-->

Sinopsis Tomorrow With You Episode 3 Part 2

- Februari 12, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Sinopsis Tomorrow With You Episode 3 Part 2 


So Joon kepikiran soal memiliki anak dengan Ma Rin. Ia membayangkan punya anak Bap Soon kecil yang selalu minta nasi dan istri Ma Rin yang memanggilnya "deobbang-ah...". Walupun hanya bayangan tapi itu sudah membuatnya ngeri.



Ma Rin di tempat akademi So Ri sedang menempel foto di berkas lamarannya. Ia meminjam uang pada So Ri tapi So Ri hanya punya sedikit uang. Walaupun begitu, Ma Rin tetap berterimakasih, ia akan melamar di semua tempat dan segera mengembalikan Uang So Ri.

"Kau bilang pria itu Presdir sebuah perusahaan real estate. Bukankah dia lebih kaya dariku?"

"Memang apa hubungannya denganku?"

"Kenapa? Dia ke rumahmu dua kali, menurutku sih itu cinta."

"Aku sempat berpikir begitu, tapi mustahil. Kau tidak tahu saja seperti apa dia itu. Dia sangat kaya. Jadi, tidak mungkin dia menyukaiku. Kurasa, otaknya sedang tidak waras saja."


So Ri mengatakan gila itu tidak masalah, yang penting dia kaya raya. Ma Rin berkomentar kalau So Ri terdengar seperti Gun Sook barusan. Ia punya uang dan terkenal saat usia enam tahun tapi ekarang tidak ada gunanya.

"Kau harus belajar dari pengalaman. Jika kau terjebak dalam situasiku, semua jadi sia-sia."


So Joon menelfon tapi Ma Rin tidak mau menangkatnya, ia malah keluar. So Ri menggantikan Ma Rin menangkatnya karena penasaran.

"Dimana kau?" Tanya So Joon.

So Ri mengatakan kalau ia temannya Ma Rin dan jika ingin bertemu Ma Rin, datang saja ke Akademi Piano So Ri di Oksu-dong. "Kami menunggumu!"


Ma Rin kembali masuk saat So Ri sudah selesai menelfon. Ia mengecek ponselnya dan tidak curiga apa-apa.


So Joon mencari alamat yang dimaksud. Saat itu Ma Rin sedang dikerumuni anak-anak yang memanggilnya Ahjumma. Ma Rin tidak mau dipanggil begitu, ia mau dipanggil kakak (Noona/Unnie). Tanpa sadar So Joon tersenyum melihatnya. Tapi kemudian senyumnya hilang tatkala mengingat nasehat Doo Sik yang menyuruhnya memiliki anak bersama ma Rin.


Saat itu ada seorang anak yang memanggil-manggil "Appa!" dan berjalan ke arahnya.So Joon merentangkan tangannya tapi ternyata ayah anak itu ada di belakangnya dan anak itu menuju ayahnya.


Ma Rin terkejut melihat So Joon, ia menyuruh anak-anak pulang dan mendekati So Joon. Ma Rin bertanya, bagaimana So Joon bisa kesana. So Joon juga tidak mengerti kenapa ia ke sana. Ma Rin menuduh So Joon menguntitnya.

"Menguntitmu? Temanmu yang menyuruhku..."

So Ri membenarkan, ia yang menyuruh So Joon datang. Ma Rin lalu menyuruh So Joon mengikutinya. Setelah keduanya menjauh, So Ri merasa pernah melihat So Joon sebelumnya.

"Pernikahan Gun Sook. Astaga, Presdir itu?" Ujarnya setelah ingat.


Ma Rin mengajak So Joon makan dan So Joon menatap intens satu keluarga yang sedang makan bersama. Ma Rin heran, So Joon sedang lihat apa. So Joon bilang tidak apa-apa dan menyuruh Ma Rin makan saja.


Ma Rin tetap merasa aneh karena So Joon benar-benar datang, meskipun temannya yang memberitahu. Ia yakin So Joon pasti punya penyakit kambuhan sebagai penguntit. Lalu, terakhir kali So Joon juga berteriak, ia yakin emosi So Joon juga bermasalah. Atau jangan-jangan So Joon itu bipolar (mudah berubah suasana hati secara drastis), ya?

"Perlu ke rumah sakit bersama? Kurasa, kau lebih membutuhkan penanganan psikiater dibanding aku." Ajak So Joon.


Ma Rin kembali menebak, apa So Joon sedang ada masalah dengan perusahaan atau warisannya? Tahulah, seperti di drama TV itu. So Joon tidak kelihatan seperti pekerja keras. So Joon main kotor untuk mempertahankan posisi Presdir, hal semacam itulah. Jadi sekarang So Joon stres karenanya.

"Bagaimana kau bisa tahu? Belakangan ini seperti itulah kondisiku." Goda So Joon tapi Ma Rin menganggapnya serius. So Joon bertanya, apa ma Rin pikir hanya perusahaan yang menganggunya saat ini?

"Jangan-jangan... ibumu... Tidak boleh ikut campur soal keluarga."

"Tidak masalah kok denganku. Tidak ada masalah serius dalam keluargaku. Ambisi lebih berbahaya daripada hubungan darah."

"Benarkah? Apa ibumu tipe yang akan menyiram air pada kekasihmu... lalu memberi uang agar dia menyingkir?"

"Aku tidak mau membicarakannya lebih jauh."


(Sumpah ngakak...) Ma Rin percaya aja, katanya ia mengerti sekarang kenapa So Joon memberontak. So Joon sampai tidak bisa menahan ketawanya tapi Ma Rin tetap saja merasa itu tidak aneh.

"Bagus, kau pasti sempat sulit tertawa. Tetap saja, harus bagaimana, ya? Kau tidak  kelihatan terlalu licik. Kau tampak sangat manusiawi." Kata Ma Rin.

"Ya." Jawab So Joon.

Ma Rin kemudian menyuruh So Joon membayar makanan yang dimakannya. Semantara ia melangkah keluar karena sudah tidak penasaran lagi dengan So Joon.


Ma Rin sudah menduga, saat ada yang aneh pasti ada akar masalahnya. So Joon mengikutinya keluar, tidak rela karena Ma Rin pergi begitu saja setelah menanyainya padahal ia sudah jauh-jauh kesana.

"Anggap saja aku berhutang. Mari lupakan semuanya. Kau harus menyadarkan dirimu! Aku harap kau akan berguna untuk negara ini." Jawab Ma Rin.


So Joon belum selesai bicara, ia menarik tas Ma Rin karena Ma Rin berbalik menjauh, tapi tasnya malah jatuh dan foto Ma Rin berserakan di jalan.

So Joon minta maaf dan membantu Ma Rin mengumpulkan foto-foto itu. Ma Rin melarangnya melewatkan satu foto pun karena ia tidak ingin wajahnya beterbangan di jalanan. So Joon mengerti.

"Kenapa kau bawa banyak sekali foto? Untuk lamaran kerja?" Tanya So Joon.

"Bukan urusanmu."


So Joon kemudian membahas tentang artikel Ma Rin dalam kecelakaan Stasiun Namyeong. Ia bertanya, apa Ma Rin ingat seseorang yang secara ajaib selamat bersamanya. Ma Rin balik bertanya, kenapa So Joon tanya soal itu. So Joon menjawab hanya ingin tahu saja, ia terpikir soal itu setelah membaca artikelnya.

"Tidak ingat, keadaannya sangat kacau saat itu. Aku harap dia hidup dengan baik."

"Dia sangat beruntung bisa selamat. Aku yakin dia hidup dengan baik."

"Aku akan senang jika memang begitu, ya meski kurasa tidak mudah. Aku harap dia tidak merasa bersalah."

"Merasa bersalah?"

"Kau tidak akan mengerti meski kujelaskan padamu. Orang bilang beruntung bisa selamat. Tapi mereka tidak tahu perasaan bersalah yang kupunya. Menyenangkan kalau bisa bertemu dia sekali lagi, kami bisa saling menghibur."


So Joon menanyakan bagaimana cara Ma Rin menghibur dia tapi Ma Rin tidak mau mengatakannya. Ia hanya akan lakukan di depan dia. So Joon menatap foto Ma Rin dengan sangat dalam. Ma Rin heran melihatnya tapi ia tidak membahas lebih jauh. Ia lebih penasaran soal So Joon yang tahu artikel tentangnya bahkan sebelum dirilis.

"Bukankah aku sudah menceritakan tentang keluargaku padamu? Sekretarisku menceritakan tentangmu padaku."

Ma Rin kembali serius menanggapinya, bagaimana sekarang? apa yang harus dilakukan? Apa orangtua So Joon tahu tentangnya? Apa mereka sedang mengawasi sekarang? Tidak mungkin, kan?

So Joon tersenyum dengan tingkah Ma Rin itu, ia melarang Ma Rin bersikap berlebihan. Ia mengemablikan foto Ma Rin tapi minta satu lembar. Ma Rin tidak ingin memberikannya tapi So Joon bisa menghindar saat Ma Rin mau merebut foto itu.


"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau mau menyimpan fotoku? Hei!"

"Aku akan membawanya pulang dan menatapnya."

"Menatap?"

"Wajahmu. Memahamimu. Kau terlihat... imut."


Se Young makan bersama Ki Dong dan So Joon tapi keduanya sibuk dengan ponsel. Se Young kesal, kalau mereka mau begitu ngapain menelfonnya. So Joon menjawab kalau ia datang karena Ki Dong memintanya. Ki Dong lalu memaksa So Joon untuk meletakkan ponselnya.


"Haruskah aku... Coba pikirkan sekarang aku... sudah menikah. Bagaimana menurut kalian?" Tanya So Joon.

Se Young kasihan pada wanita malang itu, dia harus hidup dengan seseorang yang hanya peduli dengan diri sendiri seperti So Joon. So Joon membantah, dirinya tidak begitu kok!


"Berkencan sajalah dulu!" Ujar Se Young.

"Ah, sebelumnya aku tidak pernah terpikir soal pernikahan."

"Kalau begitu jangan menikah. Jangan!" Jawab Ki Dong.

"Ya, kau kan tidak akan mati meski tidak menikah. Ada apa sebenarnya?" Tambah Se Young.

So Joon lalu minta Ki Dong memberikan barang yang ia minta sebelumnya. Ki Dong memberikan sebuah kamera fotografer pro. Ia tidak tahu kenapa So Joon memerlukannya. So Joon mengambilnya lalu pergi tanpa makan terlebih dahulu.

"Apakah terjadi sesuatu padanya?" tanya Se Young.

"Aku tidak tahu."

"Dia sungguh berkencan dengan seseorang?"

"Aku tidak tahu."

"Lalu apa yang kau tahu?"

"Aku tidak tahu."


Ma Rin kembali berhenti di sebuah tiang di dekat stasiun Namyeong yang digantungi foto dari para korban ledakan. Disana juga ada foto ayah-ibu So Joon.

"Karena aku selamat dari kecelakaan itu... aku masih saja diberi ucapan selamat meski sudah tujuh tahun berlalu. Maafkan aku."

Dan Ma Rin berdoa untuk mereka.


Ma Rin keluar rumah dan ia menemukan kamera di kolong bangku di depan gerbang rumahnya. Ia sangat terkejut, apa Langit mengirimkannya padanya?

Ia menemukan sebuah pesan di dalamnya, "Hadiah - Dari cowok pemberontak yang kaya raya."

So Joon sedang bekerja. Ki Dong bertanya, apa So Joon sudah memeriksa apakah tidak masalah membeli lahan lebih banyak di distrik Sobeol?

"Belum."

"Aku sudah mengatakannya padamu beberapa waktu lalu. Presdir harus tanda tangan agar Direktur Investasi bisa mulai bergerak."

"Baiklah! Tidak lihat nih aku sedang bekerja?"

So Joon menunjukkan peta yang dianalisisnya. Ki Dong bertanya apa itu dan So Joon menjawab itu adalah sapi. Ki Dong memperhatikan peta itu.

Ma Rin mengirim pesan pada So Joon, "Terima kasih untuk kameranya, tapi berat menerimanya. Akan kukembalikan. Dimana kau sekarang?"

So Joon membalasnya diam-diam tanpa sepengetahuan Ki Dong, "Aku sedang bekerja. Itu hanya hadiah kecil dari bocah kaya rasa sepertiku. Terima saja. Kamera itu tidak salah, kan?"

So Joon bersiap pergi karena ia rasa sudah bekerja terlalu keras hari ini. Sebelumnya ia mengatakan masalahnya adalah L Group mengincar Distrik Sobeol.


Ma Rin ke kantor So Joon. Ia sempat ragu, benar sih kameranya tidak bersalah tapi masalahnya itu terlalu mahal. Ia pun mantap untuk mengembalikannya. Saat Ma Rin sampai di lobi, ia melihat So Joon berjalan ke luar lalu mengikutinya.

Young Jin dan Sekretaris Hwang melihat mereka. So Joon heran, kenapa Ma Rin ada disana. Ma Rin mengatakan tujuaannya untuk mengembalikan kamera itu.

"Sudah kubilang ambil saja. Kudengar kameramu rusak saat di kantor polisi."

"Aku akan mengurusnya sendiri."


So Joon berbisik, ada anyak sekali orang di sana jadi sebaiknya Ma Rin pergi, kecuali memang ingin buat keributan. Ma Rin bisa diseret pada Ibunya kalau sampai begitu disiram air, lalu diberi amplop uang.

"Memang kau itu Raja, huh? Aku tidak takut, tuh! Memang apa yang sudah kulakukan?"

Ma Rin niatnya mau memasukkan kamera itu ke mobil So Joon tapi malah memasukkan tasnya ke sana. Mungkin kamera itu tidak mahal bagi So Joon tapi baginya sangat mahal. Ia lalu pergi tanpa mendengar kata So Joon kalau ia salah memasukkan tas.


Ma Rin ternyata takut dengan kata-kata So Joon tadi jadi sampai salah memasukkan tas, ia baru sadar setelah beberapa langkah tapi ia terlambat karena So Joon sudah menjalankan mobilnya.

Ma Rin pun menyetop taksi untuk mengikuti So Joon. Young Jin dan sekretaris Hwang merasa aneh dengan kedekatan mereka berdua. Mereka mengenali Ma Rin sebagai Bap Soon juga sebagai teman Gun Sook.


Ma Rin menghubungi So Joon tapi tidak aktif.

So Joon meninggalkan mobilnya menuju kereta bawah tanah. Ma Rin terus mengikutinya tapi So Joon tidak sadar. Ma Rin masuk ke kereta yang dinaiki So Joon tapi beda gerbong namun akhirnya ia melihat So Joon.


So Joon terus tersenyum dari tadi. Ia ngomong sendiri, kenapa ia terus tersenyum, memang ini saatnya untuk tersenyum? tapi So Joon terus tersenyum hingga ia menoleh melihat Ma Rin.


Ma Rin tersenyum melihatnya juga dan itu mengingatkannya pada pria 7 tahun lalu yang terlibat pertengkaran dengannya. Ia sekarang ingat kalau So Joon adalah pria itu, pria yang selamat bersamanya. Baik Ma Rin maupun So Joon menghapus senyum dibibir masing-masing berubah menjadi suatu keterkejutan.


Saat memasuk lorong, Ma Rin memalingkan wajah dan ketika ia berbalik menatap So Joon lagi, So Joon nya sudah tidak ada di sana.


So Joon sudah pindah ke masa depan.


Sek. Hwang merasa sangat tersanjung dipanggil Gun Sook ke rumah, ia sudah menghayal yang berlebih. Ternyata ia cuma diminta Gun Sook untuk memperbaiki saluran air yang tersumbat.


Sementara itu Gun Sook menelfon So Ri berbohong kalau ia sedang di Hawai,

"Oh, Oh So Ri! Kau dengar suara anginnya? Lautnya cerah dan jernih. Sampai aku bisa melihat ikan di dalamnya.. Oh, ombaknya...."

Sek. Hwan bahkan membanu kebohongan Gun Sook dengan membuat efek suara. So Ri heran, kenapa Gun Sook terus menelepon selama bulan madu, begitu ingin pamer ya?

"Aku tidak yakin harus memberitahumu atau tidak. Ma Rin sedang berkencan dengan seseorang."

"Benarkah? Aku baru akan memperkenalkan dia pada Sekretaris Hwang. Siapa dan apa pekerjaannya?"

"Oh, aku tidak yakin harus memberitahumu."

"Aku bisa menebak. Pasti sulit bagimu mengatakannya padaku. Apa pria yang sudah menikah?"

"Hei! Apakah Presdir My Rich sudah menikah? Presdir perusahaan suamimu yang sedang berkencan dengan dia."

"Ha Ha Ha Ha... Anjing ataupun Kucing juga tidak akan tertipu, tahu! Kututup dulu. Sampai jumpa. Astaga."


Sek. Hwang membenarkan, tadi ia melihat Presdir dan Bap Soon di kantor daan mereka kelihatan sangat akrab.

"Yakin itu Bap Soon?" Tanya Gun Sook.

"Ya, Bap Soon."

"Bukan tetangga bernama Bap Soon, tapi... ap Soon yang selalu bilang, "Beri aku nasi..." itu?"

"Ya. Bap Soon itu. Kenapa aku sampai tidak mengenali dia?"

Kebayangkan betapa syok-nya Gun Wook dengan kabar ini.


Ma Rin memandangi foto So Joon, ia heran, kenapa ia tidak mengenali So Joon? Kenapa ia tidak mengingatnya?

"itu kau?"


Di masa depan So Joon juga melamun tapi cuma sebentar, ia lalu mengambil ponsel yang ia sembunyikan di bawah mesin minuman. Saat ini ia sudah pukul 8:12 malam hari kecelakaan itu.

-- 25 Maret 2019, Hari Kejadian --

So Joon terkejut, kenapa ia bisa kesana? Ia lalu bergegas ke lokasi kejadian. Ia menelfon dirinya di masa itu, menanyakan keberadaannya.

"Aku mengemudi." Jawab So Joon masa itu.

So Joon bertanya, apa sudah menemukan jalan keluar. So Joon masa itu menjawab dengan putus asa kalau tidak ada jalan keluar. So Joon kesal kalarena So Joon masa itu malah mengemudi sekarang, sudah gila, ya? Tidak tahu ini hari apa? dimana sekarang?

"Kau harus kembali sekarang. Jika aku mati, kau juga dalam bahaya."

"Kunci saja diri di rumah, atau pergi mendaki gunung yang jauh."

"Aku tidak ingin menjalani saat terakhirku seperti itu."

"Terakhir? Kau bilang terakhir? Dasar idiot!"

"Aku sedang menuju Stasiun Namyang. Aku ingin menaikin subway untuk terakhir kalinya."

"Berhentilah menyebut kata "terakhir!" Tidak mungkin kau itu aku. Aku bukan pecundang sepertimu!"


So Joon masa itu berhenti di lampu merah, ia melihat Ma Rin berdiri di pinggir jalan hendak menyebrang. Ia menangis melihatnya. So Joon memanggil-manggil di telfon.

"Hei, kau... Kenapa kau tidak coba membuat hubunganmu dengan dia berhasil?"


Tepat saat itu Ma Rin ditabrak orang yang membuatnya jatuh ke jalan raya dan tertabrak mobil. Mobil yang lain mencoba menghindari tapi malah jadi kecelakaan beruntun. Ada satu mobil yang terlempar dan jatuh menimpa mobil So Joon masa itu.


So Joon mendengar suara ambulan, ia segera menuju tempat kejadian. Saat ia sampai ia sudah melihat dirinya sendiri ditandu menuju ambulan.


So Joon terus maju dan melihat Ma Rin. Ma Rin masih sadar dan mengenali So Joon, ia memegang tangan So Joon, ia melarang So Joon pergi karena ia merasa takut.

"Aku... Kau mungkin tidak tahu. Aku pernah sekali menyelamatkanmu. Jangan cemas."


Ma Rin dibawa petugas masuk ke ambulan. So Joon berjanji menatap Ma Rin sampai pintu ambulan ditutup,

"Aku... Aku... akan... menyelamatkanmu."


So Joon keluar dari kerumuman, ia kembali ke stasiun.


Ma Rin di masa kini sangat gugup sampai ia tidak bisa menelfon So Joon, akhirnya ia hanya mengirim pesan.

"Kita bertemu saat insiden Stasiun Namyeong. Aku akhirnya mengingatnya. Kau ingin bertemu sekarang? Aku tunggu di Stasiun Namyeong."

Ma Rin menuju ke kereta lagi untuk kembali ke stasiun Namyeong. So Joon juga berlari sekuat tenaga untuk mengejar kereta terakhir tapi ia terlambat.

"Suasana hatiku sangat baik sekarang. Karena... Karena, tidak peduli siapa pun kau.. aku senang kau selamat."

-- 25 Maret 2019 pukul 9.15 malam --


So Joon teringat kata-kata Doo Sik bahwa ia meninggal di waktu itu. Dan Do Sik tidak tahu apa yang akan terjadi pada So Joon jika So Joon tetap di masa depan. So Joon pun berubah menjadi asap dan menghilang.


Sementara Ma Rin menunggu keretanya dengan senyum bahagia.

"Karena hari itu kita selamat bersama. Aku selalu bersyukur. Karena bukan hanya aku yang selamat. Aku senang bertemu lagi denganmu."

Apakah So Joon benar-benar menghilang seperti Om Goblin? nantikan episode selanjutnya ya ^^



>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search