-->

Sinopsis Tomorrow With You Episode 2 Part 1

- Februari 05, 2017
>

Sumber Gambar dan Konten dari tvN

Sinopsis Tomorrow With You Episode 2 Part 1


So Joon (Sebelumnya aku menyebut Se Joon, maaf salah baca) naik subway bersama kedua orang tuanya. So Joon sibuk dengan ponselnya, ia bilang mau bertemu temannya dulu. Ibu mengatakan sudah larut dan So Joon pasti lelah.

"Kau akan ke warnet lagi, kan?" Tebak ayah.

Ayah membentak menyuruh So Joon untuk membantu beres-beres. So Joon bergumam, ia sudah membawa banyak makanan seharian ini, kenapa harus bantulagi?

Ayah mengetok kepalanya. Jangan protes, toh ini juga hanya sebulan sekali. Ayah mengancam, jika tidak mau membantu beres-beres sebaiknya tinggalkan rumah saja. Ayah juga menggerutu soal So Joon yang masih menganggur padahal sudah 3 bulan keluar wajib militer.



So Joon mengalah, ia memilih berdiri agak jauh dari ayah ibunya. Ayah masih menggerutu karena So Joon tidap hari kerjaannya keluar malam terus tapi kalau siang tidak mencari pekerjaan dan terus melihat ponsel.

"Berhentilah melihat ponselmu itu. Toh tidak akan keluar sesuatu dari sana!"


Ma Rin juga naik subway yang sama. Ia melihat fotonya sedang tidur di subway tersebar luas di internet. Ia kesal, siapa sih yang memotretnya. Dan tiba-tiba terdengar suara cekrikan ponsel. Itu ponsel So Joon yang mengarah tepat ke Ma Rin.


Ma Rin mendekat, menuduhnya sudah mengambil foto diam-dim. So Joon menyangkal, buat apa juga ia mengambil foto ma Rin. Ma Rin tetap bersikukuh dan So Joon tetap menyangkalnya, mereka akhirnya berdebat. Itu menyita perhatian penumpang lain dan mereka mengenali Ma Rin sebagai bap Soon. Ma Rin malu, akhirnya ia mengajak So Joon turun di stasiun berikutnya.

Narasi So Joon : Aku mungkin tidak mengingatnya dengan baik. Tapi seorang wanita asing mengawali perdebatan denganku. Aku merasa ini sebagai kesematanku untuk melarikan diri.

So Joon malah senang karena ia bisa bebas dari orang tuanya. Ia bahkan berterimakasih pada Ma Rin. Ma Rin meminta ponsel So Joon, ia akan memastikan bahwa So Joon mengambil fotonya atau tidak.

So Joon terus menyangkalnya, ia bisa saja menunjukkan ponselnya tapi ia tidak mau karena Ma Rin sudah menyinggungnya. Ma Rin yakin So Joon telah mengambil fotonya setelah mendengar jawaban So Joon itu, ia terus memaksa.


Saat mereka sedang berdebat, terdengar suara ledakan. Semuanya panik, So Joon mendakat dan terjadilah ledakan kedua yang semakin besar.


So Joon berlari melalui rel kereta, ia khawatir akan  ayah dan ibunya.

Narasi So Joon: Dan begitulah, karena wanita itu... Aku selamat seorang diri.

Di hari ke-49 setelah kejadian, So Joon menuju lokasi ledakan untuk memberi penghormatan terakhir untuk ayah dan ibunya. Ia melatakkan bunga krisan diatas rel tapi tiba-tiba kepalanya sakit.


Dan tiba-tiba ia berpindah tempat di dalam subway, ia masih merasa sakit yang amat sangat sampai menarik perhatian penumpang lain. Itu adalah penjelajahan waktu pertamanya.

So Joon turun di salah satu stasiun. Tapi saat ia keluar, ia bingung karena udaranya sangat dingin. Di salah satu Banner tertulis "Selamat Tahun Baru 2015".


Doo Sik lalu mengeluarkan mantel dari tasnya dan memberikannya untuk So Joon. Ia memperingatkan So Joon untuk membawa dua baju tidak kali naik subway, baju musim panas dan musim dingin. Karena So Joon tidak bisa mengontrol akan tiba di musim apa.

Narasi So Joon: Itu adalah kali pertamaku bertemu penjelajah waktu lain.


So Joon panik, siapa ahjusshi yang sok kenal itu. Doo Sik tahu tentang kematian orangtuanya yang sangat mengejutkan. So Joon makin panik, siapa ahjusshi itu dan dimana ia sekarang?

"Kenapa kau banmal padaku?! Kau adalah Yoo So Joon. Aku seseorang yang tahu kau bakalan datang. Berarti aku ini sunbae? Emm.. Sabu.. Aku lebih suka Sabu."


So Joon selanjutnya belajar banyak dari Doo Sik. Ia diajari aturan tentang dunia ini. Melewati stasiun Namyeong menuju stasiun Seoul bisa membawanya ke masa depan. Jadi jika ia ingin pergi ke masa depan. Ia harus naik subway dari stasiun Namyeong menuju stasiun Seoul dan untuk kembali ke masa kini, ia naik dari stasiun Seoul menuju stasiun Namyeong.


Suatu saat ia pergi ke masa depan dan bertemu dengan dirinya di masa itu. Ia mulai menghilang. Lalu ia dan dirinya di masa depan saling menjauh.

Narasi So Joon: Jika aku melihat diriku sendiri di masa depan, Aku akan mulai menghilang.
Doo Sik sudah menunggunya di luar dengan mobil. Doo Sik kesal karena ia tidak berhati-hati padahal sudah diperingatkan.


Narasi So Joon: Bahkan waktu aku akan meninggal. Ahjusshi tahu itu semua.

-- 3 Bulan Kemudian: Masa Depan --


So Joon terkejut bukan main mendapati dirinya sudah menikah dengan Ma Rin. Ia tidak bisa menyembunyikannya,

"Kita... pengantin baru?"


Ma Rin menebak, apa So Joon merasa ini seperti mimpi. So Joon gagap, ia bertanya sudah berapa lama mereka menikah. Ma Rin curiga, ia beralasan rasanya masih seperti bermimpi. Ma Rin menjawab, 2 hari setelah mereka pulang bulan madu.


Ma Rin menyentuhnya dan ia jelas menghindar. Ma Rin lalu menepuk lengannya, tidak usah malu. Ma Rin heran, baju yang dipakai So Joon bukan baju tadi pagi. So Joon menjawab kalau ia memang ganti baju.

"kenapa?"

"AKu punya alasan sendiri kenapa aku ganti baju. Tapi.. ngomong-ngomong, bukankah seharusnya kau memakai baju?"

"Baju mandi untuk pagi dan malam. Kau bisa masuk angin. Aku mau pergi dulu."

"Kau mau ke mana? Kutanya, kau mau ke mana?"


Ma Rin memaksanya untuk melakukan itu. Ia jelas tidak mengerti apa maksudnya.

"Ayolah. Lakukan. Bunga."

"Bunga?"

"Apa itu? Apa itu namanya seekor anjing?"

Ma Rin menjelaskan kalau So Joon selalu memanngilnya bunya bukan Bap Soon. Ma Rin sangat senang jika So Joon memanggilnya begitu jadi ia mau So Joon juga melakukannya sebelum pergi.

"Panggilanku untuknya? Aku memanggilnya begitu? Apa aku sudah gila?"

"Yang bagus-bagus, bukankah harusnya tidak boleh dilakukan secara berlebihan?" Ucap So Joon lalu pergi. Ma Rin heran, kenapa sih dengan suaminya itu.


Ma Rin menemui temannya, Oh So Ri. Ia menceritakan soal So Joon yang mengekorinya di jalan dan bilang kalau menyukainya. So Joon bilang sudah jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama. Ma Rin bahkan mempraktekkan bagaimana So Joon menyentuhnya.

"Benarkah?"

"Belakangan, aku bertemu dengannya tanpa sengaja dan minum dengannya."

"Habislah sudah. Kau harusnya jangan minum. Kau sudah hidup selama 31 tahun dan masih belum mengerti kalau alkohol adalah kelemahanmu yang mematikan?"

"Makanya. Itu juga aneh, tidak peduli seberapa keraspun aku memikirkannya. Aku sudah menunjukkan semua kebiasaan mabukku yang mengerikan. Tapi, dia muncul di depan rumahku seolah dia tidak peduli."

"Jangan bohong. Pria mana yang akan melakukan itu padamu?"

"Aneh sekali, dan kedengarannya seperti bualan, kan?"


So Joon jugacurhat tentang Ma Rin pada Ki Dong. Baginya Ma Rin sangat aneh, bukan aneh yang rata-rata tapi benar-benar super aneh. Bahkan tidak bisa ditutup dengan kecantikannya.

"Mana mungkin dia bisa jadi tipeku. Walaupun kami ada di pulau terpencil berdua, aku tidak akan menyentuhnya."

"Jangan bohong."

"Aku serius. Aku tidak akan menyentuhnya. Never!"

"Tapi, kau bilang kau menikah dengannya."

"Aku pulang ke rumah dan di dinding sudah menggantung foto pernikahan. Itu bukan 30 atau 3 tahun yang akan datang, tapi 3 bulan! Apa itu masuk akal? Tidak akan pernah ada pernikahan dalam takdirku. Pernikahan apaan? Aku bahkan tidak berkencan dengan siapapun."

"Jadi, kenapa kau menyelamatkan dia?"

"Aku punya alasan kenapa aku melakukan itu."


Ma Rin bertanya-tanya, apa So Joon benar-benar sudah kepincut padanya. Tapi So Ri tidak percaya dengan semua cerita Ma Rin itu. Lalu So Joon menelfon.


So Ri menguping. So Joon meminta bertemu dengan Ma Rin sekarang juga, ia tidak peduli walau ma Rin sibuk karena ini sangat penting!


So Ri mengantar Ma Rin keluar, kali ini ia benar-benar yakin kalau So Joon sudah kepinsut oleh Ma Rin. Bahkan So Joon mau bertemu dengan Ma Rin walaupun sudah melihat cara mabuk Ma Rin yang mengerikan itu.

"Dia pasti buta atau gila."

"Menurutmu begitu? Aku harus bagaimana?"


Saat bertemu mereka berdua sama-sama diam. Ma Rin membatin, apa So Joon memang sudah jatuh cinta padanya. So Joon juga membatin, apakah ia sudah gila sampai menikahi wanita di depannya itu.

Ma Rin akhirnya bicara, ia menyuruh So Joon bicara karena So Joon yang mengajaknya bertemu. Dari matanya kelihatannya So Joon sedikit..

"Kenapa dengan mataku?"

"Kau terlalu blak-blak an menatapku."

"Beginilah caraku memandang orang."

"Tentu, anggap saja begitu."


So Joon menebak, pasti Ma Rin tidak punya pacar. Ma Rin membatin kalau So Joon ternyata penasaran dengan pria di hidupnya. Ia lalu balik bertanya, bagaimana jika memang benar tidak ada?

"Kau tidak berencana punya pacar, kan? Tidak ada orang yang kau taksir atau sedang kau incar? Atau seorang pria yang kau harap bisa kau nikahi? Atau seseorang yang janji akan menikah denganmu kalau kalian masih sama-sama jomblo setelah masuk usia 30 tahun? Kau tidak membuat janji-janji bodoh macam itu, kan?"

Ma Rin hanya sedang tak tertarik pada pria. Lagian, kenapa juga So Joon bertanya. So Joon hanya berencana membantu Ma Rin jika Ma Rin punya pria semacam itu, So Joon menyebutnya bantuan tulus dari sesama manusia. Ah.. Ma Rin tersenyum, ia menganggapnya lebih.


"Kau sepertinya akan dalam bahaya kalau dibiarkan sendiri. Sebaiknya kau selalu ditemani seorang pria kalau kau mau pergi minum."

"Aku pasti kelihatan kesepian di matamu. Aku mengerti, kok apa maksudmu."

So Joon menyangkal, ia tidak ada maksud apa-apa kok. Ia sungguh-sungguh dengan ucapanbta tadi. Sebagai salah satu teman Ma Rin. Ma Rin menyela, sejak kapan mereka teman dan bagaimana bisa pria dan wanita bisa jadi teman? Ia tidak percaya hal semacam itu.

So Joon lalu menyebut hubungan kakak-adik. Ya ia akan memanggil Ma Rin Noona.


Mendengar dipanggil Noona, Ma Rin malah merasa kepanasa, jadi begitu rasanya dipanggil Noona, Bagaimana ini? Bagaimana?

"Tidak, tidak. Aku minta maaf. Kita tidak akan melakukan hal semacam itu."

"Kau sangat buruk dalam hal ini. Kau lebih polos dari kelihatannya. Aku tidak sepolos itu kok. Aku sudah mengei maksudmu, untuk hari ini itu saja dulu. Aku akan memikirkannya dengan serius, dan aku minta kau jangan terlalu memaksakan diri. Aku jadi merasa sedikit tertekan karenanya."

So Joon minum dulu, ia bingung harus memilih kata apa agar Ma Rin mengerti, "Tunggu, tunggu. Izinkan aku menyimpulkan semuanya. Kau tidak boleh menyukaiku, bagaimanapun itu. Jangan menyukaiku nanti atau besok atau kapanpun."

"Baiklah. Aku tidak akan menyukaimu. Lagipula aku ini sangat sibuk." Jawab Ma Rin dengan berbunga-bunga, mungkin ia melihat kalau So Joon malu mengakui makanya berkata begitu.

Ma Rin mendapat telfon dari Bit Na yang mengabarkan kalau ia sudah merekomendasikan Ma Rin sebagai fotografernya. Ma Rin sangat senang hingga lepas kendali, benarkah?


Ia lalu pergi begitu saja. So Joon mengikutinya, menanyakan mau pergi kemana Ma Rin. Ma Rin menjelaskan kalau ia harus pergi dalam sejam karena studionya sudah dibooking, ia harus pulang mengambil kameraku, jadi ia tidak punya waktu.

"Deobbang, di mana kau parkirkan mobilmu?"

"Apa maksudmu aku harus mengantarkanmu?"

Ma Rin menuju mobil merah butut, ia mengira itu mobil Se Joon. "Beginilah caranya agar kau dapat nilai bagus di mataku. Cepat! Aku tidak punya waktu."

"Bagaimana bisa dia tidak punya malu sama sekali  seperti ini?" Gerutu So Joon, ia lalu menunjukkan kalau mobilnya itu yang keren di depan mobil mereh itu.


So Joon bukan hanya mengantar Ma Rin tapi juga membawakan barang-barang Ma Rin. Ia menggerutu, kenapa juga dirinya mau membantunya seperti ini?


So Joon ingin menjelaskan supaya Ma Rin tidak salah paham. Ia hanya membantunya karena Ma Rin yang memaksa.


Tapi Ma Rin tidak begitu menanggapinya karena melihat Bit Na. Ia sangat berterimakasih pada Bit Na sampaitidak tahu bilangnya bagaimana.

"Ini bagus sekali. Kau juga membantuku, Unnie. Ini sama sekali bukan apa-apa."


Bit Na melihat So Joon, ia bertanya siapa dia. Bos satang, ia menduga kalau So Joon itu model baru dan ia mengagumi bentuk tubuh So Joon dan tampangnya juga tentunya.

Ma Rin mendekat, ia memperkenalkan diri sebagai fotografer dan menjelaskan kalau So Joon hanya teman yang kebetulan membantunya. Dia tidak ada hubungannya dengan pekerjaan ini.


So Joon akan pergi tapi bos nahannya. Ia mengatakan kalau pakaian mereka kelihatan bagus kalau So Joon yang pakai. Ia menawari So Joon untuk menjadi model mereka.

"Tidak, aku tidak mau." Jawab So Joon tegas, ia sama sekali tidak kelihatan tertarik.

"Karismanya melimpah-ruah."


Ma Rin lalu cepat-cepat menarik Bos, ia berjanji akan membuat pakaian-pakaian itu luar biasa dalam setiap jepretannya.

Tapi Bos sepertinya tidak bisa melepas So Joon.


So Joon menyesali keputusannya membantu Ma Rin. Benar-benar takdir yang buruk. Ia tidak akan mencaritahu alasannya, ia sudah memutuskan untuk tidak ikut campur dalam kehidupan Ma Rin. 

"Abaikan telponnya dan pura-pura tidak kenal saja kalau kau bertemu dengannya. Abaikan telponnya dan pura-pura tidak kenal saja kalau kau bertemu dengannya. Abaikan telponnya dan pura-pura tidak kenal saja. kalau kau bertemu dengannya."


Se Young menegur seseorang yang bertanggung jawab karena ada di dinding. Ia kan sudah bilang satukan saja semua kayunya. Ikuti semua aturan untuk isolasi dan dindingnya. Pria itu menjawab kalau ia tidak melihat ada masalah.

Se Young menariknya, menunjukkan celah yang ia maksud. Pria itu bersikeras kalau itu bukan masalah karena suma celah kecil. Dan kalau memang itu jadi masalah mereka bisa mengatasinya setelah desain dalamnya selesai.

"Kau hanya ke sana kemari dan protes soal ini itu. Apa itu berarti kami harus melakukan semua  yang kau minta?" Protes pria itu.


Se Young kemudian mengeluh pada Shin Sun Gyo (Ayahnya) kalau orang-orang disana memperlakukannya seperti sampah. Mereka meremehkannya karena ia wanita dan masih muda. Lagian, mereka tidak bisa begini. Mereka butuh dana yang lebih besar.

"Kita harus mengeluarkan uang lebih banyak karena  harus bayar DP Gangwon-do." Jawab Pak Shin.

"Jadi haruskah kita membangun rumah asal-asalan meskipun nanti manusia yang akan menempatinya?"

"Ujung-ujungnya kita cuma akan minta uang lagi pada So Joon. Bisa kau minta kali ini? Aku sudah terlalu malu melakukannya lagi."

"Kenapa kau setuju untuk mengambil bagian Gangwon-do? Bagi Ayah, So Joon cuma bank, kan?"

"Astaga, lihat perangainya."

Se Young pergi dengan kesal dan Pak Shin mengejarnya untuk mengajak makan bersama.


Ma Rin membicarakan soal pekerjaannya pada Bos, bisakah mereka melanjutkan kerja sama ini.Bos tidak yakin, lalu mengubah pembicaraan soal So Joon tadi, apa Ma Rin bisa membawanya menjadi model?

"Dia hanya orang biasa yang punya bisnis properti."

"Bawa dia. Kau harus menunjukkan padaku kemampuanmu dengan itu sebelum aku memutuskan untuk bermitra denganmu. Nanti baru aku bisa putuskan."


Bit Na membantu Ma Rin beres-beres, ia memaksa Ma Rin untuk membawa So Joon sebagai model karena jika Ma Rin bisa menjadi pegawai tetap disana adalah prestasi baru bagi Ma Rin.

"Ya, Deobbang akan melakukannya sih kalau aku yang memintanya. Itu bukan masalah. Rasanya aku seperti sedang memanfaatkan pria yang menyukaiku. Hatiku masih belum sampai pada tahap itu."

"Dia menyukaimu?"

"Pura-pura saja kau tidak tahu. Kau mungkin saja akan bertemu dia lagi."


So Joon dalam perjalanan ke sebuah klub. Di dalam sudah ada Ki Dong, Sung Min dan satu teman lagi. Sung Min sedang galau karena putus dari Hye Kyung. Ki Dong menasehatinya untuk kembali saja pada Hye Kyung karena Hye Kyung itu gadis baik.

"Hei, kapan So Joon akan sampai ke sini? Katakan padanya untuk membayar semua ini. Lagian dia kan kebanyakan uang." Ujar Sung Min.

"Memangnya So Joon itu bankmu atau apa sih?" Tanya Ki Dong.

"Tentu saja dia bank-ku. Kau juga selalu bersamanya. Pesan satu botol lagi yang seperti ini."

Dan So Joon mendengar percakapan mereka itu, ia lalu bergabung dengan mereka. Sung Min mengatakan kalau ia putus dari Hae Kyung jadi ia sedang mengalami masa yang sulit.


So Joon menyarankan untuk pacaran dengan orang lain. Ia bahkan bersedia menjodohkan Sung Min dengan seorang gadis.

"Hei, aku serius soal Hye Kyung."

"Kau juga akan serius kalau bertemu dengan gadis yang lain. Dia lebai kan. Bukan begitu?"

Ki Dong mengkode So Joon untuk diam. Sementara Sung Min yang tersinggung balik menyindir So Joon. Apa So Joon tahu soal cinta?

"Cinta? Hei, bukankah dalam percintaan adalah hal wajar untuk putus setelah kau muak dengan seseorang atau saat segalanya menjadi sulit?"

Ki Dong angkat bicara, ia rasa cukup sampai disini dan meminta mereka berhenti. So Joon malah berdiri dan mengeluarkan kartu kreditnya.

"Jangan cemas, makan sajalah. Kukira ada masalah besar atau apa."

Ia meninggalkan kartu kreditnya disana lalu pergi. Sung Min kesal, ia akan mengejar So Joon tapi kedua temannya melarang. Ki Dong lalu menggantikan Sung Min mengejar So Joon.


Ki Dong melarang So Joon pergi, ia yang traktir malam ini. So Joon menyuruhnya menggunakan kartu itu saja.

"Kau kira bagaimana perasaanku kalau kau pergi begitu saja?" Ki Dong mengembalikan kartu kredit So Joon.

So Joon menjelaskan kalau Sung Min akan kembali pada Hye Kyung, mereka akan balikan. Kemudian Sung Min pergi dengan wanita lain. Sung Min kerja ke Kanada dan bertemu dengan seseorang di sana. Ia sudah tahu ini akan terjadi, dan ini benar-benar lucu sekali. Sung Min bersikap seolah-olah hubungan mereka adalah hidup dan mati.

"Kau yang tahu, Sung Min kan tidak. Hye Kyung adalah satu-satunya yang dimiliki Sung Min sekarang. Dia belum tahu kalau mereka akan balikan lagi.. dan dia masih belum tahu soal Kanada. Dia bahkan tidak bisa membayangkan kalau akhirnya dia yang akan berkhianat. Sung Min sedang mengalami masa sulit sekarang."

"Tapi, aku bisa apa? Aku tahu semua dan ini seperti candaan bagiku."

"Astaga, aku tidak tahu lagi. Aku tidak pernah punya kehidupan seperti milikmu. Kau hidup di masa kini dan masa depan  di waktu yang sama. Sementara yang kami punya hanya hari ini. Begitulah semua orang di dunia ini hidup. Kalau kau anggap itu hanya bahan tertawaan, aku tidak tahu harus bilang apa. Apa kau selalu menganggap masa depan  adalah yang terpenting?"


"Aku tahu. Sampai jumpa besok."

Dalam perjalanannya, So Joon mendesah, mungkin mengira kalau omongan Ki Dong barusan ada benarnya.


So Joon tidak bisa tidur nyenyak, is bermimpi akan kecelakaandi masa depan yang merenggut nyawanya dan Ma Rin.


So Joon jalan-jalan di halaman rumahnya untuk menghilangkan kegelisahannya.


So Joon masuk kantor dan semua pegawainya menyapanya ramah. Mereka semua tampak akrab, tidak seperti hubungan bos-pegawai pada umumnya.

Ma Rin mengirim pesan, mengajaknya bertemu di kafe jam 3 sore. Tapi ia mengabaikannya.


Ma Rin datang duluan, ia berlatih untuk membujuk So Joon agar bersedia jadi model.

"Kau bisa menjadi model berkat aku. Aku akan memberikanmu satu kamar dengan satu ranjang tanpa mengurangi bayaranmu. Kau berterima kasih padaku, kan? Bosnya tidak akan mempekerjakanku, kalau  aku tidak membawamu. Kau akan menolongku, kan?"

Tapi kemudian ia menggeleng, selalu jujur juga tidak baik. Kalau ia mengemis, ia akan kelihatan buruk. Dan nanti ia bisa diremehkan.

Ada sepasang kekasih yang mengenali Ma Ri sebagai Bap Soon. Mereka membicarakan sial artikel tentang Bap Soon hari ini.


Ma Rin penasaran artikel apa itu dan ia mengeceknya diinternet. Ia kesal karena fotonya dipajang yang jelek dan artikel itu menjelek-jelekkannya. Ia melihat nama reporter yang menulisnya yang ternyata adalah reorter sama untuk artikel-artikel sebelumnya.

Kali ini ia tidak bisa diam, ia langsung menghubungi reporter itu.  

"Ini aku. Bap Soon, orang yang kau anggap mengecewakan Reporter Choi. Kau menulis artikel tentang aku lagi. Apa setiap tulisanmu tentangku, akan terupdate secara otomatis? Kenapa kau memberikanku ejekan baru, di saat aku sedang berusaha melupakan hinaanmu sebelumnya? Aku sudah mau meledak, nih. Aku tidak berhenti akting karena aku sekarang mengecewakan. Aku berhenti, karena aku tidak bisa akting. Kau bahkan tidak tahu alasannya. Dan juga, apa kau bahkan pernah bertemu langsung denganku? Haruskah aku mengirimimu foto selfiku? Kenapa kau harus pakai foto semacam itu? Kenapa juga aku harus mematikan teleponnya?"


"Pasti susah, ya hidup dari hasil menghina dan menyudutkan orang lain. Kaulah yang menulis artikel-artikel menyedihkan itu. Aku bahkan bisa mendengar dengan jelas yang dibicarakan orang-orang di sekitarku. Mereka tahu aku bisa dengar bagaimana mereka membicarakan betapa menyedihkannya hidupku. Atau membuat taruhan apakah aku berani keluar setelah semua masalah itu. Membicarakan orang seperti itu adalah ciri dari pengecut. Ya. Artikel yang kau buat sudah menciptakan semakin banyak pengecut di dunia ini. Karena alasan itukah kau dilahirkan ke dunia? Hidup saja terus dengan cara seperti itu. Aku yakin suatu saat kita akan bertemu di pengadilan."

Si pria yang tadi membicarakannya tidak terima dan berdiri kesal. Ma Rin malah menantangnya,

"Kalau kau punya sesuatu yang ingin kau katakan, katakan sekarang. Aku akan mendengarkan semuanya."

"Yang benar saja?"

"Kau bisa mengatakannya di depanku, tapi kau juga bisa mengatakannya di belakangku. Atau tulis sajalah komentar jelek. Aku akan jadi dekat dengan polisi cyber."

Ia kesal dan meninggalkan kafe.


Ki Dong juga melihat artikel itu, ia bertanya pada So Joon, apa tahu soal Bap Soon. So Joonpura-pura tidak tahu, memangnya ada apa.

"Saat semua orang berusaha melupakannya,  sebuah artikel tentang dia pasti muncul. Ini... lucu sekali."

So Joon mengalihkan pembicaraan, ia meminta Ki Dong mengambilkan salinan dokumen yang mereka punya. Ia akan menandatangani semua itu.

So Joon kepikiran soal ajakan Ma Rin bertemu. Ma Rin menelfonnya, ia khawatir, jangan-jangan Ma Rinmasih menunggunya.


Ma Rin minum-minum sendirian di pinggir sungai.

"Maaf soal hari ini. Kau pasti menunggu lama, ya? Ada masalah, jadi aku harus pergi. Aku biasanya punya tata krama yang lebih bagus dari ini. Mereka bilang wanita harusnya membiarkan para pria menunggu. Menurutku pandangan feminis semacam itu sangat tidak adil. Aku suka wanita dan pria disejajarkan."


So Joon tidak bisa berkata apa-apa sampai Ma Rin menanyakan soal itu. Ma Rin menyimpulkan pasti kecewa karena So Joon tidak bisa bertemu dengannya. So Joon mengatakan kalau ia tidak pergi jadi Ma Rin tidak usah minta maaf.

"Terima kasih karena kau mengatakan itu. Kau mengatakan itu supaya aku tidak merasa bersalah. Sepertinya kau dibesarkan dengan baik oleh kedua orang tuamu. Kau sangat bijak dalam menghadapi orang lain."

"Oh... Maksudku aku tidak menunggumu. Bisakah kau percaya saja pada apa yang kukatakan?"

"Aku mau melompat ke dalam sungai."

"Apa?"

"Aku bercanda. Cuma bercanda. Terima kasih, berkat kau aku jadi bisa tertawa. Hari ini, bagaimana ya aku harus mengatakannya.. Aku merasa kesepian. Tapi aku minta maaf karena aku harus bilang aku suka sendirian. Aku juga suka melihat laut."

Se Joon tidak ingin mendengarkan lagi. Ia langsung menutup telfon.


Ma Rin beranggapan kalau So Joon pasti sangat marah karena ia tidak datang. Ia mengarti kok.

Sementara itu So Joon membanting ponselnya kesal, ia sudah bilang tidak datang, "Aku tidak pergi. Aku tidak pergi!"


Ki Dong panik karena So Joon berteriak-teriak begitu, ia kira karena ia lama menyiapkan dokumennya. Ia lalu buru-buru menyerahkan dokumen itu tapi So Joon mengacuhkannya, mood-nya sudah hilang dan ia pergi keluar.



>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search