-->

Sinopsis Attention, Love! Episode 5 Part 1

- September 04, 2017
>
 
Sumber Gambar: CTV


Shao Xi menenagkan kompetisi karena Li Zheng datang untuk menyemangatinya. Tapi mereka tidak bisa bertemu karena Li Zheng tiba-tiba menghilang.

Setelah kompetisi itu, Rui Pung mengajak Shao Xi makan, ia mentraktir Shao Xi makan makanan favorite Shao Xi, tapi Shao Xi tidak kelihatan senang. Sudah Shao Xi paksakan untuk senang sih, tapi Ru Ping tahu ia bersedih.

Shao Xi mengaku, ia merasa tidak percaya diri, ia hanya merasa sepertinya ia tidak berguna. Ru Ping tidak mengerti apa yang Shao Xi maksudkan.

"Aku sudah memberi tahu Yan Li Zheng, bahwa aku tidak akan terus menyukainya. Dan aku telah mengatakan pada diri sendiri bahwa aku hanya bisa berteman baik dengannya. Tapi, tapi aku--"

Ru Ping menyela dengan menyuapi Shao Xi makanan. Shao Xi melanjutkan setelah makan, usai kompetisi ia rsa semua semakin sulit. Shao Xi baru menyadari kalau ia sangat menyukai Li Zheng.

"Aiyo, Kalau Kau suka dia kau tidak boleh bilang kalau kau tidak menyukainya."

"Aku tahu. Tapi aku tidak ingin hal itu terjadi seperti itu, aku takut besok kita akan kembali menjadi canggung satu sama lain."


Ru Ping menemukan solusi, jika Shao Xi benar-benar ingin melupakan Li Zheng dan hanya ingin memperlakukannya sebagai teman, cara tercepat adalah dengan menemukan cowok lain. Shao Xi melongo.


Shao Xi memikirkan solusi Ru Ping itu. Tapi ia malah berpapasan dengan Li Zheng di depan kamar mandi, diamana penampilan Li Zheng saat ini tambah membuatnya semakin suka.


Shao Xi bengong menatap Li Zheng membuat Li Zheng heran. Shao Xi segera sadar, ia mengatakan kalau ia hanya sedang memikirkan ujian masuk Universitas.

Shao Xi berakhir dengan berkata kasar pada Li Zheng, kalu sudah selesai menggunakan kamar mandi ya segera pergi, ia kan perlu mandi sambil memikirkan rencana hidup masa depannya!


Saat berangkat sekolah, Li Zheng memberi ringkasan materi untuk ujian masuk Universitas. Li Zheng tidak yakin Shao Xi ingin mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan olahraga atau tidak, tapi ia tetap menandai semua akademi dan kursus olahraga.

"Jika Kau menggunakan skor kompetisi sebelumnya, asalkan Kau mendaftar ke Universitas itu dan mengambil keuntungan dari wawancara, seharusnya tidak terlalu sulit untuk masuk ke sana."

Shao Xi kembali bengong menatap Li Zheng. Li Zheng bertanya kenapa. Shao Xi menjelaskan kalau semua ini agak tak terduga.

"Tidak perlu merasa terkejut, "terima kasih" sudah cukup." Kata Li Zheng.

"Terima kasih."


Shao Xi membaca ringkasan itu di kelas. Ru Ping pinjam sebentar untuk melihat-lihat dan ia langsung memuji kerja keras Li Zheng.

"Wow! Yan Li Zheng sungguh baik! Dia tidak hanya menandai semua bagian penting untukmu, tapi dia juga menulis banyak catatan tentang bagaimana mempersiapkan wawancara!"


Shao Xi membenarkan, padahal ia asal mengucapkannya saja tapi Li Zheng terlalu serius menanggapinya dan mempersiapkan semua ini untuknya. Ru Ping yakin Li Zheng tak tidur semalaman untuk menyiapka itu semua. Ru Ping menyadari, Li Zheng bukan hanya baik terhadap Shao Xi tapi sangat baik!


Ru Ping juga menyadari, pasti semakin berat bagi Shao Xi untuk berhenti menyukai Li Zheng karena Li Zheng semakin hari semakin baik padanya. Shao Xi menarik rambut Ru Ping kesal.

Ru Ping mengerti, ia akan berhenti mengejek dan sebaliknya, ia akan membantu Shao Xi mengatasi semua itu.


Li Zheng akan pulang ke rumah orang tuanya, ia mau bersih-bersih. Shao Xi menawari, apa Li Zheng ingin ia temani? Ia juga bisa membantu.

"Anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena telah membantuku menyusun informasi masuk Universitas."

"Tidak perlu."

"Kau Serius?"

"Jika kau punya waktu luang, kenapa kau tidak dirumah saja dan membaca semua ringkasan itu?"

Shao Xi nampak kecewa. Dan tiba-tiba ponsel Shao Xi berdering sesaat setelah Li Zheng pergi.


Itu adalah telfon dari Ru Ping yang mengajaknya kencan buta berkelompok. Shao Xi terkejut melihat orang-orang yang tidak ia kenalnya.


Ru Ping lalu menjemput Shao Xi di luar. Shao Xi bertanya, siapa orang-orang itu? Rasanya ia belum pernah melihat mereka semua. Ru Ping menjawab kalau Shao Xi akan tahu nanti, lalu menarik Shao Xi untuk segera masuk.


Ru Ping menyuruh Shao Xi duduk di tengah tapi Shao Xi menolaknya, ia memilih duduk di pinggir. Ru Ping lalu mengenalkan Shao Xi pada yang lain. Ru Ping juga mengenalkan kakak perempuannya, Kiki.


Kiki lalu mengenalkan para cowok pada Shao Xi. Tapi saat tiba giliran Wang Jin Li, tidak mau Kiki mengenalkannya, ia langsung mengulurkan tangannya pada Shao Xi sambil menyebutkan namanya.


Shao Xi canggung, jadinya ia hanya melambai pada mereka semua sambil menyebutkan namanya. Ia tidak menerima ajakan jabat tangan Jin Li.


Jin Li teringat, Shao Xi adalah gadis yang menangis di bioskop tempo hari tapi ia tak menyebutkannya, hanya memberi kode. Jin Li bertanya, apa Shao Xi baru putus dan ingin mendapat pacar baru, makanya Ru Ping mengatur kencan buta ini?

"Kencan buta?" Tanya Shao Xi kaget dan Jin Li menangguk.


Shao Xi menoleh pada Ru Ping meminta penjelasan. Ru Ping membantah pernyataan Jin Li, semua ini bukan kencan buta tapi hanya makan siang biasa.


Ru Ping meminta kakaknya untuk mengendalikan ucapan temannya. Kiki lalu menegur Jin Li yang becandanya kelewatan. Jin Li menjelaskan, ia hanya ingin membuat mereka cepat akrab.


Shao Xi bilang ingin ke kamar mandi dan ia sengaja menginjak kaki Ru Ping, sebagai sinyal agar Ru Ping ikut dengannya.

Kiki juga ikut berdiri, tapi sebelumnya ia minta maaf pada para cowok karena harus menunggu, ia berjanji akan kembali sebentar lagi.


Teman Jin Li bertanya, apa Jin Li benar-benar mengenal Shao Xi. Dan teman satunya mengatakan kalau Shao Xi adalah bos di SMA Zhuang Jing.


Sementara itu, Ru Ping dibantu Kiki mencoba membujuk Shao Xi.


Teman Jin Li menggunakan karakter game untuk menjelaskan siapa Shao Xi. Jin Li tampaknya malah semakin penasaran, apa Shao Xi seseram itu?


Ru Ping menjelaskan, ini tidak akan menakutkan seperti yang Shao Xi bayangkan. Mereka hanya akan makan dan berkenalan dengan teman baru.

"Tapi--"

"Tidak ada tapi. Bukankah kau bilang ingin berhenti menyukai Yan Li Zheng? Dengarkan aku. Jika kau ingin melupakan pria terakhir yang Kau sukai, cara tercepat adalah menemukan cowok berikutnya untuk disukai."


Shao Xi akan menyela lagi dan kali ini Kiki yang menjelaskan. Kiki membenarkan Ru Ping dengan mengenal banyak cowok maka kesempatan Shao Xi untuk menemukan cowok baru yang disukai semakin besar.

"Masalahnya adalah--" Balas Shao Xi.

"Masalahnya menurutmu ini sangat tidak wajar, bukan? Jangan berpikir seperti itu. Semakin Kau berpikir seperti itu, semakin tidak wajar jadinya. Sekarang, hanya perlu santai dan bertindak secara natural." Bantah Ru Ping.

Kiki menambahi, "Jangan berpikir terlalu banyak. Aku sudah sering bertemu mereka, dan aku bisa melihatnya, mereka punya kesan pertama yang sangat baik padamu!"


Teman Jin Li menjelaskan, "Aku mendengar pada hari pertama sekolah, dia patahkan tangan Guru kedisiplinan, dan dia dikirim ke sekolah reformasi anak perempuan! Begitu dia keluar dari sekolah reformasi, dia mulai merekrut anggota geng atas nama ayahnya di sekolahnya."

"Aku bahkan dengar kalau Ayahnya itu Penjahat Kelas Kakap, ibunya nyonya rumah bar yang terkenal. Latar belakang keluarganya lebih terkenal daripada berlian. Wang Jin Li, jangan bilang aku tidak memperingatkanmu. Nanti, saat mereka kembali tidak peduli apa, jangan bicara padanya, tidak ada interaksi. Dan terutama jangan mengganggunya, kalau kau tidak mau kami menyalakan dupa untukmu."

"Apa dia benar-benar menyeramkan?" Tanya Jin Li dan ia teringat kembali bagaimana Shao Xi menangis di bioskop. Ia merasa semua ini makin menarik.


Jin Li lalu merangkul kedua temannnyaa, "Semakin banyak kalian berbicara tentang dia seperti itu, semakin aku tertarik padanya."

Kedua teman Jin Yi memandangnya aneh, "Sungguh?" Dan Jin Yi mengangguk mantap.


Shao Xi tidak peduli apa yang Ru Ping dan Kiki katakan, pokonya ia mau pulang. Kiki membujuk, kalau Shao Xi seperti ini terus, ia akan merasa tidak enak pada para cowok yang sudah ia ajak. Ru Ping menambahi, Shao Xi kan sudah jauh-jauh kesana, naik taksi pula, jadi sayang kan kalau Shao Xi pulang cepat?

"Makan saja lah, kita tidak akan memaksamu melakukan lebih." Bujuk Ru Ping dan mendadak bertanya, apa Shao Xi tidak mau mengeluarkanLi Zheng dari hatinya? Shao Xi memelototi Ru Ping.

Ru Ping mengaku salah karena sudah membohongai Shao Xi agar datang kesana, tapi ia benar-benar tidak mengerti mengapa Shao Ximenolak bertemu Cowok selain Yan Li Zheng. Karena Shao Xi merasa canggung atau karena takut setelah bertemu orang lain, maka akan menyukai orang itu dan pada akhirnya ia dan Yan Li Zheng akan berakhir selamanya?

"Jika tidak seperti yang baru saja aku katakan, maka cobalah untuk membuktikannya. Dunia mu tidak hanya Yan Li Zheng sebagai satu-satunya cowok di dalamnya."


Jin Li menyuruh temannya diam karena Shao Xi dan yang lain kembali.


Li Zheng mengembalikan kamera itu ke posisinya semuala dan ia memandang sebuah foto. Sebelumnya ia ke percetakan poto, si mbak penjaga mengatakan mereka hnya bisa mencetak satu foto dari kamera itu.

Li Zheng membuka gambar itu, tapi ia tidak ingat kenapa ada gambar itu. Gambarnya kabur, begitu juga ingatannya.


Li Zheng mendengar suara berisik di luar, Li Zheng menduga itu Shao Xi dan menyuruhnya segera keluar, tapi tidak ada jawaban.

Li Zheng pun melihat ke luar dan tidak ada siapapun disana.


Sementara itu, disaat yang lain asyik ngobrol, Shao Xi malah sibuk memainkan ponselnya, ia sedang main game. Jin Li memperhatikan itu dan ia mendekati Shao Xi. Li Zheng bertanya, apa yang Shao Xi mainkan?

"Oh, gak kok, hanya iseng."

Teman Jin Li khawatir karena Jin Li benar-benar mendekati Shao Xi. Tapi Ru Ping dan Kiki cengingisan suka.


Jin Li tahu apa yang sedang dimainkan Shao Xi karena ia juga suka memainkan game itu. Ia lalu mengambil kursi dan duduk dekat-dekat dengan Shao Xi.

"Apa ID game mu? Kita bisa saling menambahkan sebagai teman."

"Ok, nama panggilan ku adalah Yidao Qincheng. Berikan aku ID mu, Aku akan menambahkanmu." Jawab Shao Xi. Sontak kedua teman Jin Li terkejut, karena ID itu pernah mereka bahas kemarin.


Jin Li juga terkejut mengatahui kalau Yidao Qincheng adalah Shao Xi, dunia memang sangat kecil. Jin Li tersenyum pada Shao Xi dan Shao Xi membalasnya, terpaksa.


Kiki mengajak semua ke tempat karaoke karena ia sudah memesan tempat. Tapi Shao Xi menolak, ia mau pulang saja.


Ru Ping dan Kiki tampak tidak masalah. Ru Ping malah membahas mengenai Jin Li yang sepertinya tertarik dengan Shao Xi, ia akan meminta Jin Li untuk mengantar Shao Xi pulang.


Jin Li dengan motornya lalu mendekati Shao Xi, dengan jantan ia berka akan mengantar Shao Xi pulang tanpa menunggu Ru Ping memintanya. Jin Li mengulurkan helm tapi Shao Xi hanya diam saja.

Ru Ping menerima helm itu dan memakaikannya pada Shao Xi, sudah ikut saja! Shao Xi pun tak punya pilihan lain selaik ikut.


Selama perjalanan Shao Xi terus memagang belakang membuat Jin Li tidak nyaman. AKhirnya saat berhenti di lampu merah, Jin Li bicara.

"pegangan di pundakku, lebih aman."

"Tidak, disini saja."

Jin Li tidak habis akal, ia menarik tangan Shao Xi dan meletakannya di pinggangnya. Setelah itu Jin Li sengaja menjalankan motornya mendadak jadi Shao Xi refleks mencengkeram jaketnya. Shao Xi tegang sementara Jin Li senyam-senyum. Tapi setelah agak tenang, Shao Xi kembali pegangan belakang.


Mereka sampai di rumah Shao Xi saat sudah gelap. Shao Xi menyerahkan helm Jin Li sambil mengucapkan terimakasih karena sudah mengantarnya.

Shao Xi lalu akan masuk tapi Jin Li bertanya, seharian ini Shao Xi tidak bicara, apa karena coeok yang Shao Xi suka itu? Shao XI berbalik dan menatap Jin Li dengan tatapan menyelidik, bagaimana Jin Li bisa tahu? Ru Ping kan pasti yang memberitahu?

"Tidak, sebenarnya aku sudah lama mengetahui hal ini. Apa kau lupa? Kau pernah sendirian di Bioskop, menangis sambil menonton film."


Shao XI tidak mengerti, bagaimana Jin Li bisa tahu? Jin Li menunjukkan tisu dan itu membuat Shao Xi ingat, Jin Li adalah cowok yang mengulurkan tisu waktu itu (kemarin aku menyebutnya sapu tangan, maaf soalnya gelap).

"Kau benar. Itu aku."

"Jadi karena ini! Saat kau melihatku tadi kau berkata "Jadi Kau!" dan kemudian Kau berkata, "Dunia ini begitu kecil!""

Mereka berdua tersenyum, tapi kemudian Li Zheng datang. Shao Xi terkejut dan langsung berhenti tersenyum.


Shao Xi bertanya pada Li Zheng, kenapa Li Zheng di sana? Shao Xi lalu mengenalkan Li Zheng pada Jin Li sebagai temannya. Jin Li bingung, apa maksud Shao Xi itu teman tetangga sebelah atau teman yang tinggal bersama?

"Kenapa Kau banyak nanya?" Protes Shao Xi.


Jin Li hanya ketawa, lalu ia mengenalkan diri pada Li Zheng sebagai teman baru Shao Xi yang ketemu tadi waktu kencan buta. Li Zheng mentap Jin Li tak suka.

Li Zheng lalu menegur Shao Xi yang malah pergi kencan buta bukannya menyiapkan materi untuk ujian masuk Universitas. Shao Xi merasa bersalah, ia menunduk. Li Zheng tidak bicara lagi dan langsung masuk rumah.


Shao Xi menatap Li Zheng intens. Jin Li langsung tahu kalau cowok yang Shao Xi sukai itu adalah Li Zheng. Shao Xi menyuruh Jin Li diam, ia tidak mau menceritakannya. Terimakasih dan sampai jumpa, Shao Xi lalu masuk ke dalam, Jin Li pun juga pulang.


Li Zheng galau di kamarnya, ia mengingat bagaimana Shao Xi tersenyum pada Jin Li tadi, ia kesal.


Shao Xi ragu, mau mengetuk pintu kamar Li Zheng atau tidak, tapi ia putuskan untuk tidak mengetuk.


Kakak Jin Li menunggu di depan, ia mengajak Jin Li pulang untuk makan bersama, karena hari ini ulang tahun ayah mereka.

"Apakah Kau yakin Ayah ingin bertemu dengan ku?" Tanya Jin Li lalu berjalan ke dalam."

Tapi kemudian Jin Li tidak tega dengan kakaknya, ia akhirnya mau asalkan kakaknya tanggung jawa dengan apa yang akan terjadi nanti. Kakak tersenyum mengiyakan.


Bibi menyajikan makanan, Jin Li tergoda dan langsung mencomotnya. Bibi memukul tangnya, sabar masih ada hidangan lainnya!


Kakak Jin Li member Jin Li sesuatu, itu adalah hadiah Jin Li untuk ayah. Jin Li menerimanya karena hari ini ia memutuskan untuk mendengarkan semua omongan kakaknya.


Ayah masuk ruang makan, namun wajahnya langsung masam saat melihat Jin Li ada disana, Ayah bahkan menolak duduk di samping Jin Li, padahal kakak sudah menyiapkan kursi itu untuk ayah.


Jin Li mendekati ayah untuk memberikan kado ulang tahun itu serta menyelamati ayahnya. AYah malah marah pada Jin Li, kapan Jin Li akan berhenti bermain dan belajar serius? Bagaimana nantinya Jin Li akan masuk perusahaan dengan nilai jelek begitu? Siapa yang akan menghormati nantinya? Kapan Jin Li bisa sehebat kakak?


Jin Li malah menyindir ayahnya, bagaimana dengan orang-orang yang masuk perusahaan melalui koneksi, apa mereka butuh kualidigikasi? Jin Li rasa tidak, semua itu hnaya bergantung seberapa kuat penyokong mereka.

Ayah tak mengerti, bagaimana ia bisa mempnyai putra seperti Jin Li. Kakak menyela, bukan maksud Jin Li seperti itu.

Jin Li malah minta maaf, harusnya ia memang tidak terlahir sebagai putra ayah. Untuk menunjukkan permintaan maaf yang tulus, ia akan membeli anjing yang terlatih dengan baik sekarang, namai 'Wang Jin Lin', dan biarkan anjing itu menjadi anak Ayah.

Ayah kesal dan menggebrak meja. Jin Li tak peduli, ia mengambil tasnya, lalu berjalan mendekati ayah. Sekali lagi Jin Yi mengucapkan selamat ulang tahun dan berharap ayah sehat selalu, tahun depan ia berjanji akan menjadi anak yang patuh. Jin Li langsung keluar dari sana.


Kakak mengejar Jin Li, menjelaskan kalau pribadi ayahnya memang seperti itu. Harusnya tadi Jin Li dengarkan saja tidak usah menganggapnya serius.

Jin Li membenarkan, ia memang tidak pernah mengalahkan kakaknya selama ini, ia tidak pernah sepatuh kakaknya dan ia tidak mau menjadi seperti itu. Saat ayah menyuruh kakak diam, kakak langsung tutup mulut. Saat ayah menyuruh kakak duduk, kakak tidak akan pernah berani berdiri.


"Tapi kak, apa kau bahagia hidup seperti ini? Disini seperti rumah anjing ayah. Semua ayah yang menentukan! sekolahmu, pekerjaanmu, pernikahanmu, dan sisa hidupmu! Apa kau benar-benar bahagia? Tapi maaf kak, aku tidak ingin menjadi kau yang kedua."


Jin Li menaiki motornya dan saat ia memakai helm, ia melihat wajah kakaknya melalui spion, ia tidak tega, tapi ia tetap harus pergi.


Jin Li mampir di minimarket untuk membeli makanan, ia duduk disana, melamun.


Jin Li ingat, ia selalu kalah dalam permainan baduk melawan kakaknya. Ia kagum, ia berkata saat ia besar nanti ia akan menjadi seperti kakaknya.


Suatu hari, ayah menguncinya di luar karena nilainya jelek. Jin Li memohon tapi ayahnya tidak peduli. Ayah terus membandingkan Jin Li dengan kakaknya.


Setelah beberapa saat, kakak diam-diam keluar dan memberi Jin Li roti, kakak meminta Jin Li berhenti menangis dan mendengarkan kata-katanya.

"Pasti akan tiba hari dimana kau bisa lebih baik dariku. Saat kau dewasa, Ayah akan mengatakan bahwa Kau luar biasa."

"Kakak yakin?"

"Tentu saja."

Jin Li tak percaya, kakaknya pasti bohong.


Jin Li sekarang menyadari kalau memang kakaknya bohong waktu itu. Sampai sekarang ayahnya masih saja terus membandingkannya dengan kakak. Jin Li menangis.


Shao Xi tak sengaja masuk ke minimarket yang sama. Ia kesana untuk mencarikan barang yang Ru Ping minta tapi tidak ada. Ia kesal dan keluar lagi, berjanji akan mencari di minimarket lain.


Namun, saat di luar, ia tak sengaja melihat Jin Li didalam sedang menangis.

Jin Li menyadari Shao Xi melihatnya, ia langsung menghapus airmatanya. Shao Xi merasa bersalah jadi ia pergi tanpa menyapa.
>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search