-->

Sinopsis Introverted Boss Episode 4 Part 1

- Januari 26, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Sinopsis Introverted Boss Episode 4 Part 1

-- 3 Tahun lalu --

Saat pemakaman Ji Hye. Ayah dan ibu bersedih.Mereka tidak mengatakan apapun. Ibu yang paling terlihat kesedihannya.

Hwan Gi datang melayat. Ia hanyaberdiri di depan pintu masuk. Kemudian Ro Woon keluar tanpaalas kaki dan ia mengikutinya.
Ro Woon terus berjalan ditengah hujan salju tanpa menggunakan alas kaki dan Hwan Gi juga mengikutinya.

Ro Woon akhirnya terduduk, ia menangis. Hwan Gi meletakkan sandal di samping kaki Ro Woon. Hal itu malah membuat Ro Woon semakin sedih.
"Dia pergi tanpa memakai sepatunya. Dia bahkan tidak memakai sepatunya... saat dia... pergi... sejauh itu."

-= Episode 4 -- Aku Tak Akan Menemui Siapapun =-
 
Ro Woon mengamati kegiatan sehari-hari Hwan Gi. Di luar masih gelap karena matahari bahkan belum terbit, tapi Hwan Gi tidak ada dimana-mana. Ro Woon bertanya-tanya, Kemana Hwan Gi berkeliaran pagi-pagi begini?

"Dia jarang meninggalkan ruangannya. tapi, kelihatannya dia selalu pergi ke suatu tempat setiap pagi. Kurasa, dia obsesif soal pengulangan rutinitas harian."

Setelah itu Hwan Gi mandi, bersih-bersih, menajamkan pensilnya, mendengarkan musik, dan menari.

"Apa? Dia menari?"

Pernah sekali Ro Woon memergoki Hwan Gimenari. Ia sampai mengucek matanya saking tak percayanya. Hwan Gi juga melihat Ro Woon mengintip. Ro Woon cepat-cepat menutup pintu.

Di luar, ia masih belum bisa percaya melihat Hwan Gi menari. Apa itu tadi? Ia sedang berhalusinasi? Ia masih setengah sadar, ya?
Ro Woon lalu masuk ke dalam. Hwan Gi sudah ada di mejanya. Ro Woon mengucapkan salam tapi hwan Gi tidak menjawabnya.

"Cih. Tidak mungkin dia menari. Psikopat dingin itu bahkan tidak pernah menyapa balik."

Hwan Gi bertanya-tanya, apa tadi Ro Woon melihatnya menari?
Saat makan siang. Hwan Gi tidak pernah ikut makan bersama. Ro Woon sengaja menggeledah dapurnya, Ro Woon merasa kalau Hwan Gi makan sendirian 

"Tapi apa pun yang dia makan, dapurnya tetap bersih. Tidak berbau juga."
Ro Woon menemukan tatakan memasak dan disana ada bekas darah. Ia senang menemukan jejak. Tapi Hwan Gi keburu datang dan merebut tatakan itu. Ro Woon segera kabur.

"Apa bau kimchi?" Batinnya.
Ro Woon bertanya-tanya, Setelah semua orang pulang, apa yang Hwan Gi lakukan di sana sendirian? Ro Woon yakin kalau Hwan Gi bakalan pergi pagi-pagi.

Lalu besoknya,ia sengaja menunggu Hwan Gi di parkiran dan mengikutinya.

Ternyata Hwan Gi main squash. Ro Woon terkejut ternyata Hwan Gi ahli juga. Padahal, ia pikir Hwan Gi pecundang yang tidak pernah olahraga.

Saat Hwan Gi melakukan pukulan bagus, Ro Woon berteriak dari atas, "Nice!"
Hwan Gi cepat-cepat menyudahi permainannya. Ia bertanya, kenapa Ro Woon disana? Ro Woon berbohong kalau ia kesana untuk olahraga.

"Kau anggota di sini juga? Senang melihatmu di sini."

Hwan Gi berjalan pergi dan Ro Woon mengikutinya, "Aku sebenarnya ingin belajar di sini. Bisa kau mengajari aku? Kenapa kau mengabaikan aku? Padahal aku senang melihatmu di sini."
Akhirnya Ro Woon berdiri di depan hwan Gi menghalangi jalannya, "Bukankah ini waktunya kita bisa lebih dekat? Ayo kita olahraga bersama kemudian menikmati minuman dingin bersama juga."

Hwan Gi membingungkan Ro Woon dengan arah kepergiannya, ia sengaja mengubah arahnya beberapa kali, ke kiri dan ke kanan. Setelah Ro Woon bingung ia pergi.

"Aku olahraga sendirian." Jawab Hwan Gi. Ro Woon sudah tahu hal itu.
Hwan Gi menemui Woo Il di ruangan Woo Il. Woo Il mengalah, jika Ro Woon tetap membuat Hwan Gi tak nyaman, akan ia jadikan Ro Woon karyawannya.

"Apa?" Hwan Gi terkejut.

Woo Il ingin mengajari Ro Woon banyak hal. Ia akan mempertahankan Ro Woon di sisinya. hwan Gi tidak membolehkan hal itu. Woo Il bertanya, Kenapa tidak?

"Aku ingin... memecatnya permanen dari perusahaan. Jika dia tetap di sini, dia akan..."

"Kenapa?"

"Dia akan membuatku terus emosi."
Woo Il tersenyum. Hwan Gi tidak bisa memecat seseorang karena alasan itu. Hwan Gi juga tahu ereka tidak bisa memecat orang seenaknya. Kementrian Tenaga Kerja masih mengawasi mereka akibat rumor penyalahgunaan kekuasaan kemarin.

"Maafkan aku, Hwan Gi. Aku yakin dia terus menguntitmu karena aku. Aku yang menyuruhnya begitu. Itu bagian perjanjian tertulis dari proyek PI (President Identity : membentuk karakterisasi bos). Aku menyuruh dia menganalisa karaktermu. Dia mengobservasi semua hal yang kau lakukan dengan detail. Berhentilah bersikap dingin dan perlakukan dia dengan baik."

"Detail?"

Tapi kenapa ya Woo Il merasa ini lucu. Eun Hwan Gi sudah bertemu lawan sebandingnya. Dimulai dari saling membenci.

Woo Il menyuruh Hwan Gi jalani saja dulu, kalau masih merasa terlalu berat ia akan sangat senang merekrut Ro Woon.

Woo Il menyentuh pundak Hwan Gi tapi Hwan Gi cepat-cepat menghindar,

"Tidak. Dia bisa tetap bersamaku. Maksudku adalah..."

"Maksudmu adalah..."

"Kita tidak punya pilihan. Jadi, biarkan saja."

Setelah itu Hwan Gi pergi. Woo Il masih saja tertawa.
Saat akan kembali, Hwan Gi melihat Ro Woon, ia memutuskan untuk bersembunyi dibawah tangga. Ro Woon menaiki tangga itu tapi tidak menyadari adanya Hwan Gi.

Ro Woon menyapa Woo Il, mengabarkan kalau ia sudah datang. Woo Il sudah menunggunya dan mengajaknya segera pergi.

Hwan Gi melihat mereka berdua pergi bersama. ia membatin, Kemana mereka pergi bersama?

Ro Woon berkata, ia sudah menyelesaikan perjanjian itu. Woo Il menanyakan soal laporannya. Ro Woon merasa itu tidak perlu karena tidak cukup banyak yang bisa ditulus.

"Boss... cukup didefiniskan dengan satu kata."

"Aku mendengarkan."

"Kecoak."

Dikarenakan: Tengah malam, saat orang lain tidur dan tidak ada yang melihat, Hwan Gi jadi aktif. Dia juga selalu pakai setelan hitam. Persis serangga. Woo Il tersenyum.

Ro Woon belum selesai, Hwan Gi tidak pernah memberikan instruksi apa pun, atau juga menggelar rapat. Dia hanya menikmati uang hasil kerja keras pegawainya. Proyek Silent Monster hanya omong kosong. Tidak lebih dari panggung pertunjukan untuk mengonfirmasi bos kasar itu sudah berubah.

"Kasar sekali." Komentar Woo Il.

Ro Woon mendesah, semua pegawainya kebingungan. Mereka bingung, apakah tidak masalah terus diam begitu?
Woo Il menyanjung, setidaknya Ro Woon sudah bekerja keras. Ro Woon mengelaknya, ia hanya mengikuti Woo Il, menikmati makanan lezat, lalu menemui klien.

"Memangnya bertemu klien menyenangkan? Memberi presentasi di depan mereka adalah tugas tersulit. Sebab, upaya itu untuk membujuk dan menentukan... mereka memilih kita atau tidak. Aku percaya, mengenali orang dengan baik lebih penting dibanding diam membaca buku, demi pekerjaan maupun kehidupan pribadi. Hari ini, eksekutif dari sebuah perusahaan makanan besar akan datang. Untuk perayaan ke-30 tahun dari Yong Ramyeon, kita akan melakukan bidding (proses tawar menawar kerja sama). Kau mengerti maksudku?"

"Maksudnya...kita menyuap mereka?"

"Kita hanya meminta padanya mengijinkan kita mengikuti kompetisi tender. Kau akan segera mengetahuinya, mereka bukan orang-orang korup."
Tuan Jin dari Yong Ramyeon bersama jajarannya datang. Ia melihat Ro Woon dan menanyakannya.

"Dia karyawan yang berharga untuk saya. Senjata rahasia saya." Jawab Woo Il.

Ro Woon tersenyum dibilang begitu oleh Woo Il. Ia lalu mengenalkan namanya pada Tuan Jin dengan semangat.
Ro Woon berhasil membuat Tuan Jin tertawa terus dengan kata-kata sanjungannya yang terkesan tidak berlebihan. Dan itu membuat Woo Il tersenyum juga.

Saat perjalanan pulang, Ro Woon tak bisa berhenti tersenyum karena akhirnya ia mendapat pengakuan. Tapi senyumnya menghilang mengingat kata "rahasia" yang disebutkan Woo Il.

"Rahasia? Kakakku meninggal... di perusahaan itu."

ia mendesah menatap pintu rumahnya, apa yang akan ayahnya katakan kalau sampai tahu ia bekerja disana?

Kilas Balik...
Ji Hye pergi bekerja saat masih subuh. Ibu juga keluar rumah. Ibu melihat Ji Hye tidak memakai sepatu yang ia belikan.

"Sepatu itu terlalu mahal." Jawab Ji Hye.

"Terus kenapa? Takut kotor? Kemarin Ayahmu sudah memolesnya sampai berkilau, tahu! Debu tidak mungkin bisa menempel."
Ayah keluar mengambil koran. Ji Hye dan Ibu tersenyum padanya.

Tetangga mereka, dua orang juga keluar menyapu. Yang tidak berkumis heran, apakah Ji Hye akan pergi pekerja sepagi ini. Ji Hye mengiyakan serta memberi salam pada keduanya.

"Dia bekerja di perusahaan terbaik dalam bidangnya. Dia bawahan langsung bos besar perusahaan itu. Tentu saja dia sibuk." Ujar Pak kumis.

Tiba-tiba terdengar nyanyian dari bawah. itu Ro Woon yang pulang dalam keadaan mabuk sambil menyanyi. Ibu sudah naik darah dibuatnya. Ji Hye terus menenangkannya.
Ro Woon tak menyangka semuanya keluar untuk menyambutnya. Ibu akan memarahi Ro Woon karena pulang subuh. Ji Hye kembali menahannya.

Ro Woon mengumumkan kalau kemarin, ia lulus audisi. Ia sangat bahagia. Ia pamer pada Ahjussi dua itu kalau ia akan tampil di musikal. Mereka mau nonton kan?

"Kali ini, kau pemeran utamanya?" Tanya Pak kumis.

"Aku akan melangkahi pemeran utama dengan menjadi scene stealer! (pemeran pendukung yang meninggalkan kesan mendalam) Aku akan memainkan 18 peran. Artinya, aku akan memerankan 18 karakter."

"Berarti kau keluar masuk terus di panggung. Pasti hebat sekali."

"Bukan hanya sampai di situ. Dia akan banyak bicara juga. Pasti sangat berisik." Tambah Ahjussi yang satunya.
Ro Woon sangat senang, ia sampai berputar untuk mempraktekkan cara transformasinya. Ahjussi berkata, sulit dipercaya, Ji Hye dan Ro Woon adalah saudara kandung. Pak kumis tertawa.

Ro Woon tidak bisa berdiri dengan baik, akhirnya ia terpeleset dan hak sepatunya patah. Ibu mengenali sepetu itu, itu adalah sepatu yang ia belikan untuk Ji Hye.

"Unnie meminjamkan padaku agar aku berhasil. Terima kasih, Unnie."

Ro Woon mengangkat sepatunya, "Setelah memberiku keberuntungan, sepatunya tamat."

Ji Hye tersenyum tapi ibu tidak, kemarahannya sudah sampai puncak, Ahjussi bahkan memberinya  sapu. Ro Woon cepat-cepat melarikan diri. Ji Hye menahan ibunya.

"Aku akan membelikan gantinya, kok! Aku akan mendapatkan uang, kemudian membelikan sepatu baru untuk dia. Akan kubelikan yang lebih bagus dan cantik." Janji Ro Woon.

Ibu tambah kesal dan Ji Hye terus berusaha menahannya.

Kilas balik selesai...
Ro Woon tersenyum mengingat kenangan itu, tapi hanya sebentar, ia kembali murung,

"Apakah Ibu... melihatku?"
Ro Woon masuk. Seperti biasa ayah bertanya soal makan.

"Ya. Lezat sekali. Makanannya enak." Jawab Ro Woon sebelum masuk ke kamarnya.
Pak kumis yang ada di sana heran, Ro Woon kenapa? Jawabannya jadi lebih panjang. Apakah terjadi hal baik?

"Kurasa, dia sedang mabuk saja." Jawab Ahjussi

"Dia kelihatan baik-baik saja, kok." Bantah Pak kumis.

Pak kumis menjelaskan, sejak kakaknya meninggal, keriangan Ro Woon ikut mati. Dia jadi irit bicara. Ia bertanya, apa Ahjussi berpikir Ro Woon mulai kembali seperti dulu?
Ayah membuka handuk yang menutupi wajah pelanggannya yang ternyata adalah Hwan Gi.

"Dalam kehidupan, beberapa perjumpaan memang harus terjadi. Namun, ada juga yang tidak perlu terjadi."
Hwan Gi berkata kalau ia punya instruksi untuk para karyawannya. Beragam pikiran muncul di benak masing-masing. Tapi cuma Ro Woon yang mengutarakannya, ia menyuruh Hwan Gi untuk mengatakannya saja.

"Jangan menemui siapa pun."

Tidak ada yang mengerti apa maksudnya Hwan Gi. Se Jong malah menyangkanya itu judul sekuel, Sekuel dari film "We don't say anything (Kita tidak akan mengatakan apa pun)". "Do not meet anyone (Jangan menemui siapapun)".
Gyo Ri berpikir, apa mungkin itu ditujukan padanya. Apa Hwan Gi berpikir ia akan menemui media? Hwan Gi mencurigainya?

Sun Bong juga berpikir, apa Hwan Gi tahu ya kalau ia mengajukan mutasi posisi?

Dan pikiran Yoo Hee, Apa Hwan Gi menyuruhnya fokus kerja dan mengesampingkan keluarganya?

Se Jong berpikir Hwan Gi melarang mengencani sesama pegawai. Padahal ia baru akan mulai.

Lagi-lagi cuma Ro Woon yang tidak memikirkan apapun, lalu ia mendapat telfon dari Tuan Jin. Ia mengangkatnya agak auh dari yang lain dan seperti biasa ia sangat ramah.

Saat menutup telfon, tiba-tiba hwan Gi berdiri di sampingnya. Ia bertanya, siapa yang telfon. Ro Woon menjawab orang yang ia temui kemarin.

"Tepatnya, siapa orang itu?"

"Akan segera dilakukan bidding untuk perayaan ulang tahun ke-30 Yong Ramyeon. Orang yang bertanggung-jawab..."

"Kang Daepyo menyuruhmu melakukannya?"

"Bukan hal aneh, kan? Kemarin kami makan dengan harga persaji 30 ribu won. Kami membayar tagihannya. Tuan Jin suka olahraga, jadi dia tidak minum alkohol."
Ah.. Ro Woon  ingat kalau Hwan Gi juga suka olahraga, ia menyarankan agar mereka berolahraga bersama saja. Hwan Gi menyindir, daripada menguntit orang lain, lebih baik Ro Woon kerjakan saja tugasnya. Dengan begitu, Ro Woon akan mendapat pengakuan dari 100 orang, bukannya Ro Woon yang perlu memahami 100 orang itu.

"Tapi... aku bahkan tidak paham posisiku sebenarnya. Aku juga tidak tahu pasti tugas yang perlu kukerjakan. Kau tidak pernah menyuruhku melakukan sesuatu."

Hwan Gi tak bisa menjawabnya. Ro Woon bertanya lagi, Hwan Gi besok akan ikut dengannya kan. Hwan Gi tidak mau, ia juga melarang Ro Woon pergi kemanapun. 
"Jangan begitu. Ini demi tim kita. Sebagai Bos..."

"Tidak akan. Aku tidak akan pergi."

Hwan Gi menjauh. Ro Woon mengerti, jadi Hwan Gi benar-benar tidak mau, tapi ia punya rencana. Ia menelfon Tuan Jin memintanya untuk datang lebih pagi soal pertemuan besok.
Hwan Gi ke tempat biasa dan ternyata disana sudah ada Tuan Jin. Ia akan balik tapi Ro Woon memanggilnya. Ro Woon kembali dari membeli minum. Ro Woon pura-pura kalau ini adalah kebetulan, Tuan Jin juga anggota di tempat itu.

"Kelihatannya Silent Monster ditakdirkan bekerja sama dengan Yong Ramyeon. Bagaimana?"

"Kau pikir apa yang..."

Tuan Jin menyadari kehadiran Hwan Gi, ia selalu penasaran siapa yang kesana lebih pagi dari dirinya rupanya Hwan Gi. Ro Woon mengenalkan mereka berdua.
Hwan Gi akan pergi tapi Ro Woon mendorongnya masuk. Tuan Ji berkata kalau Woo Il sudah menceritakan soal Hwan Gi, ia mengulurkan tangan mengajak bersalaman tapi Hwan Gi malah memberinya minuman yang dari Ro Woon. Hwan Gi risih soalnya tangan Tuan Jin berkeringat banyak.

Tidak ingin Tuan Jin tersinggung, Ro Woon mengatakan kalau minumannya menyegarkan, ia meminta Tuan Jin meminumnya sefera. Tuan Jin menyinggung soal Hwan Gi yang katanya jago olahraga.

"Tidak, tidak juga. Saya tidak mahir." Jawab Hwan Gi tapi Ro Woon membantahnya, ia bahlan memberi jempol untuk keahlian Hwan Gi.
Tuan Jin tertawa, ia mengajak Hwan Gi untuk tanding. Hwan Gi langsung menolaknya, ia lebih suka berlatih sendirian. Tuan Jin memaksa, Tidak ada serunya bermain melawan dinding sendirian.

"Dia bilang kau mahir. Ajari aku."

"Saat seseorang melihat saya... saya selalu membuat kesalahan."

"Kesalahan? Tidak masalah. Kesalahan itulah yang membuat kita disebut manusia. Baiklah. Ayo! Kita bermain bersama, oke?"

Ro Woon bertindak, ia melepas jaket dan tas Hwan Gi serta memberinya raket. Ia menyemangati Hwan Gi sementara ia akan menunggu di luar sebagai penonton.
Tuan Jin memukul duluan tapi Hwan Gi tidak bereaksi. Ro Woon berteriak dari luar mengumumkan sekor mereka. Tuan Jin memukul lagi untuk yang kedua tapi Hwan Gi tetap tidak berekasi.

Kali ini Tuan Jin kesal, Apa yang sedang Hwan Gi lakukan? Hwan Gi anggap ia ini lelucon? tidak sudi bermain dengannya?
"Saya rasa, staf saya sudah melewati batas... untuk dapat bergabung dalam perayaan ke-30 Yong Ramyeon. Saya tidak menjalin kerja sama dengan cara seperti ini."

"Apa kau bilang?"

"aya akan menemui Anda dengan membawa proposal bidding nanti."

"Sebentar. Kulihat, kau pintar membuat orang merasa bodoh. atakan! Memang aku menyuruhmu menari dengan pakaian dalam? Atau aku minta uang padamu? Aku hanya ingin latihan bersamamu."

Ro Woon masuk mencoba mencairkan suasana. Ia mengatakan kalau bos-nya hanya salah paham. Tuan Jin membantahnya, bukannya dirinya yang seharusnya salah paham?

"Kau yang memintaku datang pagi-pagi buta begini! Dan rupanya bosmu berada di sini? Kau punya niat terselubung?"

Ro Woon menggeleng, bukan begitu. Tuan Jin membentak, jika bukan begitu, Ro Woon harus pegang raketnya.

"Saya?"

Hwan Gi mengajaknya pergi. Tapi Ro Woon yang naif malah senang, ia memang  selalu ingin mempelajari bidang itu. Ia meminta Tuan Jin untuk mengajarinya.
Tuan Jin dengan senang hati melakukannya sambil mencari-cari kesempatan untuk memegang Ro Woon. Hwan Gi akhirnya mau bermain dengan Tuan Ji agar Ro Woon bebas tapi Tuan Jin menolaknya.

Hwan Gi tidak tahan lagi, terlebih Ro Woon mulai merasa tidak nyaman. Hwan Gi pun memukul bola keras-keras hingga memantul mengenai Tuan Jin. Tuan Jin sampai jatuh ke lantai kesakitan. 

"Saya sudah bilang. Saya selalu membuat kesalahan saat ada yang melihat." Ujar Hwan Gi lalu pergi tanpa minta maaf.
Ro Woon panik, ia mencoba membujuk Tuan Jin dengan memberinya minuman.

Tuan Jin masuk rumah sakit. Woo Il menjenguknya. Tuan Jin bersikeras untuk menuntut Hwan Gi karena hwan Gi jelas dengan sengaja mencoba melukainya. Ia tidak akan berdamai.

Woo Il menjawab, Wajar melakukan kesalahan saat sedang berolahraga, kan? Tuan Jin emosi, lihat saja hasil rekam CT dan MRI-nya kalau sudah keluar.

Woo Il malah tersenyum, "Jelas lebih dari "kesalahan"! Tolong jangan keras kepala. Jika terjadi gugatan lalu dilakukan investigasi, fakta Anda melecehkan pegawai kami akan terungkap."

Tuan Jin kaget dan itu membuat rekam jantungnya menunjukkan kenaikan. Woo Il menyadari hal itu, ia minta maaf, tapi ia harus tegaskan. Ro Woon karyawan yang sangat berharga untuknya.

"Kurasa, kau tidak berniat bekerja sama denganku."

"Apa maksud Anda?"
Woo Il memberikan biaya rumah sakit. Ro Woon melihatnya saat itu. Juga saat Ia membungkuk meminta Tuan Jin memaafkan Hwan Gi.

"Tolong maafkan dia, dan jangan memperbesar masalah, demi keselamatan saya."
Ro Woon mengikuti Woo Il setelah keluar dari ruang perawatan. Ia menanyakan apa kata Tuan Jin, tidak akan mengijinkan mereka bidding? Woo Il menenangkan, ia yang akan mendapatkan ijin presentasi darinya.

"Tapi kau kan tidak melakukan kesalahan padanya, namun harus meminta maaf."

"Bukan apa-apa, kok."
Woo Il membujuk Hwan Gi tapi Hwan Gi bersikeras tidak mau. Woo Il memaksa, tidak bisakah Hwan Gi melihat kalau ia sudah berusaha keras mengaturnya? Hwan Gi tidak sudi bekerja dengan orang seperti itu.

"Maaf untuk berkata begini. Tapi, kau tidak dalam posisi berhak memilih. Kalau perlu, kau harus mengemis untuk mendapatkan kerja sama itu."

"Sudah jelas dia menginginkan hal lain. Dia tidak mungkin lagi menilai presentasi kita secara adil."

"Kita coba saja dulu. Demi kebaikan pegawai. Tidak. Demi keselamatanku."

"Kau mulai lagi."

Kilas balik...
Woo Il selalu mengucapkan kalimat "demi keselamaranku" tiap kali memohon maaf untuk Hwan Gi.

" "Demi keselamatanku". Terdengar seolah dia yang terus berkorban. Tapi, dia tidak sengaja menunjukkan sendiri kehausannya akan menjadi pusat perhatian. Menjadi pusat perhatian tidaklah buruk. Hanya saja, aku tidak bisa seperti dia."
Saat wawancara dengan para reporter, Woo Il bercanda untuk memotret dari sisi kanan karena ia elihatan tampan dari sudut iti. Semua reporter tertawa. Hwan Gi menonton wawancara itu, Ro Woon juga dan pegawai yang lain.

"Aku selalu berterima kasih dengan tulus karena dia sukarela menggantikan posisiku sebagai pusat perhatian. Tapi..."
Salah satu reporter bertanya, "Anda pernah mengatakan bahwa Eun Hwan Gi Daepyo tidak pernah menunjukkan diri karena Anda lebih tampan darinya. Apakah itu benar?"

"Kalian belum pernah bertemu sama sekali dengan Eun Daepyonim, kan?"

"Ya."

"Kalau begitu, aku bisa mengatakan dengan percaya diri. Aku 20 kali lebih tampan darinya."

Itu membuat semuanya tertawa. Ro Woon juga mulai tersenyum.

"Masalahnya, dia menunjukkan reaksi berlebih atas perhatian itu... sampai titik berbahaya."

Karena senyum Ro Woon semakin lebar.

Kilas balik selesai...
Woo Il terkejut, apa maksud perkataan Hwan Gi itu? Hwan Gi berpikir ia melakukan semua ini demi menjadi pusat perhatian?

"Kau terlalu serakah."

"Wah... Itu menyakitkan dan kasar. Aku hanya mencoba melakukan yang terbaik untuk membantu proyek Silent Monster."

Hwan Gi menghargai segala upaya Woo Il, tapi ialah penanggung-jawab proyek Silent Monster. Jadi Woo Il Jangan ikut campur lagi.

Woo Il mengingatkan, lalu bagaimana dengan karyawan Hwan Gi? Hwan Gi dengan tegas mengatakan kalau ia akan melindungi mereka. Woo Il mempertanyakan caranya,

"Dengan membuang kesempatan kita melakukan bidding? Dengan membuang waktu percuma.... saat semestinya mereka belajar dan mengejar pengalaman?"
Hwan Gi kesal, ia menekan tajam pensilnya sampai putus. Woo Il menyuruhnya mendengar baik-baik! Jika Hwan Gi tidak mau melakukan ini, tidak akan ada yang memberi pekerjaan pada Silent Monster.

"Aku tahu pasti kau sangat kompeten, tapi yang lain tidak. Kau tidak mau main kotor, manipulasi? Biar aku yang melakukannya. Aku akan melakukan segala hal kotor yang dibutuhkan, sedangkan kau hanya perlu menyelesaikannya dan tunjukkan pencapaianmu pada semua orang. Bukankah adil? Kau sungguh ingin melindungi stafmu? Atau hanya mencoba melindungi harga dirimu?"

Hwan Gi tidak bisa menjawabnya. Woo Il kemudian pergi dari sana.
Hwan Gi akhirnya lembur mengerjakan ppt untuk bidding. Ia sampai makan ramen. Ia akan memenuhi ucapannya kalau ia akan melindungi karyawannya.


>

1 komentar:

avatar

Entah mengapa gw jd sebel dg woo ll. Memanfaatkan orlin utk kepentingan diri sendiri


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search