Tak diperdengarkan apa jawaban Soo Ah dari pertanyaan Do Woo tadi lansung loncat saat mereka akan pulang. Soo Ah membantu Do Woo memasukkan barang-barang (karya Nyonya Go ke dalam mobil.
Kemudian
mereka berkendara melewati jalan sempit yang kakan kirinya di tumbuhi
pohon-pohon rindang. Soo Ah kelihatan sangat menikmati perjalanan itu.
Mereka sampai di lokasi selanjutnya. Do Woo sudah menerima karya ibunya, tapi Soo Ah malah melakukan sesuatu di udara. Do Woo bertanya sedang apa Soo Ah.
"Beginilah
aku memeriksa pesawat sebelum kami pergi. Aku memeriksa untuk melihat apakah
ada yang tertinggal di tempat penyimpanan."
Do Woo meniru Soo Ah lalu mengajaknya pergi. Saat perjalanan pulang, Soo Ah menatap Do Woo, ia teringat pertanyaan Do Woo tadi yang mengajaknya tinggal di temat seperti itu.
Do Woo meminggirkan mobilnya, mereka sudah sampai. Ia berterimakasih pada Soo Ah untuk hari ini, lalu ia mengajak Soo Ah bersalaman.
Soo Ah
mengatakan kalau ia ada penerbangan besok. Kali ini ia akan benar-benar terbang
ke Oakland.
"Semoga
penerbanganmu aman." Pesan Do Woo dan Soo Ah mengangguk.
Soo Ah menjenguk ibu mertuanya dan saat ia sampai nafasnya terengah-engah. Di saat itu, ibu mertuanya sedang dalam masa perawatan tapi Nyonya Kim menolak.
Perawat
mengatakan pada Soo Ah kalau Nyonya Kim tidak mau terapi saat ini maka nantinya
akan berjalan seperti robot. Pokoknya harus menekuk lutut hari ini.
Nyonya Kim lebih baik berjalan seperti robot daripada seperti orang tua. Soo Ah membenarkan, setidaknya robot berenergi, lalu ia memijit kaki Nyonya Kim, sambil terus membenarkan apapun yang dikatakan Nyonya Kim, Soo Ah pelan-pelan menekuk paksa lutut Nyinya Kim dibantu oleh perawat.
" Hei,
dasar kau!" Teriak Nyonya Kim.
"Ibu
tahanlah! harus menahannya ibu!"
Setelah mengantar Soo Ah, Do Woo menjemput Marie di hotel. Marie membawa koper dan bungkusan kain merah. Kopernya muat di bagasi mobil Do Woo beimpit dengan bungkusan kotak karya-karya ibunya.
"Aku
harus menjalankan tugas ibu." Jawab Do Woo melihat Marie heran dengan
bagasinya yang penuh.
"Bagasinya
sudah penuh, apa tidak apa-apa?"
"Tentu
saja, Annie mungkin sudah lama menunggu."
Do Woo akan
membantu meletakkan bungkusan merah yang masih di bawa Marie tapi Marie berkata
kalau ia akan membawanya saja.
Marie
berziarah ke makam Annie dan kelihatannya ia sangat terpukul.
Nyonya Kim sudah tenang. Ia bertanya siapa yang akan menjaga Hyo Eun besok. Soo Ah menjawab kalau Hyun Joo akan menjaga Hyo Eun.
"Dimana
adikmu?"
"Dia
akan datang lusa."
Nyonya Kim
mengijinkan Hyo Eun ke rumah sakit jika tidak punya tempat tujuan, Hyo Eun juga
bisa tidur dengannya. Soo Ah diam saja membuat Nyonya Kim bertanya, apa Soo Ah
tidak berterimakasih padanya? Ibu mertua yang sakit menawarkan untuk menjaga
anak.
"Karena
kita sudah membicarakannya, Aku merasa tidak enak mengambil 70% gajimu. Aku
akan mengambilnya 50% saja."
Soo Ah
tersenyum, ia ragu bisa memberikan 50% jika sudah dikurangi tagihan rumah
sakit. Nyonya Kim meninggikan suaranya, mengatakan kalau ia akan segera keluar.
Soo Ah
ternyata tadi hanya bercanda, ia tetap akan memberikan Ibu mertuanya bayaran
70% dari gaji bulanannya.
"Terkadang,
Ibu sangat manis sekali."
"Apa
kau bercanda?"
Kemudian Soo Ah mendapatkan pesan. Dari guru Hyo Eun yang melapor kalau Hyo Eun tidak masuk sekolah hari ini.
Soo Ah
langsung ke sekolah Hyo Eun, ia menghubungi Hyo Eun tapi lama sekali baru
diangkat. Soo Ah bertanya, dimana Hyo Eun saat ini.
Soo Ah sudah
bertemu dengan Hyo Eun. Hyo Eun bersikeras tidak mau sekolah. Soo Ah memaksa,
ia akan menemani Hyo Eun.
"Bagaimanapun
aku di buli, Aku bisa bertahan berkat sepak bola. Tapi tanpa harapan masuk ke
tim, Pembulian itu sepertinya menakutkan. Sakit sekali setiap mereka
memukulku."
Soo Ah
terkejut mendengar mereka memukuli Hyo Eun. Hyo Eun menambahi kalau mereka
sangat ahli melakukannya. Soo Ah menyuruh Hyo Eun melapor pada wali kelas, ia
akan menunggu Hyo Eun hingga jam pulang sekolah.
Hyo Eun pun kembali ke sekolah dan langsung disambut bulian oleh tiga anak laki-laki. Soo Ah melihat hal itu dan langsung meneriaki mereka. Soo Ah lalu menghampiri Hyo Eun dan merangkulnya.
Untung saat
itu wali kelas Hyo Eun lewat. Soo Ah langsung melapor kelauan anak-anak tadi
terhadap Hyo Eun dan ia yakin kalau wali kelas juga melihatnya.
"Mereka
mungkin hanya bercanda." Jawab wali kelas.
Soo AH tentu
saja emosi, lalu ia berkata kalau orang bahkan meninggal di tentara saat
bercanda. Ia lalu memeluk Hyo Eun.
Soo Ah menggandeng Hyo Eun pulang. Ia meminya Hyo Eun bersabar, semuanya akan berlalu, Hyo Eun akan segera menjadi dewasa.
Selanjutnya Do Woo mengantar Marie ke Bandara. Do Woo khawatir kalau Marie mungkin ketinggalan pesawat tapi Marie memastikan kalau waktu mereka masih banyak.
"Beberapa
dari foto itu berasal dari rumahku."
Do Woo
menjawab kalau Soo Ah yang membawa foto-foto itu. Dan Soo Ah juga sangat
membantunya sejak kecelakaan itu. Soo Ah jugalah yang membelikan makanan
terakhir ibunya sebelum meninggal.
"Tidakkah
itu aneh? Dia bahkan tidak mengenal ibuku. Aku tidak membuat alasan. Aku hanya
ingin kau merasa tenang. Kau sangat spesial bagiku. Aku tidak mau kau... Merasa
tidak nyaman."
Mereka sampai di depan Bandara. Do Woo meminta Marie menunggu di mobil saja sementara ia mengambil keranjang dorong untuk tempat barang-barang Marie.
Marie
berbicara pada bungkusan kain merahnya (itu adalah barang-barang Annie dari
polisi). Marie tidak tahu apakah itu yang terbaik untuk Annie, tapi ia
meninggalkan bungkusan itu di antara karya-karya Nyonya Go di jok belakang
mobil.
Waktunya obrolan para Pramugari. Suaminya Hyun Joo (Choi Hoon)menyapapara Juniornya. Joo Hyun bertanya, apa ia boleh liburan setelah penerbangan ini. Choi Hyun heran, bukannya Joo Hyun sudah pergi liburan musim panas ini?
"Ya.
Aku benar-benar membenci penerbangan ini." Jawab Joo Hyun.
Yang lain
bertanya, memangnya kenapa sengan Sidney. Joo Hyun tak menjawabnya, yang lain
lagi menyahut kalau masa liburannya akan segera tiba. Joo Hyun menyarankan
untuk pergi ke Nankai karena ada diskon karyawan.
Choi Hoon
menyarankan ke Kinabalu yang menurutnya tujuan terbaik diseluruh penerbangan.
Tapi pramugari itu ingin pergi ke Maldives mengingat ini adalah penerbangan
pertamanya.
Lalu mereka
berdebat kalau Maldives itu untuk bulan madu tapi Choi Hoon tak setuju, baginya
Langkawi lebih tepat untuk bulan madu dan akhirnya obrolan mereka terhenti
karena waktu penerbangan tiba.
Seperti biasa. Jin Sukmemimpin perjalanan ke Sydney. Kali ini Ji Eun pergi dengan Hye Won ke Sydney.
Do Woo menunjukkan surat wasiat ibunya pada Nyonya Hong. Nyonya Hong sangat mengerti, kata-katany bersih. Ia akan meninggalkan Do WOo dan Nyonya Go dari bisnisnya. Nyonya Hong bisa menggunakan artis lain untuk bisnisnya.
Dan satu hal
lagi, Nyonya Go membahas tentang Hye Won. Nyonya Hong menunjukkan hasil karya
Nyonya Go yang diklaim Hye Won sebagai karya terakhir Nyonya Go sebelum
meninggal.
Nyonya Hong
tahu kalau jarya itu tampak sangat tua. Nyonya Hong bercerita kalau Nye Won
memberikannya itu dan mengatakan kalau Nyonya Go bersedia bergabung dengan bisnis.
"Dia
memintaku untuk mempercayainya dengan bukti ini. Aku dengar kau
merekomendasikannya untuk bisnisnya Ji Eun. Yah, ada masalah dengan
kredibilitas. Mari kita keluarkan Hye Won dari bisnis ini juga."
Do Woo mengatakan kalau Hye Won adalah orang terbaik untuk pekerjaan ini. Hye Won punya koneksi dengan banyak orang-orang hebat dan Hye Won sangat mencintai pekerjaannya
"Dengan
mengenyampingkan cerita itu, dia yang terbaik untuk pekerjaan itu. Aku rasa dia
melakukan ini karena dia ingin melakukannya dengan baik. Aku minta maaf."
"Maksudmu
Hye Won masih bagus untuk pekerjaannya?"
Do Woo tanpa
ragu menjawab iya.
"Kalau
kau mengatakan dia keluar batas karena kemarahan, baiklah, aku akan
mempertimbangkan menerimanya bekerja."
Dan Nyonya
Go mengatakan kalau rumah Do Woo seperti musium, semunaya layak untuk di
lestarikan. Do Woo harus lebih bersikeras daripada orang yang mau mengambilnya
"Aku
harap... Kau melakukan segalanya untuk mempertahankannya. Pastikan bahwa...
Keinginan terakhir Eun Hee terpenuhi. Kalau kau tidak bisa melakukannya, Aku
akan.. Mengambil rumahnya."
Soo Ah curhat mengenai pembullian yang dialamai putrinya pada Hyun Joo. Hyun Joo mengatakan kalau saat ini adalah saat krisis Soo Ah dalam menjadi ibu.
"Ini
waktu yang sulit bagi semua murid. Kau bisa menyelesaikan semua masalah dengan
membiarkannya. Saat anakmu di buli, Seperti kau sendiri yang dibuli. Aku sering
melihat ibu-ibu merasa depresi."
Soo Ah minta
saran, bagaimana kalau ia bicara dengan wali kelas Hyo Eun. Hyun Joo balik
bertanya, apa Soo Ah bisa tegas?
Soo Ah
yakin, ia harus seperti itu, tapi Soo Ah merasa takut untuk pergi ke sekolah
Hyo Eun. Hyun Joo juga merasa takut.
"Tempat
paling menakutkan di dunia adalah kantor dari guru anakmu. Kalau kau cemas
anakmu menjadi takut, Maka beranikan diri dan pergilah."
Jin Suk mengijinkan Kevin Oh makan.
Ji Eun ingin bersantai tapi ia tak bisa menggunakan tombol kursinya, kemudian datanglah Mi Jin dan membantunya hingga ia merasa nyaman. Sementara Hye Won tetap memeriksa dokumen.
Mi Jin
berbicara informal pada Ji Eun dan itu mengganggu Hye Won. Ji Eun mengatakan
kalau Mi Jin adalah temannya.
Soo Ah minta
maaf pada Hye Won. Ji Eun mengatakan kalau MMi Jin adalah teman yang sudah
dikenalnya lama, Mi Jin juga kenal dengan Doo Wo.
Joo Hyun
mendengar dari belakang kalau nama Do Woo di sebut-sebut. Ji Eun mengatakan
pada Mi Jin kalau Hye WOn adalah istri Do Woo. Lalu Mi Jin memberi salam pada
Hye Won.
"Aku
kenal Doh Woo dari beberapa temanku. Kau ibunya Annie. Aku kenal ibu teman
sekamarnya Annie..."
Sebelum Mi Jin mengatakan lebih lagi, Ji Eun membawanya pergi, dengan alasan kalau ia mual. Dibelakang, Ji Eun melarang Mi Jin untuk bilang kalau Mi Jin mengenal ibu dari teman sekamar Annie.
"Kenapa
tidak?" Tanya Mi Jin.
Ji Eun tak
mengatakan alasannya, pokoknya jangan. Mi Jin menjelaskan kalau kapten dari
penerbangan ini adalah ayah dari teman sekamarnya Annie.
"Jadi,
Ayahnya Hyo Eun... Suami ibunya Hyo Eun? Suami ibunya Hyo Eun seorang
pilot?" Tanya Ji un kaget.
Mi Jin
membenarkan, suaminya Soo Ah. Ji Eun malah menggebu-gebu, ia memastikan agar Mi
Jin menjaga rahasia ini. Mi Jin bertanya lagi alasannya kenapa.
"Aku
tidak bisa mengatakannya, aku belum yakin, pokoknya diam saja dulu." Jawab
Ji Eun.
Joo Hyun memanggil Hye Won yang berdiri mematung di depan ointu. Lalu tak lama kemudian Ji Eun keluar dari pintu itu.
Joo Hyun bingung melihatnya lalu ia melapor pada Mi Jin. Ia bertanya, apa Seo Do Woo yang itu, yang tak sengaja ia sebutkan?
Mi Jin
mengiyakan, tapi Mi Jin lupa, waktu itu Joo Hyun bilang apa? Melihat Seo Doo Wo
dan Soo Ah berbicara?
"Ya,
mereka berbicara dibalik tirai di dekat toilet. Sepertinya serius sekali."
Joo Hyun
makin yakin kalau ada sesuatu karena ia tadi melihat Hye Won menguping saat Mi
Jin dan Ji Eun bicara. Mi Jin lalu menyuruh Joo Hyun untuk mempersiapkan kereta
minuman.
Mi Jin
selanjutnya berpikir, pria yang disukai Soo Ah adalah pria yang sudah menikah,
ia bertanya-tanya, Apa mungkin Do Woo?
Hyo Eun mengunci diri dalam kamar. Soo Ah mengatakan kalau nomor dari penjaga Hyo Eun dan nomor telponnya ada di kalender. Ia memastikan agar Hyo Eun memeriksanya sebelum pergi ke sekolah setiap pagi.
"Aku
tidak mau pergi kesekolah. Perutku sakit." Jawab Hyo Eun.
Soo AH
berjanji akan bicara dengan wali kelas Hyo Eun. Hyo Eun tetap tidak mau ke
sekolah seumur hidupnya. Soo Ah meminta Hyo Eun untuk membuka pintunya dulu.
Hyo Eun membentak kalau perutnya sakit. Soo Ah pun tidak memaksa lagi,
"Hyo
Eun. Ibu tahu kau melalui waktu yang sulit. Tapi kalau kita berusaha lebih
keras, Tidak ada yang tidak bisa kita lakukan. Ibu akan berusaha yang terbaik
di kantor dan ayah juga berusaha yang terbaik. Kau harus berusaha yang terbaik
pada apa yang kau lakukan. Maka kita tidak akan punya masalah sama sekali.
Anak-anak yang memukulmu cuma anak-anak saja. Jangan takut pada mereka, dunia
ini..."
Hyo Eun langsung membuka pintu, ia tidak setuju dengan kata-kata ibunya yang menyebut mereka semua cuma anak-anak. Ia membalik, bagaimana perasaan ibunya jika ia bilang kalau pekerjaan ibunya cuma sekedar pekerjaan,
"Kenapa
harus aku yang berkorban? Kenapa kita harus pindah sesuai dengan jadwal ibu dan
ayah? Karena ayah dan ibu, Aku akan bermasalah yang seharusnya bahkan tidak ada
di sini. Karena ibu dan ayah, Aku harus pergi ke sekolah dimana aku tidak punya
teman. Jadwal apa itu? Tidak bisakah ibu berkorban untukku?
Aku bersedia
tinggal di rumah supaya ibu bisa memenuhi jadwal ibu. Tapi aku harus menahan
diri dengan pembulian? Aku mau tinggal di rumah seolah-olah aku tidak ada. Ibu
tidak mengorbankan apapun. Ibu keluar di tengah malam meninggalkan aku dengan
orang lain."
Soo Ah selanjutnya membuat Kimbab. Ia mengirim pesan pada suaminya, mengatakan kalau Hyo Eun memiliki masalah di sekolah dan ia rasa Hyo Eun tidak bisa masuk sekolah untuk sementara waktu, ia minta Jin Suk menelfon jika bisa.
Soo Ah
memukul-mukul dadanya yang sesak.
Soo Ah menemui wali kelas Hyo Eun pagi-pagi sebelum para siswa datang. Soo AH mengatakan kalau Hyo Eun sepertinya harus tinggal beberapa hari di rumah
"Harus
ada surat dokternya atau dia akan dianggap bolos. Anda tahu itu, kan?"
Lalu Soo Ah
membicarakan mengenai anak-anak yang membuli Hyo Eun. Ia marah saat melihatnya
dan berteriak tapi...
"Nyonya
Choi, kalau kau memarahi mereka secara langsung, Apa kau pikir mereka akan
membiarkan Hyo Eun begitu saja? Bahkan aku tidak melakukan itu. Itu hanya menambah
masalah. Mereka akan memukulinya lagi di tempat rahasia karena sudah mengadu
dan kemudian mengadukannya padaku. Kalau kau benar-benar ingin menghukum
mereka, Bawakan aku bukti. Screencap pesan mereka atau fotolah mereka."
Soo Ah berjalan di lorong sekolah yang kosong, jawaban Ibu walikelas tadi belum selesai,
"Kalau mereka tahu kau berbuat begitu,
Mereka tidak akan melakukannya lagi. Hanya supaya Anda tahu, kami memiliki
kamera di koridor."
Soo Ah kembali ke rumah dengan membawa belanjaan buah-buahan, ia bertanya pada Hyo Eun, apa Hyo Eun bisa pergi ke dokter sendirian.
"Ibu
akan meminta Hyun Joo untuk datang. Mintalah surat keterangan dokter."
Tidak ada
jawaban dari Hyo Eun, Soo AH khawatir lalu ia mencari kunci cadangan dan
membuka pintu kamar Hyo Eun. Ternyata Hyo Eun cuma sedang tertidur dan SOo Ah
bisa bernafas lega.
Soo Ah pergi bekerja sebelum Hyo Eun bangun, ia teringat kata-kata Hyo Eun,
"Jadwal
apa itu? Tidak bisakah ibu berkorban untukku? Kenapa harus aku yang berkorban?
Kenapa kita harus pindah mengikuti jadwal ibu dan ayah?"
Do Woo berkata pada Seok kalau ia akan pergi ke sekitar Gyeonggi-do sampai hari ini, kemudian pergi ke selatan. Seok bertanya, siapa yang akan Do Woo kunjungi hari ini. DO Woo tidak tahu, ia tidak mengenali namanya.
"Biar
kulihat. Mun Gyeong Deuk? Apa ada seseorang yang tidak kau ketahui?"
Do Woo
melihat daftarnya dan orang itu hanya punya satu hasil karnya ibunya. Mereka
berdua penasaran apa itu.
Do Woo menghentikan mobilnya di pinggir sawah. Ia menatap pesawat yang terbang di langit.
Soo Ah saat ini di bis menuju bandara, ia menerimapesan Do Woo.
"Hati-hati di jalan."
Soo Ah
membalas kalau sekarang ia dalam perjalanan menuju ke bandara. Ia sudah sering
kali melakukan ini, Tapi sekarang, ia tidak percaya ia terbang begitu jauh. Ia
merasa sangat takut hari ini. Ia merasa akan terjadi sesuatu.
Tapi ia tak
mengirimnya, ia hanya membalas, "Aku
sedang dalam perjalanan menuju ke bandara, sampai jumpa lagi."
Narasi Do
Woo : Jangan lupakan saat ini. Itu akan
memberimu kekuatan selamanya.
Seok menemui orang yang merekrut Hye Won dulu, yang waktu itu di telfon Seok saat menanyakan berkas-berkasHye Won.
"Seandainya
aku lebih cepat menelpon waktu aku terbang kemari, Aku mungkin bisa bertemu
dengan Nyonya Go sekali lagi. Aku dengar berita kemarin." Kata orang itu.
Seok
membalas kalau tidak ada seorang pun yang bisa tahu apa yang akan terjadi
kedepannya. Orang itu hanya berkunjung singkat, ia sangat bingung saat di
telfon Seok.
"Aku
merekomendasikan Hye Won untuk pekerjaan sebelum aku pergi. Aku tidak tahu dia
sudah menikah dan aku juga tidak tahu dia menikah dengn Do Woo. Aku menelpon
guru yang mengenalkan aku padanya dan dia adalah murid dari temannya yaitu pria
yang dulu tinggal bersama Hye Won."
Seok
bertanya, apa maksudnya suami Hye Won. Orang itu bingung menjawabnya, bisa
dibilang suami tapi juga tidak karena mereka tidak pernah menikah secara resmi
hanya tinggal bersama saja.
"Aku
rasa dia pembuat barang-barang tembikar."
Seok
membenarkan. Lau orang itu menceritakan kalau Hye Won kemudian berpisah jadi
tidak ada surat resmi.
"Dan
Eun Woo?" tanya Seok.
"Siapa?"
"Anaknya."
"Oh,
dia?"
Orang itu
menjelaskan kalau ayahnya lah yang membesarkan Annie sendirian karena Hye Won
langsung pergi setelah melahirkan. Hye WOn bahkan tidak tahu Annie.
Seok sangat
terkejut mendengar kalau Hye Won tidak tahu tentang Annie.
Do Woo kembali ke tempat ayah Annie, disana ada banyak tembikar. Ia kembali disambut oleh orang yang sama seperti saat ia kesana terakhir kali.
Mi Jin satu hotel dengan Ji Eun dan Hye Won. Mereka bertemu saat akan menggunakan lift. Tapi mata Hye Won tidak tertuju pada pintu lift melainkan pada Jin Suk.
(Hye Won
tadi kan menguping jadi ia tahu Jin Suk
adalah suami Soo Ah. Suami Ibunya Hyo Eun yang berhubungan dengan suaminya).
Mi Jin
menyadarai situasi ini, ia mengkode-kode Ji Eun
dan sepertinya Ji Eun juga paham dengan kode Mi Jin.
Jin Suk baru
saja membaca pesan Soo Ah. Ia bingung mau menulis balasan apa, maka ia menulis
"Semua
orang memiliki masalah." Lalu ia mendesah.
Pintu lift terbuka. Mi Jin menyilahkan Ji Eun dan Hye Won masuk duluan. Ji Eun lalu memaksa Hye Won untuk masuk. Tapi Hye Won masih tetap memandang Jin Suk tajam.
Mi Jin tidak
ikut masuk ke dalam lift, ia bingung, dalam benaknya ada banyak pikiran,
"Apa
yang harus kulakukan padamu, Soo Ah? Semua orang kecuali kau sudah tahu."
Soo Ah menerima pesan Jin Suk saat ia dalam bis.
"Hyo
Eun selalu mengeluh. angan berpikir untuk membiarkannya berhenti sekolah lagi.
Suruh dia berangkat."
Soo Ah
lagi-lagi menepuk-nepuk dadanya yang sesak. Kemudian Hyo Eun menelfon, Hyo Eun
bangun tapi tidak ada siapapun di rumah, ia jadi takut. Soo Ah mengingatkan
kalau ia ada penerbangan hari ini.
"Kalau begitu, apa aku sendirian?" Tanya Hyo Eun.
"Berapa
kali ibu harus mengatakannya padamu? Apa kau mau bersama nenekmu di rumah
sakit? Ada tempat tidur tambahan. Oh, benar. Hyo Eun~a.. Hyun Joo akan segera
kesana."
Hyo Eun
mengangguk lalu telfon diputus.
Soo Ah tidak tenang, ia meminta pak supir untuk menghentikan bis. Soo Ah turun dari bisa dan berjalan kembali ke rumah.
"Aku lupa memberitahu Hyun Joo untuk
membawa Hyo Eun Ke dokter dan membawa surat keterangan dokter. Aku lupa memberi
bumbu kimbap, aku tidak memberitahu Hyo Eun. Aku tidak memasak nasi, atau
membeli rumput laut kering. Apa aku melakukan hal yang benar?"
Soo Ah berhenti saat melihat ibu rumah tangga menjemur selimut di beranda. Ia teringat kata-kata Hyun Joo kalau menyaksikan pemandangan itu rasanya sangat menenangkan.
"Cuacanya sangat bagus hari ini. Saat
aku melihat langit... Dan mulai bertanya-tanya... Kenapa aku hidup seperti
orang gila."
Soo Ah lalu menghubungi kantor, ia rasa ia tidak bisa ikut penerbangan kali ini dan ia tahu konsekuensinya, ia akan menyerahkan surat pengunduran dirinya sesegera mungkin.
Soo Ah pun
kalah... Ia kembali menatap ibu-bu yang menjemur selimut itu.
>
8 komentar
Semagat minn
D tunggu ep selanjut'a😁🙏
semakin bagus ceritanya yaa.seruu...makasih
Terima kasih sinopsis y..d tunggu kelanjutan y..😊😊
Ditunggu eps 9 nyaa..
Ditunggu eps 9 & 10 nyaa yaaa mbak ..
Ditunggu eps 9 & 10 nyaa yaaa mbak ..
iyaa..ditunggu episode 9 dan 10 yaa..makasih...
belum aja miinnm, udah ngeces nih. kebalap nih besok udah rabu min eps 11... penasaran sooh ntr di jeju jd pramugari lg ya??
EmoticonEmoticon