Sumber Gambar dan Konten dari tvN
Sinopsis Introverted Boss Episode 3 Part 2
>
Hwan Gi menyuruh Woo Il untuk mengeluarkan Ro Woon. Woo Il meminta pengertian Hwan Gi, Ro Woon adalah pegawai baru, Dia tidak sengaja melakukannya. Tapi bagi Hwan Gi itu cukup sebagai alasan memecat dia.
"Teknisnya
sih, yang harus disalahkan adalah si kurir ceroboh."
"Bagaimanapun
juga, dia tidak boleh! Terlebih ada di dekatku."
"Kenapa?"
"Jika topengku terbuka, dia akan
terluka." Jawab Hwan Gi dalam hati.
Woo Il bertanya, Apakah ada sesuatu tentangnya yang tidak ia ketahui? Hwan Gi hanya menjawab kalau Ro Woon berisik. Kalau itu Woo Il tahu, Ro Woon tipikal orang berisik yang Hwan Gi benci. Tapi... dia periang dan energik, seperti dirinya.
"Aku
menyukainya." Aku Woo Il.
Hwan Gi
mengingatkan, menyukai dia? memang Woo Il tahu siapa dia? Dengan sekali lihat,
Woo Il yakin dia mirip seperti dirinya.
"Kau tidak tahu yang dia sembunyikan
dalam dirinya." Batin Hwan Gi.
Setelah di dalam lift, Hwan Gi bertanya, apa mereka dekat? Woo Il tahu, Ro Woon sangat bersemangat, mungkin membuat Hwan Gi tidak nyaman. Tapi orang lain banyak yang menyukai Ro Woon, karena mirip anak anjing. Orang seperti Ro Woon merasa jarang terluka karena sekitarnya.
"Dia lebih terluka dari
bayanganmu."
"Itu
artinya, dia sempurna untuk menghadapimu. Kau juga mengakui bahwa kau mudah
melukai orang lain, kan?" Lanjut Woo Il.
Hwan Gi akan
membantah lagi. Woo Il memotong, kalau Hwan Gi masih merasa tidak nyaman,
percayakan padanya, pasti ia akan mengeluarkan dia. Hwan Gi masih protes lagi,
tetap saja, ia lebih suka sendirian.
"Kalau
kau tetap ingin dia keluar, katakan langsung padanya."
Pintu lift terbuka. Hwan Gi akan ikut Woo Il turun tapi Woo Il mearangnya, ia menyuruh Hwan Gi naik lagi.
"Dia
karyawanmu. Kau bertanggung-jawab atas dirinya." Ujar Woo Il tersenyum.
Ro Woon berpikir, Si kurir ceroboh itu rupanya psikopat Eun Hwan Gi? Ia bingung lagi, lalu tatapan saat di atap itu apa?
Hwan Gi kembali ke tempat duduknya. Jaraknya jauh sekali dengan kursi karyawannya. Disana suasananya hening sekali membuat tidak nyaman. Yoo Hee akan bertanya pada hwan Gi tapi Gyo Ri menahannya, tunggu sampai Hwan Gi mengatakan sesuatu.
Se Jong
sudah tidak tahan, Atmosfir aneh macam apa sih ini? Kenapa tidak ada seorangpun
yang bicara? Semua orang mengkodenya untuk diam. Se Jong yang tidak tahu
apa-apa bingung, kenapa?
Hwan Gi
akhirnya berdiri dari tempat duduknya menyita perhatian semuanya. Hwan Gi
sedaritadi berpikir cara untuk memberhentikan Ro Woon.
"Aku tidak boleh mempermalukan dia di
depan orang lain."
Akhirnya ia berkata, "Bisa kalian... memberi kami ruang?"
Semuanya
tidak ada yang mendengar ucapan Hwan Gi. Se Jong mewakili semuanya mengatakan
mmereka tidak mendengar. Hwan Gi menelan ludah, mencoba mengatakan lagi,
"Bisa kalian tinggalkan meja kalian?"
Semuanya
hanya mendengar kata "meja". Tapi apa yang salah. Hwan Gi mengubah
nada bicaranya, "Kurasa, kalian perlu..." Agak kenceng tapi
selanjutnya melemah lagi, "...meninggalkan meja." Padahal ini yang
terpenting.
Se Jong menebak kalau hwan Gi ingin merekamemindahkan meja agar lebih dekat dengannya. Semuanya setuju dan mulai menggeser meja. Hwan Gi melarangnya tapi kata-kata tidak mau keluar dari mulutnya.
Ia hanya
bisa melotot saat lantai produksi Finlandia berusia 100 tahun tergores kaki
meja.
Mereka semua sudah menanti perintah hwan Gi tapi Hwan Gi diam saja. Ro Woon menatapnya tajam,
"Dia ingin lebih dekat dengan
pegawainya? Dia bahkan menyuruh kami mendekat. Apa dia benar-benar psikopat
yang tidak ingin seorangpun mendekati pintunya itu?"
Hwan Gi memutuskan, ia tidak akan pernah bisa memecatnya langsung. Baiklah, ia e-mail saja dia. Tapi menulis e-mail pun butuh waktu lama, ia selalu menghapus kalimat yang ditulinya. Cuma awalnya saja yang awet, "Halo, Chae Ro Woon-ssi."
"Sayang sekali..."
"Tidak. Dengan menyesal..."
"Aku harus mengatakan... aku
takut..."
"sedih... bahwa antara perusahaan dan
kau..."
Setelah
sekian lama yang tersisa hanya kalimat pertama, "Halo, Chae Ro
Woon-ssi."
Gyo Ri dan Ro Woon mendekati mejanya membawa kopi. Hwan Gi buru-buru menutub e-mailnya. Hwan Gi menatap Gyo Ri membuat Gyo Ri takut. Gyo Ri minta maaf sudah mengganggu. Mereka hanya ingin memberikan kopi.
"Karena
kau tidak memberi kami instruksi apa pun, kami menyiapkan perayaan kecil."
Yoo Hee
mengajak Hwan Gi bergabung dengan mereka. Ada cake disana.
Kilas
balik...
Ro Woon dan Gyo Ri keluar untuk membeli cake dan kopi. Mereka sudah memesan kopi untuk yang lain sesuai pesanan tapi mau beli untuk Hwan Gi mereka bingung.
"Kau
tidak tahu jenis kopi yang dia suka?" Tanya Ro Woon.
"Daepyo-nim
tidak pernah.. meminta kopi padaku. Kalau dipikir lagi, dia sedang mencoba
bersikap sopan padaku. Saat seseorang meminta kopi pada kita, hal itu bisa
membuat kita merasa rendah diri. Etikanya ternyata luar biasa. Kurasa, dia
tidak suka yang manis."
"Aku
pilih... espresso three shots."
"Tepat
sekali!"
Kilas balik
selesai...
Yoo Hee meminta Hwan Gi bergabung sekali lagi. Hwan Gi mengatakan kalau ia harus menyelesaikan pekerjaannya dulu.
Saat makan
bersama, Ro Woon menyarankan untuk menentukan cara mereka saling memanggil
sekarang. Ia dengar, untuk layanan rumah begini, mereka bisa saling memanggil
nama depan.
Sun Bong
yakin tujuannya baik, tapi mereka tidak terbiasa. Bukankah begitu, Yoo Hee-nim?
Dipanggil begitu Yoo Hee sampai tersedak tapi ia suka, karena ia jadi merasa
muda. Se Jong juga senang mendengarnya, amerikan style katanya.
Ro Woon
menyimpulkan, kalau begitu mereka juga tidak perlu memanggil Daepyo-nim juga.
Kali ini Gyo Ri tidak setuju sambil lirik-lirik Hwan Gi. Yoo Hee membenarkan
Gyo Ri, mari tetap panggil Hwan Gi Daepyo-nim.
"Aku
lebih suka memanggil nama depannya. Terasa aneh, sih, tapi untuk beberapa
alasan, aku justru merasa lebih nyaman." Ujar Se Jong yang mendapat
anggukan Ro Woon.
Sun Bong
lalu meminta Gyo Ri mencoba karena diantara mereka Gyo Ri mungkin yang paling
sering memanggil "Daepyo-nim". Gyo Ri ragu tapi ia memcobanya, semua
menyemangatinya.
"Hwan
Gi-nim..."
Hwan Gi yang sedang minum kopi langsung melorok. Gyo Ri takut, maafkan. Hwan Gi membawa kopinya ke dapur. Gyo Ri menyalahkan yang lain, tuh kan! Hwan Gi pasti tidak menyukainya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Hwan Gi mengambil air putih di kulkas. Ia membatin, ia memang selalu memakai setelan hitam, tapi bukan berarti ia suka kopi hitam pahit. Ia hanya minum caramel macchiato, caffe mocha dengan whipped cream, atau kopi dengan banyak gula dan krim. Apa ia beritahu saja seleraku pada mereka?
"Tidak, tidak. Mereka mungkin
memilihkannya dengan hati-hati saat membelikan kopi untukku. Aku tidak boleh
jahat. KESOPANAN."
"Apa kubuang saja isinya ke saluran air,mumpung tidak ada yang melihat? Mereka sudah jauh-jauh pergi membelikan untukku. Tidak boleh. Apa kutambahkan banyak gula saja, ya? Tapi, satu toples gula juga belum tentu cukup. Malah bisa-bisa aku jadi diabetes.
Tapi, meminum kopi pahit begini bisa membuat
pencernaanku terganggu. Apa kutambahkan air saja?"
Iya, itu adalah ide bagus. Hwan Gi mengeluarkan sebagian kopinya dalam saluran air sebelum ditambahinya air tapi Gyo Ri melihatnya. Ia salah paham dikiranya Hwan Gi membuang kopi traktirannya.
Gyo Ri tidak
sendirian, ia bersama Ro Woon. Ro Woon yang bicara, bagaimana bisa Hwan Gi
melakukan ini pada Gyo Ri hanya karena memanggil nama depannnya.
"Tidak.
Maafkan saya, Daepyo-nim. Saya lepas kendali dan menyebut nama Anda
sembarangan. Maaf karena melanggar batas."
Hwan Gi
tidak bisa menjelaskan, ia hanya mendesah. Ro Woon mengatakan kalau semua
menunggu Hwan Gi keluar untuk memotong kue.
Ro Woon mencari pisau, ia membuka salah satu almari tanpa bertanya dan betapa kagetnya dia saat melihat isi lemari itu. Disana hanya berisi berbagai pisau.
Hwan Gi akan
mencegahnya membuka sebetulnya tapi sudah terlanjur. Gyo Ri yang juga
melihatnya menutup mulutnya terkejut. Hwan Gi menjelaskan pada keduanya kalau
itu hanya koleksi pribadinya.
"Boleh
aku... pinjam... satu pisau? Maksudku, kau punya banyak, sih." Kata Ro
Woon terbata.
Ro Woon
mengambil satu pisau. Hwan Gi membatin, itu pisau sashimi yang baru ia asah
pagi ini. Ro Woon akan mencoba ketajamannya dengan tangan. Hwan Gi menampiknya
hingga pisaunya terjatuh.
Yang lain mendekat karena mendengar suara ribut, mereka juga sangat terkejut melihat satu lemari penuh dengan berbagai macam pisau.
"Tolong
jangan menyentuk koleksi pribadiku." Ujar Hwan Gi lalu mengembalikan pisau
ke posisinya dan menutup lemari.
Hwan Gi menjauh dari semuanya. Se Jong mendekati Ro Woon untuk memeriksa keadaannya.
"Sudah
kuduga. Dia menunjukkan warna aslinya. Dia bukan Silent Monster. Bukanlah lebih
cocok Psychopath Monster?"
Hwan Gi menuju mobilnya, ia melampiaskan kekesalannya dengan menekan klakson mobil berkali-kali. Namun ia kemudian tersadar dan buru-buru menyembunyikan mukanya dari pandangan beberapa orang yang ada di parkiran.
"Bahkan
mobil bisa protes. Kenapa aku malah seperti ini?" Gerutunya.
Ro Woon ke ruangan Woo Il. Ro Woon menyinggung soal ruangan Woo Il yang selalu terbuka tidak seperti ruangan seseorang. Woo Il hanya tidak suka terkurung dalam ruangan.
Sebenarnya
Ro Woon datang karena ada sesuatu yang ingin ia tanyakan. Woo Il senang, ia
juga punya pertanyaan untuk Ro Woon. Ia mengajak Ro Woon ngobrol sambil jalan.
Hwan Gi kembali menatap kartu nama toko bunga. ia bergumam, apa hanya itu satu-satunya jalannya. Ia akan menelfon toko bunga itu tapi perhatiannya teralih pada suara langkah kaki.
Hwan Gi
melihat Ro Woon dan Woo Il jalan bersama menuju mobil Woo Il, bahkan Woo Il
membukakan pintu untuk Ro Woon. Hwan Gi teringat ucapan Woo Il yang menyukai Ro
Woon karena mirip dengannya.
-- 3 Tahun
Lalu --
Hwan Gi juga di mobilnya, ia melihat Ji Hye dan Woo Il bersama di dalam mobil. Woo Il seolah menghibur Ji Hye yang sedang menangis dengan memeluknya. Sebelumnya, Woo Il memegang pundak Ji Hye.
Hwan Gi menelfon Woo Il. Woo Il mengangkatnya, mengatakan kalau ia sedang mengemudi dan segera menutuo ponselnya kembali sebelum Hwan Gi sempat mengatakan sesuatu.
Hwan Gi
melihat mereka saling tersenyum saat mobil jalan.
Hwan Gi teringat saat ia sengaja menyuruh Ji Hye mencarikannya kemeja di hari pertunjukkan Ro Woon.
Hwan Gi
sengaja melakukannya karena Woo Il datang ke pertunjukkan juga. Dan benar saja,
Woo Il adalah orang yang menabrak Ro Woon sampai ponselnya terjatuh. Wanita
yang bersama Woo Il saat itu adalah Eun Yi Soo adik Hwan Gi. Mereka berdua
nampak sangat bahagia.
Pertanyaan Ro Woon adalah seputar hwan Gi. Hwan Gi itu seperti apa, mengingat Woo Il adalah satu-satunya teman dekat Hwan Gi.
"Jangan
memercayainya, rumor mengerikan yang beredar itu. Kurir bermata sedih,
begitulah dia yang sebenarnya. Kau mau percaya kalau aku bilang begitu? Mana
mungkin aku menjelekkan dia saat aku satu-satunya teman baiknya? Tidak peduli
seberapa kukuh temannya sendiri mengatakan bahwa dia orang yang baik, tidak
akan ada yang memercayainya. Itu sebabnya, semua orang enggan bekerja dalam
timnya. Tapi karena kau bergabung secara sukarela, kami jadi berekspektasi
tinggi terhadapmu."
Ro Woon menjawab, ia tidak tahu apa-apa, kok. Woo Il menggeleng, lagi-lagi ia memegang pundak, kali ini pundak Ro Woon. Woo Il meminta Ro Woon memikirkan baik-baik, perusahaan mereka berusaha menjual jasa.
"Maksudmu,
kau berusaha menutupi tentang dia?" Tanya Ro Woon.
Woo Il
tertawa, Ingat, sampul buku bukanlah segalanya. Namun, jika bisa menyelesaikan
masalah dengan cepat, tidak masalah untuk menutupinya, kan?
"Saat
ini, kita harus membuat Hwan Gi dikenal sebagai sosok yang pengertian dan
pemaaf."
Ro Woon tidak yakin Hwan Gi mau mendengarkan. Woo Il menyuruh Ro Woon percaya padanya.
Woo Il mengajak Ro Woon menemui seorang aktor Veteran, namanya Hwang yang terlibat skandal dengan gadis muda.
Pak Hwang
mengatakan mengatakan kalau itu bukan pelecehan. managernya lalu bertanya,
siapa gadis itu. Pak Hwang hanya mendesah. Manager terus membujuknya untuk
jujur pada mereka.
"Anda
sudah terlanjur menandatangani kontrak drama baru. Ada apa sih dengan Anda?
Stasiun penyiaran dan produser meributkannya. Penalti yang harus dibayar
mencapai 2 milyar won!"
Woo Il
menegaskan, mereka baru akan membantu jika mengetahui yang sebenarnya. Pak
Hwang menjawab, entah kubenarkan maupun ia sangkal, tetap saja jadi kekacauan.
Jika ia mengatakan sesuatu, reporter akan merangkai cerita dan mengangkatnya ke
media.
"Tidak
melakukan apa pun juga merupakan salah satu pilihan." Ujar Woo Il.
"Kalau
kita tidak melakukan apa pun, sama dengan kita membenarkannya. Mereka tidak
berkencan, tahu!" Jawab Manager.
"Kau
yakin?"
"Aku
sangat mengenal beliau. Beliau tidak menyukai daun muda."
Ro Woon mengangguk-angguk setuju. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, panggilan dari Yoo Hee. Ro Woon minta maaf lalu mengangkatnya.
Yoo Hee
menyuruhnya untuk segera balik, cepat! Ro Woon menanyakan alasannya, sesuatu
terjadi?
"Dia...
Kau tahulah siapa maksudku..."
"siapa?"
"Pria
yang tidak boleh kita sebut namanya." Bentak Se Jong.
Woo Il
menyuruh Ro Woon mengatakan pada mereka kalau ia akan menelfon balik karena
mereka masih rapat saat ini. Ro Woon lalu mengatakan kalau ia bersama Woo Il.
Yoo Hee laporan pada Hwan Gi. Hwan Gi menatapnya tajam, lalu? Yoo Hee tidak mengerti. Hwan Gi bertanya, Ro Woon itu bekerja untuk siapa.
"Silent
Monster Boss." Jawab Yoo Hee.
Yoo Hee menelfon Ro Woon lagi. Ro Woon heran, kenapa lagi. Yoo Hee mengatakan situasi di sana kacau. Gyo Ri merebut ponselnya, mengatakan Ro Woon dalam masalah karena Hwan Gi akan mengamuk.
Ponsel
beralih ke Se Jong, "Bisa-bisanya kau meninggalkan aku sendiri?"
terakhir Sun
Bong membentak Ro Woon untuk segera kembali, maka mereka semua bisa hidup.
Ro Woon kembali, ia menghadap Hwan Gi tapi Hwan Gi hanya diam saja. Ro Woon kesal, kalau mau katakan sesuatu langsung saja, masa ia harus berdiri seharian disana?
"Kemana
kau pergi selama jam kerja?"
"Bekerja.
Aku rapat dengan klien."
"Benarkah?"
"Tanya
Kang Daepyo kalau kau tidak percaya. Aku menemui Aktor Hwang. Kau tahu, itu
yang baru kena skandal? Dia sembunyi di hotel, menghindari media."
"Baiklah,
balik kerja sana."
Ro Woon tak percaya, cuma itu? Padahal ia sampai lari kesana karena katanya ada urusan penting. Hwan Gi melihat meja yang berantakan bekas makan-makan tadi. Hwan Gi menyuruhnya untuk membersihkan itu.
Sampai di rumah Ro Woon menggerutui Hwan Gi. Memang dia tidak punya kaki dan tangan? Dia kan bisa melakukannya sendiri! Kenapa dia menyuruhnya segera datang cuma untuk membersihkan kue?
Ro Woon
bahkan menendang kaleng kosong saking kesalnya dan bersumpah akan membayar
perlakuan Hwan Gi hari ini.
Ro Woon masuk ke dalam, ia langsung berubah pendiam. Ayah selalu bertanya, soal makan. Dan Ro Woon menjawab kalau ia sudah makan.
"Ada.."
"Kubilang
sudah makan." Potong Ro Woon.
Sampai di dalam kamar ada buket bunga di atas ranjang. Ro Woon tahu kalau itu dari Mr. Smith, ia buru-buru keluar untuk mencari Mr. Smith tapi tidak menemukan siapapun.
Ro Woon kembali lagi ke dalam dan ia menemukan surat di bunga itu, "Aku menunggu kembalinya kau ke panggung."
Ro Woon
menyentuh bunga itu, "Apa yang harus aku lakukan, Mr. Smith? Aku... masih
ada yang harus kulakukan."
Ro Woon datang malam-malam ke kantor. Di ruangan Hwan Gi tidak ada, ia lalu menuju laci dan mencoba membuka laci terbawah di meja Hwan Gi, namun seperti waktu itu, lacinya terkunci.
Tiba-tiba
Hwan Gi muncul dengan membawa boks besar. dengan kaos tangan basah. Ro Woon
terkejut melihatnya sampai ia gagap. Ia kesana untuk rapat dengan klien.
"Selarut
ini?"
"Dia...
Dia seseorang yang tidak boleh terlihat oleh publik."
Hwan Gi tidak bertanya lagi, ia membawa boks-nya ke dapur dan memasukkan isinya kedalam kulkas.
Hwan Gi kemudian keluar, Ro Woon mengikutinya. Ia menhelaskan, Woo Il menyuruhnya untuk mengerjakan tugas PI (Presidental Identity, karakterisasi bos) dengan baik. Untuk melakukannya, ia harus memahami sosoknya dengan baik, tapi ia masih saja kebingungan.
"Kepribadianmu
sebenarnya itu... si manis pengantar bunga? Atau pria sendok perak yang
membuang uang di jalanan?"
Saat ini Hwan Gi memberi makan ikan-ikannya di akuarium dan Ro Woon terus mengikutinya sambi terus bicara,
"Jelas
sekali kau melindungiku agar tidak tertabrak motor, tapi saat itu pula, kau
mendorongku dengan keras. Singkatnya, kata kunci proyek ini adalah menghasilkan
bos yang pengertian. Kita coba saling memahami satu sama lain, oke?"
Hwan Gi
menyuruhnya untuk menemukan kata kunci lain. Ia mengaku kalau ia tidak pintar
berkomunikasi, ia juga bukan orang yang pengertian.
"Ayolah,
Bos."
"Dan,
aku merasa tidak nyaman kau... memanggilku seperti itu."
"Kau
kan tidak suka juga dipanggil Daepyonim. Lalu tenggorokanmu hampir putus saat
kami memanggilmu dengan nama."
"Waktumu
masih panjang sampai waktu kerja besok. Pulanglah. Jangan bikin kebohongan soal
klien lagi."
Ro Woon heran, kenapa kok belum datang. Kemudian Woo Il dan Pak Hwang datang. Ro Woon menyambut mereka ramah.
EmoticonEmoticon