegan laga yang sesuai buat anak di bawah umur juga menyenangkan.
Un Gwang lalu minta kacang pilus-nya. Seol Woo memberinya sebungkus tapi Un Gwang malah membuka matanya, minta disupapin. Seol Woo pun melakukannya dengan sangat terpaksa, ia kelihatan jijik.
Un Gwang merasakannya dan mau Seol Woo juga merasakannya, ia pun gantian menyuapi Seol Woo. Seol Woo sih awalnya menolak tapi karena Un Gwang bawa-bawa Do Ha lagi akhirnya ia mau menerimanya.
"Brother! Kita sudah sepakat jangan main rahasia-rahasiaan. Apa yang terjadi antara kau dan Sekretaris Cha?
"Faktanya kami hanyalah rekan kerja."
"Faktanya? Jadi, apa yang bukan fakta?"
Seol Woo menjawab, Do Ha mengganggunya dan membuatnya khawatir. Un Gwang menyimpulkan, berrati itu cinta segitigam Seol Woo menyukai Do Ha dan Do Ha menyukai dirinya.
"Aigoo, brother-ku. Siap-siaplah sakit hati. Tidak mudah mengubah pikirannya." Kata Un Gwang sambil memegang tangan Seol Woo.
Seol Woo menjawab, Un Gwang tidak perlu khawatir. Seol Woo mencoba menarik tangannya, tapi Un Gwang malah memegangnya semakin erat, Seol Woo terus berusaha dan akhirnya ia bisa lepas.
"Kenapa tak boleh khawatir? Kau itu 'kan brother aku. Masalahnya adalah penampilanmu. Penampilanmu itu bukan tipenya Sekretaris Cha."
Un Gwang mulai bicara serius, sebelum Seol Woo menjadi brother-nya, Do Ha itu sudah menjadi sister-nya. Jadi, jika Seol Woo menyakiti Do Ha, ia pastikan Seol Woo pasti tamat. Seol Woo mengerti, lalu Un Gwang mengajaknya bersulang.
Do Ha bicara sendiri, Seol Woo itu orang jahat, 'kan? Dia menghancurkan harga diri orang lain biar dia bisa kerja. Dia berbuat semaunya dan meremehkannya. Lalu dia membuatnya salah paham dan membuatnya seperti orang bodoh.
"Dan dia menciummu tanpa izin." Sahut Song Yi.
"Betul."
"Kau sepertinya sudah tak mempermasalahkan dia lagi."
Do Ha jadi ragu, soalnya Seol Woo itu jantan dan memberikan mantelnya karena ia kedinginan, membelikannya kopi buat menghiburnya, dan Seol Woo punya rasa tanggung jawab yang kuat sebagai pengawal. Setelah ia telaah, sepertinya Seol Woo itu orang yang baik.
"Jadi? Kau tidak bisa berhenti memikirkannya?"
"Tidak bisa. Ciumannya..."
"Ciuman?"
"Aku ini kenapa?"
"Apa kau suka sekali ciumannya?"
Song Yi pun menyarankan agar Do Ha mengikuti apa kata perasaannya saja.
Un Gwang membaca kontrak iklannya. Saat itu ia teringat perkataan Do Ha mengenai Se Hoon yang menarik deposito-nya untuk membeli saham Chewing.
Kilas Balik...
Sebelum terkenal, Se Hoon lah yang memohon-mohon pada Sutradara agar meng-casting Un Gwang sambil membawa yogurt dan profil Un Gwang tapi mereka hanya mengambil yogurt-nya saja.
Un Gwang hampit putus asa tapi Se Hoon memintanya untuk sabar.
"Pemilihan pemain itu soal dedikasi. Sabarlah sebentar lagi. Minuman yogurt ini akan membuatmu jadi artis terkenal."
Kilas Balik Selesai...
Malam itu, Se Hoon juga membawa yogurt untuk Un Gwang tapi ia hanya meletakkannya diatas kotak surat. Tapi kebetulan Un Gwang keluar dan memanggilnya. Un Gwang menanyakan tujuan Se Hoon menjadi pemegang saham tersebsar Chewing.
"Biar Hyung bisa kembali ke Chewing kapanpun kau mau."
"Dasar tak tahu malu."
"Benar, Hyung. Tapi aku tak masalah jika aku tak tahu malu asal aku bersamamu. Aku akan menjadi manajer juniormu dan mulai dari nol jika kau membolehkanku. Biarkan aku bersamamu, Hyung."
"Dasar bodoh. Mana mungkin seorang CEO jadi manajer junior? Tetaplah jadi CEO, CEO Ji."
"Benarkah? Aku boleh bekerja sama Hyung lagi?"
"Apa maksudmu bersamaku? Kau harus selangkah di depanku. Buka pintu, tarik kursiku dan cari persetujuan kontrak. Akulah yang akan mengikuti keputusanmu."
Mi Eun dan Sharon rapat bersama Sutradara. Sutradara menjelaskan, Pembuatan film kisah cinta dengan Yeo Woon Gwang sendiri merupakan blockbuster.
"CEO Ji sepertinya bersusah payah mendapatkan investasi." Tanggapan Sharon.
Sutradara membenarkan, mendapatkan investasi itu memang susah, tapi memilih aktor lebih susah lagi. Tidak ada aktris yang ingin main film kisah cinta sama Un Gwang. Setiap aktris yang hampir seumuran dengan Un Gwang sudah ia hubungi tapi hanya satu yang mau, Pi Eun Soo.
"Tokoh utamanya konglomerat yang polos, tapi Pi Eun Soo... Sepertinya dia tidak cocok buat peran itu." Simpulan Sharon.
Mi Eun menyuruh Sharon membawa Eun Soo bertemu dengannya, ia ingin melihatnya. Ia yang memulainya, maka ia harus menyelesaikannya.
Eun Soo sangat senang Sharon mensponsori pakaiannya. Semua pakaian yang Sharon pilihkan membuat mata Eun Soo terbelalak.
Selagi Un Soo sibuk memilih baju, Sharon mendekati Mi Eun.
"Pasti seru mengendalikan dia." Ungkap Mi Eun.
Un Gwang mengembalikan lagi posisi Se Hoon sebagai CEO namun tidak menurunkan posisi Do Ha, jadi CEO-nnya ada 2. Tapi Do Ha menolaknya, ia lebih nyaman jadi sekretaris saja.
"Kau merasa terabaikan karena aku sibuk menjadi CEO, 'kan? Itulah sebabnya kau makan cemilan malam-malam. Aku akan kembali menjadi Sekretaris Cha, dan bekerja keras dalam mengelola jadwalmu."
"Kau memang menawan kalau lagi sibuk. Kau juga harusnya pacaran." bujuk Un Gwang.
"Hatiku akan terus bersamamu dan tetap selalu begitu."
"Turunkanlah standarmu sedikit saja. Pria berwajah biasa itu bagus buatmu, karena kau takkan pernah bosan melihatnya. Contohnya, Kim Guard."
Do Ha terkejut, apa? Eun Gwang bertanya, bukankah Seol Woo cocok untuk Do Ha?
Do Ha dan Seol Woo lalu berpandangan. Seol Woo mengedip setuju, Do Ha ingat lagi ciuman itu. Ia langsung nenolaknya, TIDAK!!!
Seol Woo masuk ke bekas kamarnya dulu karena diminta Do Ha. Do Ha mengajaknya bicara empat mata, ia mengaku menyukai SMS Do Ha itu.
Do Ha menginteroggasi Seol Woo, apa saja yang Seol Woo katakan pada Un Gwang saat makan malam waktu itu?
"Haruskah aku melaporkannya?"
"Kalau yang kalian bicarakan itu tentangku..."
"Tapi itu tentangku. Aku jujur."
"Apa yang kaukatakan saat itu padanya?"
"Faktanya kita hanyalah rekan kerja. Tapi bagiku, kau menggangguku dan membuatku khawatir."
"Kenapa kau bilang begitu?! Sudah kuperingatkan jaga jarak satu meter antara kita, bukan?!"
"Aku sudah menjaga jarak satu meter!"
"Kau main-main denganku sekarang?"
"Main-main? Aku bilang aku menyukaimu. Dan aku tidak mengatakan padanya kalau kau menyukaiku juga. Aku mengatakan padanya, kau tidak ada rasa terhadapku. VIP tidak akan salah paham, jadi kau tidak perlu khawatir. Kalau aku membuatmu tidak nyaman... maka aku minta maaf. Ini tidak akan terjadi lagi."
Seol Woo memberi hormat lalu keluar.
Tae Ho jadi ke pameran bersama Sharon. Tae Ho membicarakan soal kepedulian Mi Eun terhadap Un Gwang, padahal kan Un Gwang bukan aktor tidak terkenal lagi. Apa Mi Eun masih ada rasa untuknya atau apa?
"Itu karena filmnya. Mi Eun selalu bilang kalau matanya Un Gwang bisa menyampaikan sebuah kisah cinta." Jawab Sharon.
"Mi Eun rupanya ingin membuktikan kalau dia penilai yang baik dan produser yang baik."
"Entahlah. Aku agak merasa dia ingin melihat mata itu lagi di layar lebar."
"Wanita memang sangat rumit."
"Kurasa aku mengerti."
Sharon merangkul Tae Ho dan menyandarkan kepalanya, kenapa Tae Ho tidak pernah menikah? Tae Ho menjawab, ia memutuskan untuk mengabdikan dirinya bagi negara ini.
"Jadi, kau sudah menikah dengan negara. Orang pecinta tanah air itu tidak seksi." Sharon melepaskan tangan Tae Ho dan berjalan menjauh.
Saat itu Dong Hyun mendekati Tae Ho. Dong Hyun iseng menanyakan siapa wanita tadi. Tae Ho kesal, melarang Dong Hyun mencampuri urusan pribadinya.
"Padahal kita sedang mengerjakan sebuah misi, tapi cinta malah tumbuh di mana-mana. Kau membuat aku, pria yang sudah beristri ini jadi sedih."
"Kenapa kau di sini?"
Dong Hyun sedang membuntuti orang yang membuntuti Tae Ho. Ia menunjukkan orang itu pada Tae Ho, dia adalah orang yang mengincar Tae Ho sejak Tae Ho bekerja di Badan Intelijen Nasional (BIN).
Tae Ho melihat ada juga yang melihat Dong Hyun terus menerus. Dong Hyun ternyata tahu itu, ia memberitahu Tae Ho kalau mereka sama-sama sedang diikuti.
"Jika kau diikuti juga, misi ukiran kayu itu mungkin berisiko."
"Kurasa kita butuh rencana. Agen K dan aku sudah buat rencana." jelas Dong Hyun.
Seol Woo masuk ke rumahnya. Ia merasa ada seseorang tapi untunglah itu hanya Dong Hyun, ia pun lega. Dong Hyun memperingatkan Seol Woo untuk hati-hati karena ia tadi dibuntuti.
"Sepertinya Ketua Tim Jang dan aku sudah ketahuan."
"Ternyata kita ketahuan lebih cepat dari yang kita bayangkan."
"Orang yang membuntuti kami bukan orang biasa. Mereka sangat terampil."
"Posisi kita kurang menguntungkan jika kita bertahan. Kita ambil langkah pertama saja, dan menyerang mereka duluan."
"Caranya?"
"Mereka pasti mengincar ukiran kayu. Jika kita melempar umpan, mereka pasti akan segera menggigitnya."
"Apa ini seperti misi Jakarta?"
"Masalahnya kita harus menemukan tempat yang tepat di Korea."
"Berarti, aku akan bicara dengan Ketua Tim Jang dan minta perlengkapan yang dibutuhkan. Tapi bagaimana dengan si Cha Do Ha itu?"
"Sebentar lagi beres."
"Dia sudah luluh padamu?"
"Aku yakin dia memikirkanku seharian."
Tebakan Seol Woo benar, Do Ha bahkan berpikir, apa ia terlalu kasar ya tadi? Tapi kemudian Do Ha merasa tidak perlu memikirkannya.
Tapi setelah berbaring, Do Ha ragu "Jadi apa aku harus mengabaikannya? Tak usah memikirkannya? Haruskah aku berhenti memikirkannya? No, no. Pada saat seperti ini, aku harus langsung menghadapinya."
Seol Woo dan Dong Hyun berdiskusi untuk menentukan lokasi penjebakan yang tepat. Saat itu Do Ha mengirim pesan, "Kau ada waktu besok? Ayo kita bicara." Sayangnya Seol Woo mengabaikannya.
Do Ha sampai tidak tidur menunggu jawaban Seol Woo. Ia gelisah sampai tidak bisa diam di satu tempat. Akhirnya ia memutuskan untuk mengirim pesan lagi.
"Kau sibuk?"
Seol Woo sedang santai-santai saat itu. Dong Hyun yang membaca pesan Do Ha di layar depan ponsel Seol Woo. Ia heran, bukankah seharusnya Seol Woo bertemu dengannya sekarang dan meluluhkannya? Seol Woo sendiri kan yang bilang kencan itu soal reaksi.
"Ada kalanya tidak berbuat apapun itu menghasilkan reaksi terbaik. Aku harus mengabaikan dia sekarang."
Dong Hyun sih percaya saja.
Sekretaris Seung Jae menyampaikan kalau Eun Soo akan menjadi pemeran utama pendamping Un Gwang.
"Dia memulai debutnya sebagai model lima tahun yang lalu. Dia menjadi terkenal setelah membintangi sitkom dan sekarang menjadi aktris." Jelas si sekretaris.
"Berarti istriku pasti bisa memanfaatkan orang ini. Saat artis ini telah dipersiapkan, manfaatkan dia sebagai model kita."
"Baiklah."
Lalu Seung Jae mendapat telfon dari orang yang ia panggil Hyeong. Sepertinya orang itu memberitahu bahwa Anggota Kongres Baek dan Sekretaris Pertahanan bertemu.
"Dia sudah bergerak. Itu artinya peninggalan kakekku akan segera berada di tanganku. Pastikan itu." Tegas Seung Jae.
In Soo benar-benar menemui Sekretaris Pertahanan (SP) itu. Mereka dulunya adalah tean sekelas jadi SP sudah hafal pasti In Soo mau minta bantuan.
"Soal Presedir Songsan, Mo Seung Jae..."
"Jadi itu sebabnya kau kemari. Apapun itu, aku menolak."
"Songsan itu sangat penting bagi negara. Tapi Mo Seung Jae jadi presedir, murni karena keluarganya dan dia itu punya niat busuk."
"Jadi?"
"Dengan informasi yang kau dapatkan dari luar dan apa yang aku dapatkan dari dalam, jika kita menggabungkannya, itu pasti akan bermanfaat sekali."
"Jika kau mencoba memanfaatkanku buat alat politikmu, jangan repot-repot datang ke aku."
"Maksudku, malah aku menyarankan kau memanfaatkanku. Aku akan memberimu beberapa informasi penting mengenai keluarga Mo jadi buatlah rencana yang bagus. Mari kita bergabung dan mereformasi konglomerat."
Dong Hyun sengaja bicara di telfon dengan Tae Ho keras-keras agar di dengar penguntitnya. Ia akan membawa ukiran itu dan mereka janjian di lokasi yang sudah ia dan Seol Woo tentukan semalam.
Kabar itu langsung mereka sampaikan pada Ki Chul. Khi Chul mengerti, ia langsung menghubungi In Soo.
Ki Chul mengamati dari atas dan saat Dong Hyun mengeluarkan ukiran kayu itu, ia meletuskan tembakan. Karena ini jebakan jadi Dong Hyun sudah persiapan menggunakan mobil anti peluru.
Ki Chul masih belum menyerah, ia menambak lagi dan lagi-lahi sia-sia.
Saat Ki Chul hendak menembak yang ketiga kalinya, tiba-tiba seseorang menembaknya duluan, bahu sebelah kirinya ditembus peluru. Ia pun segera bersembunyi dan menjatuhkan senapannya.
Si penembak itu adalah Seol Woo. Ia melapor pada Dong Hyun bahwa target sudah berhasil di kunci. Target ada di arah jam satu, seperti yang ia duga.
"Aku menembak bahu kirinya."
"Kau tahu 'kan kau tidak boleh membunuhnya? Kau harus membawanya hidup-hidup."
"Dia sepertinya sendirian tanpa tim bantuan. Aku akan melindungimu, jadi pergilah sekarang."
Dong Hyun pun turun dari mobil diikuti Tae Ho. Mereka berlari menuju tempat Ki Chul.
Do Ha masih menunggu SMS balasan Seol Woo. Do Ha bahkan menghitungnya, Seol Woo membaca pesannya tapi belum membalasnya selama 15 jam 47 menit.
"Kalau begitu temui saja dia nanti. Bukankah nanti ada syuting?" Saran Song Yi.
"Tidak ada syuting hari ini. Hari ini kami libur."
"Telepon saja dia kalau begitu. Aku yakin dia pasti mengangkatnya."
Ki Chul menggunakan cermin untuk melihat siapa yang menembaknya. Saat itu, Do Ha menghubungi Seol Woo dan Seol Woo menangkatnya.
"Ayo kita bertemu hari ini. Kapan kau ada waktu..."
Duar!!! Seol Woo menembak hancur cermin Ki Chul.
Do Ha tidak mendengar suara tembakan karena Seol Woo memastikan ponselnya duluan.
"Dia pasti sibuk." Tebak Do Ha.
"Tetap saja dia tak boleh menutup telepon begitu saja. Itu namanya tidak punya sopan santun. Dia juga mengabaikan SMS-mu."
"Iya, 'kan? Tidak bisa begini, 'kan?"
Do Ha pun menghubungi Seol Woo lagi. Saat itu Seol Woo masih fokus dengan Ki Chul. Ki Chul hendak mengambil senapannya tapi Seol Woo sigap dan menembak ke arah senapan itu, akhirnya Ki Shul menyerah.
"Apa kau itu sangat sibuk? Terlalu sibuk sampai tak bisa balas SMS-ku?" Tanya Do Hwa di jujung sana.
"Aku ada urusan."
Ki Chul mengeluarkan sesuatu dan itu berasap jadi pandangan Seol Woo terganggu. Tapi Seol Woo mengubah setelah di senapannya jadinya tembakannya masih tepat sasaran.
Ia lalu menyuruh Do Ha bicara. Do Ha mengajaknya bertemu untuk bicara.
"Kau sedang apa sekarang?" Tanya Do Ha.
"Aku lagi berburu."
"Berburu apa?"
"Nanti kujemput di rumahmu."
"Baiklah."
"Dia bilang dia nanti menjemputku." Cerita Do Ha.
"Dia berarti sudah pakar urusan beginian." Tanggapan Song Yi.
Seol Woo mengejar Ki Chul. Ki Chul membawa pistol kecil jadilah mereka adu tembak.
Ki Chul menyeberang ke gedung sebelah lalu ia menembak sesuatu yang berasa tadi dan BUM!!! itu meledak, jalan pun terputus dan Seol Woo tidak bisa mengejarnya lagi.
Dong Hyun dan Tae Ho mengambil alih tapi mereka juga kehilangan Ki Chul yang sangat gesit itu.
Seol Woo membereskan senapannya lalu masuk mobil, ia memberitahu Dong Hyun bahwa Ki Chul lah orang yang ia lihat di lokasi syuting tepat sebelum kecelakaan Un Gwang.
"Dia takkan bisa mudah tertangkap. Dia sepertinya agen Ghost." Tebak Seol Woo dan menyuruh Dong Hyun untuk mengonfirmasinya lewat Tae Ho.
"Kau mau kemana?" Tanya Dong Hyun.
"Cha Do Ha. Tadi dia meneleponku."
"Tapi katamu, kau mau mengabaikannya dulu."
"Inilah saatnya bagiku menyatakan perasaanku dan meluluhkannya."
Dong Hyun menjelaskan pada Tae Ho kalau Seol Woo pergi untuk mengurusi misi cincin itu. Tae Ho mengamati senapan yang ditinggalkan Ki Chul, ternyata senapan itu biasanya dipakai oleh pasukan khusus militer.
"Sepertinya aku tahu siapa ini." Ujar Tae Ho.
"Agen K bilang pria tadi itu terlibat dalam kecelakaan Yeo Un Gwang. Dia bilang pria ini juga sepertinya agen Ghost."
"Dia dulu memang agen Ghost. Tapi dia memilih uang dan mengkhianati negaranya."
Lalu terdengarlah suara sirine.
In Soo menunggu di suatu tempat, sepertinya ia sudah menunggu lama. Ia bertanya pada asistennya jam berapa sekarang?
"Waktu kita tinggal lima menit." Jawab si asisten.
In Soo ingat percakapannya dengan Ki Chul dulu yang menyuruh Ki Chul untuk segera membawa ukiran kayu itu padanya setelah mendapatkannya.
Sebuah mobil datang, In Soo pun keluar dari mobilnya. Tapi kemudian datang lagi beberapa mobil dan Seung Jae keluar dari salah satu mobil itu.
"Kau pasti kaget, ya, karena aku bukan orang yang kau tunggu. Aku juga kaget saat mendengar tentangmu. Tapi kenapa kau bertemu disini? Seakan kau diam-diam merencanakan sesuatu."
"Ya. Jadi, apa kau sudah dapat ukiran kayunya?"
"Belum. Ukirannya masih ada di Ketua Tim Jang atau entah siapa namanya itu."
In Soo mengerti situasinya, "Aku bersikap baik karena kupikir kau berpotensial, tapi kesetiaanmu rupanya bersandar di tempat lain." Ucapnya pada Ki Chul.
Seung Jae yang menanggapinya, "Kau mengerti, 'kan? Sekretaris Seo dan Infanteri Baek setia padaku, bukan kepadamu, Anggota Kongres Baek. Oh, iya, dengar-dengar, kau juga bertemu dengan Sekretaris Pertahanan. Jadi kau akan mengkhianatiku setelah kau mendapatkan ukiran kayu itu? Jangan lakukan itu lagi. Kita berdua banyak urusan yang harus diselesaikan." Seung Jae lalu kembali ke mobilnya diikuti Ki Chul.
Seol Woo benar-benar menjemput Do Ha. Ia bahkan membukakan pintu dan memasangkan sabuk pengaman untuk Do Ha. Do Ha bertanya mau kemana mereka tapi Seol Woo tidak menjawabnya.
Seol Woo membawa Do Ha ke bukit dan mereka minum kopi disana. Seol Woo mewujudkan keinginan Do Ha yang suka minum kopi dari kedai kopi sambil menikmati pemandangan malam. Do Ha tak menyangka Seol Woo mengingat hal kecil itu.
Hari itu, Do Ha sepertinya agak kesepian. Seol Woo terus belajar memahami Do Ha walaupun sebenarnya ia tak mau. Tapi anehnya, ia bisa memahami Do Ha dan ia ingin berbuat sesuatu untuk Do Ha.
"Tapi aku terlalu egois. Padahal cinta seharusnya tidak egois. Kau tidak nyaman 'kan karena aku? Kalau begitu, lupakan saja. Daripada kau nanti yang kesusahan, aku saja yang pergi..."
Selama itu Do Ha memikirkan perkataannya dengan Song Yi. Do Ha lalu mencium Seol Woo.
Narasi Do Ha: Benar dugaanku.
Narasi Seol Woo: Benar dugaanku.
Narasi Do Ha: Benar dugaanku. Perasaan ini... Jantungku berdebar.
Narasi Seol Woo: Benar dugaanku. Perasaan ini... Firasatku tak enak soal ini.
Do Ha melepaskannya karena ponselnya berdering, ternyata dari ayahnya yang mengabari bahwa dia sudah bebas.
Seol Woo mengantar Do Ha pulang dan ternyata ayah DO Ha sudah menunggu di depan rumah sambil makan roti. Do Ha terkejut melihat ayahnya, ia panik apalagi ada Seol Woo.
Do Ha bertanya pada ayahnya apa yang terjadi. Tuan Cha menjelaskan bahwa selama jadi tahanan ia jadi panutan bagi tahanan lain jadi kejaksaan memutuskan untuk membebaskannya.
"Tapi siapa pria yang mirip mochi putih ini?"
"Dia rekan kerjaku." Jawab Do Ha.
"Aku Kim Seol Woo." Perkenalan Seol Woo disertai bungkukan hormat.
"Do Ha-ya. Apa ini pria..."
"Ayah. Ayah ini kenapa?"
"Apa kau pria yang mengencani anakku?"
Seol Woo tidak membantahnya, ia bahkan dengan mantap mengatakan kalau ia kekasih Do Ha.
"Jadi kau... menantuku?"
Tuan Cha lalu memeluk Seol Woo erat-erat. "Senang bertemu denganmu, Menantu Kim! Akhirnya kita bertemu juga! Senang bertemu denganmu, Menantu Kim! Kau tampan sekali."
Narasi Seol Woo untuk menguatkan dirinya : Aku Agen Ghost K. Bayangan tanpa nama atau reputasi. Tugaskulah bertempur tanpa identitas demi melindungi kebebasan dan ketertiban.
>
2 komentar
Thanks sinopsis ny mb diana. Keren... (h)
Mkasih mba, ditunngu epsd 6 nya..
EmoticonEmoticon