-->

Sinopsis Solomon's Perjury Episode 10 Part 2

- Januari 27, 2017
>
Sumber Gambar dan Konten dari jtbc

Sinopsis Solomon's Perjury Episode 10 Part 2


Joon Young menangis sepanjang jalan. Ia bahkan berhenti dan bersandar di sebuah tiang.


Joon Young menunggu Ji Hoon di depan rumahnya. Ji Hoon bercanda, ia rasa sebaiknya ia membelikan Joon Young sikat gigi dan menyimpannya di kamar mandinya (karena Joon Young mulai sering menginap). Joon Young baru bisa tersenyum.


Sampai di kamar Ji Hoon, perut Joon Young berbunyi. Ji Hoon melepas seragamnya setelah itu ia ke dapur membuatkan ramen untuk Joon Young. Ia menyuruh Joon Young mencari baju ganti di lemari.



Joon Young mencari di almari tapi kayaknya tidak ada yang cocok. Lalu ia mencari di kardus tapi malah ada yang menarik perhatiannya.


Tas Ji Hoon lah yang menyita perhatiannya. Dimana tas itu beserta gantungannya mirip/sama dengan yang dipakai cowok yang dilihatnya pagi itu daat ia menemukan mayat So Woo.


Ji Hoon selesai memasak ramen, ia menggil-maggil Joon Young tapi tidak ada jawaban. Ia curiga jadi ia segera masuk ke kamarnya.


Ia kega, karena Joon Young hanya sedang memakai baju. Ji Hoon menjelaskan kalau ia hanya heran karena Joon Young tidak menjawab panggilannya, ia menyuruh Joon Young cepat ke meja makan, ramennya sudah matang.


Ji Young mengiyakan. Tapi setelah Ji Hoon keluar, ia memikirkan sesuatu.


Seo Yeon membaca kembali pesan terakhir Jeong Pa. Ia juga membaca kembali pesan Jeong Pa sebelum-sebelumnya.

"Biarkan saksi mengatakannya di depan semua orang."
"Juri harus berjumlah 8-9 orang."
"Berdasarkan halaman 107 dari
"Sejarah Persidangan Kasus Kriminal." Ada kesalahan di halaman ketiga dari proposal olah perkara."
"Selamat atas olah perkaranya."


Seo Yeon bertanya-tanya, kenapa... kenapa harus padanya?

Ia lalu mengajak Detektif Oh untuk menemui reporter Park.


Mereka bertiga ngobrol di kafe. Reporter Park tahu kalau Seo Yeon tidak suka bertele-tele jadi ia menyuruh Seo Yeon langsung ke intinya saja. Seo Yeon bertanya, waktu itu Reporter Park mau menyelidiki soal Jeong Pa, kan? Reporter Park mengangguk, lalu?

"Anda Sudah tahu siapa dia?"

"Kenapa tiba-tiba tanya? Beberapa waktu lalu, kau masih kesal padaku karena ikut campur."

Seo Yeon menjawab kalau ia harus mengetahuinya saat ini. Reporter Park berpikir... ia baru akan membatu Seo Yeon jika Seo Yeon memberinya alasan.

Seo Yeon mengakui kalau Jeong Pa lah yang menyarankannya untuk menggelar olah perkara dan mereka merencanakan segala sesuatunya bersama. Ia tidak pernah curiga padanya, karena Jeong Pa sudah cukup lama berteman baik dengannya. Jeong Pa membantu dan menghiburnya setiap kali iabutuhkan. Tidak ada hal selain rasa terima kasihnya padanya.

"Tapi sekarang saat kupikirkan lagi, rasanya selama ini dia mengarahkan aku ke jalan yang dia inginkan."


Reporter Park hampir saja keceplosan. Detektif Oh mengingatkannya. Seo Yeon langsung tahu kalau mereka sudah mengetahui identitas Jeong Pa. Ia menanyakan siapa itu Jeong Pa.

"Seo Yeon.. Aku akan mengatakannya, anggap saja saran. Jangan terlalu memercayai Jeong Pa."


Seo Yeon pergi setelah mendengar hal itu. Reporter Park dan Detektif Oh bicara berdua.


Detektif Oh tidak tahu kalau rupanya Ji hoon juga yang merencanakan olah perkara. Reporter Oh rasa sudah jelas. Ji Hoon merencanakan, bahkan memulainya. Ji Hoon sangat hebat.

"Jadi... menurutmu, siapa target sebenarnya? Jika dia bermaksud mengungkap kebenaran di balik kematian Lee So Woo... Aku sih tidak merasa dia bohong soal itu. Tapi dia tidak menargetkan Choi Woo Hyuk. Siapa sebenarnya sasaran dia?" Tanya Detektif Oh.

"Kurasa... Pihak sekolah. Hanya dugaan, sih. Dia bahkan menunjukkan ketidak-adilan Komite."

"Jika Han Ji Hoon bermaksud menantang SMA Jeong-guk, apa artinya Pak Han juga sasarannya? Tidak mungkin, kan? Dia ayahnya."

Reporter Park juga angkat tangan soal itu.


Anak-anak menggosipkan mengenai Ex-Kepsek yang sudah kembali ke posisinya lagi sebagai Kepala Sekolah SMA Jeong-guk. Wali kelas lalu masuk, meminta Seo Seon mengikutinya.


Ibu kesiswaan memberi mereka surat persetujuan pembubaran klub. Ibu Kesiswaan melarang mereka banyak tanya, isi saja. Soo Hee tidak bisa, ia menanyakan alasan kenapa mereka harus menandatanganinya.

"Apa kau memang selalu kurang ajar? Atau hanya ingin mengujiku saja?"

"Seongsaeng-nim." Sela Seo Yeon.

Ibu kesiswaan mulai lagi, ia akan mengurangi poin dari siapa pun yang berani bicara. Seung Hyun tak mengerti, apa? Dan ialah yang pertama di kurangi poinnya. Lalu Yoo Jin karena menanyakan apa yang terjadi.

Ibu kesiswaan menutup bukunya, "Mulai hari ini, kalian semua di-skors. Kalian di-skors sampai menandatangani persetujuan ini. Mengerti? Skorsing awal seminggu, tanpa pertanyaan."

Wow.. daebak!!

Min Suk bertanya, atas dasar apa sekolah memutuskan sanksi itu. Ibu Kesiswaan melemparkan buku aturan sekolah yang baru, ia menyuruh mereka membaca halaman 107 "Siapa pun yang memberi dampak buruk serius pada sekolah dan siapa pun yang memimpin aksi tersebut."

"Tolong berikan contoh yang spesifik. Dampak buruk serius dan tindakan macam apa yang sudah kami lakukan?" Tanya Seo Yeon.

Ibu kesiswaan malah memintanya menunggu seminggu, ia akan mengeluarkan surat peringatannya. Semua diam saja mencerna apa yang baru mereka dengar.

"Pertimbangkan baik-baik. Sekolah tidak memiliki pilihan selain menindak kalian sesuai peraturan. Ingat juga, tindakan skorsing semacam ini akan dimasukkan dalam riwayat pendidikan kalian." Tutup Ibu kesiswaan.


Setelah mereka keluar. Penguman skorsing sudah di tempeldan dikerumuni anak-anak. Mereka terkejut karena baru kali ini melihat pengumuman skorsing. Dan skorsing berdampak pada riwayat pendidikan.

"Mereka gila, ya? Sekolah macam apa yang seenaknya menjatuhkan skorsing pada muridnya?" Ujar Soo Hee.

Min Suk menelfon, Seung Hyun membenarkan, telfon saja orang tua dan suruh mengajukan protes. Tapi Min Suk ternyata menelfon pembimbing les masuk universitasnya. Ia ingin mendiskusikan masalah riwayat pendidikannya, ia lalu menjauh dari yang lain.

"Apa kita... benar-benar akan dikeluarkan?" Tanya Yoo Jin.

"Tidak perlu sejauh itu, skorsing sudah sangat buruk! Semua kerja keras kita tidak berarti setelah dijatuhi skorsing begini! Menjengkelkan sekali!" Ujar Soo Hee.


Tapi Joon Young tidak peduli, ia tidak akan mundur. Seo Yeon membantahnya, ia menyuruh mereka memikirkan hal ini dengan hati-hati. Tentu, ia juga tidak ingin mematuhi sekolah. Ini sangat keterlaluan. Tapi, masa depan mereka juga dipertaruhkan dalam hal ini.




"Kita pikirkan di rumah. Kita butuh rencana."
Seo Yeon berjalan lesu. Tiba-tiba seseorang memanggilnya. Seo Yeon memanggil pria itu "Seongsaeng-nim" (pak guru).

Seo Yeon mengajak Pak Guru ke ruang klub. Pak Guru tahunya ruangan itu dulunya adalah gudang. Seo Yeon membenarkan, memang butuh waktu hingga bisa menjadi seperti sekarang.

"Kudengar Anda melakukan perjalanan ke luar negeri cukup lama. Sudah selesai?"

"Ya, sudah selesai. Aku kembali beberapa minggu lalu. Sekarang, aku bekerja di salah satu SMA Seni."

"Pasti sibuk sekali."

"Ya. Cukup sibuk sampai tidak tahu yang terjadi pada So Woo."

Pak Guru sudah mendengar soal olah perkara dan Seo Yeon adalah jaksanya. Ia menawarkan diri untuk bersaksi. Ia percaya So Woo  bunuh diri.

Kilas balik...


So Woo main ke ruang seni. Disana ia memandangi lukisan itu (yang dipasang sebagai foto sampul akun Jeong Pa). Disana ada Pak Guru, ie bartanya:

"Seongsaeng-nim. Jika suatu hari aku menghilang, apa yang akan Seongsaeng-nim lakukan? Mereka menyuruhku keluar dari sekolah."

Pak Guru tidak menganngapinya dengan serius, "Siapa? Apa yang kau bicarakan?

Kilas balik selesai...


Seo Yeon memberitahu ayah dan ibunya soal skorsing. Ibu kesal, seharusnya sekolah tidak berhak menjatuhkan skorsing pada murid, terlebih pada situasi seperti ini. Pada murid yang akan segera ikut ujian universitas? Pikirnya mereka siapa?

Ayah melarang Seo Yeon khawatir, ia akan mencaritahu. Seo Yeon melarang ayahnya melakukan itu, biarkan saja hal itu, sekarang Olah perkaranya yang terpenting. Ia tidak ingin menundanya karena hal seperti ini.

"Seo Yeon! Bagaimana bisa kau... Maksudku, para murid... alibi Woo Hyuk kan sudah jelas. Bukankah artinya sudah berakhir?"

Seo Yeon menjelaskan, hanya karena Woo-hyuk terbukti tidak bersalah bukan berarti sudah jelas yang terjadi pada malam itu. Ada terlalu banyak hal yang belum mereka ketahui, dan seseorang berusaha menyembunyikannya. Olah perkara jadi satu-satunya jalan mereka bisa mengetahuinya!


"Ayah mengerti masih ada yang mengganjal soal insiden So-woo, tapi tidak perlu meneruskan olah perkara untuk mengungkapnya."

"Lalu bagaimana lagi? Orang-orang bahkan sudah melupakan insiden itu. Siaran tv, rumah Choi Woo Hyuk terbakar, dan video Joo Ri, Itu saja yang mereka ingat. Hanya kami yang ingin mengetahui kebenaran kematian So Woo. Kalau aku menyerah... insiden So Woo akan terkubur dalam kegelapan. Apakah bagus begitu? Menganggapnya bunuh diri lalu melupakannya? Lebih baik begitu? Aku berharap, setidaknya ayah dan ibu memahamiku.

Aku juga takut. Aku tahu catatan skorsing akan menyulitkanku di masa mendatang. Aku juga merasa tidak enak pada murid lain yang terseret di dalamnya karena aku. Tapi tetap saja... olah perkara harus dilanjutkan. Sisa ceritanya harus diungkapkan! Berapa kalipun kupikirkan, inilah menurutku hal yang benar."

Ayah dan Ibu mengerti.


Seo Yeon masuk kamarnya, Seseorang menelfon.


Orang itu adalah Wakil Kepala Sekolah. Wakepsek menanyakan soal kebenaran skrorsing-nya Seo Yeon. Seo Yeon membenarkan.

"Mulai hari ini. Meski hal itu untuk mencegah keributan, tapi berlebihan jika dilakukan pada murid yang akan masuk universitas."

"Saya lebih mencemaskan teman-teman Saya."

"Ya, aku juga merasa kasihan pada mereka. Mereka berteman dengan orang yang salah. Bukan kau yang aku maksud. Maksudku adalah Han Ji Hoon, murid SMA Seni Jeong-guk."

Seo Yeon heran, kenapa dengan Ji Hoon. Wakepsek terkejut melihat reaksi Seo Yeon. Apa Seo Yeon tidak tahu kalau Ayah Ji Hoon yang memerintahkan skorsing? Seo Yeon tampak tambah terkejut.

"Wow, rupanya kau benar-benar tidak tahu! Kalau begitu... Selama ini dia merahasiakannya?"

Seo Yeon meminta Wakepsek menjelaskan lebih detail mengenai ayah Ji Hoo. Wakepsek menjawab ayah Ji Hoon adalah Ketua Yayasan Jeong-guk. Ayah Ji Hoon Sangat berkuasa juga turut andil dalam insiden Lee So Woo.

*Apa coba tujuan Wakepsek memberitahu Seo Yeon? Apa Pak Han yang memerintahkan? Tapi kenapa?*


Seo Yeon langsung meminta ketemuan dengan Ji Hoon, ia bahkan rela pergi ke rumah Ji Hoon. Ji Hoon heran, ada apa? kenapa jauh-jauh?

"Kau belum dengar? Kami mungkin akan dikeluarkan dari sekolah."

"Apa?"

"Kami di-skorsing dari sekolah mulai hari ini. Mereka menyebutnya skorsing, tapi sebenarnya ancaman karena kami.. menolak membubarkan klub, itu sebabnya."

"Mereka semestinya memberi alasan jelas!"

"Kami sudah memberi dampak buruk serius pada sekolah dan memimpin aksi melawan aturan. Aku sudah memeriksanya di tata tertib lama, rupanya ini aturan yang baru mereka buat. Kurasa, mereka membuatnya untuk kami. Seseorang memerintahkannya. Aku tidak mengerti. Ada 6 anak di klub. Bukankah keterlaluan? Orang tuaku dan teman-teman tidak akan tinggal diam. Ini mungkin akan diberitakan juga. Aku tidak mengerti alasan sekolah kukuh menghentikan kami, seolah mereka menutupi hal besar. Kau... Kau tahu apa itu? Kau tahu alasan sekolah berbuat begini?"

Ternyata Ji Hoon tidak tahu, ia kemudian menanyakan apa yang akan Seo Yeon lakukan. Seo Yeon menjawab kalau ia lebih penasaran dengan pemikiran Ji Hoon, apa benar Ji Hoon tidak dengar apa pun dari sekolah?

Ji Hoon mengingatkan kalau ia bukan murid SMA Jeong-guk. Seo Yeon juga mengingatkan kalau mereka masih di yayasan yang sama. Ia Jaksa, sedangkan Ji Hoon Pengacara. Tapi... Bagaimana bisa Ji Hoon baik-baik saja? Bukankah aneh tidak ada yang terjadi pada Ji Hoon?

"Jika kau tidak mengerti juga, sayang sekali. Aku pergi."


Ji Hoon memanggilnya, "Ko Seo Yeon! Olah perkaranya... kau akan melanjutkan?"

Bahkan jika harus sendirian, Seo Yeon akan tetap menyelesaikannya.


Ji Hoon sengaja menunggu ayahnya di ruangannya tanpa menyalakan lampu. Ayahnya datang dan menyalakan lampu, barulah ia mendekat. Ji Hoon membicarakan soal skorsing yang ia dengar.

"Aku tidak menyangka Ayah selicik itu."

Pak Han mnjelaskan kalau itu keputusan internal SMA Jeong-guk. kalau begitu Ji Hoon meminta Ayahnya untuk membatalkannya karena ayahnya punya kuasa.

"Ji Hoon, tidak ada gunanya. Hanya karena mereka teman-temanmu, bukan berarti Ayah punya hak mendikte sekolah berdasarkan hubungan pribadi."

"Jika memang tidak ada ikatan pribadi, lalu kenapa aku tidak dihukum juga? Bagaimana bisa aku satu-satunya yang tidak di-skorsing? Kami dalam klub yang sama. Kami melakukannya bersama-sama."

Pak Han mengingatkan kalau itu peraturan SMA Jeong-guk bukan sekolah Ji Hoon.


Ji Hoon menegaskan, jika teman-temannya sampai dikeluarkan, ia akan ikut keluar juga. Jika eman-temannya bersalah, maka berarti ia juga harus dihukum. Jika Ayah tidak menandatangani persetujuan pengeluarannya dari sekolah, ia tidak mau masuk sekolah sampai dikeluarkan sesuai tata tertib absensi.

"Atau, biar saja aku buat masalah besar."

Pak Han menjamin bahwa Ji Hoon tidak akan pernah dikeluarkan. Ji Hoon mengancam, apa ia ungkap saja soal masa lalunya? Apa mereka akan membiarkannya tetap di sekolah jika tahu ia sebenarnya anak seorang pembunuh?

"Bukankah itu yang sangat Ayah takutkan? Melihatku terluka."

"Bagaimana bisa kau berkata begitu? Ini... demi melindungimu! Kau tidak mengerti?"

"Demi melindungi aku? Atau... melindungi diri Ayah?"

"Apa maksudmu?"

"Ayah pikir... So Woo tidak mengatakan apa-apa padaku? Ayah pikir aku tidak tahu apa pun?"

"Han Ji Hoon."

"Aku... Aku akan meneruskan olah perkara itu, bagaimanapun caranya."


Pak Han berdiri, akan memegang pundak Ji Hoon tapi Ji Hoon menghindar. Ji Hoon memilih keluar dari sana.


Ji Hoon masuk kamarnya, disana Joon Young sudah tidur, ia langsung menuju kamar mandai tapi ternyata Joon Young belum tidur, *mungkinkah Joon Young mendengar pembicaraan Ji Hoon dan ayahnya?*


Ji Hoon mengingat So Woo. So Woo pernah berkata padanya, "Ayahmu... Dia punya rahasia. Kau ingin tahu?"


Ji Hoon menangis sesenggukan dan Joon Young mendengarnya dari tempat tidur.


Seo Yeon memikirkan kembali soal kata-kata Wakepsek. Lalu ia mengingat Ji Hoon waktu itu setelah bohong mengenai alibi Woo Hyuk di sidang pertama,

"Kau pikir hanya itu kebohonganku?"


Seo Yeon mengambil ponselnya, ia mengetik pesan untuk Jeong Pa, "Apa mungkin... kau tahu sesuatu tentang Han Ji Hoon?" Tapi ia tidak jadi mengirimnya.


Guru Kim dan ibu wali kelas ke ruang klub. Guru Kim minta maaf, ia sudah berusaha menghentikan skorsing mereka. Soo Hee mewakili yang lain menjawab kalau mereka sudah tahu Guru Kim juga di-skors karena mereka.

Seung Hyun malah senang, ia jadi bisa tidur nyenyak. Ia bahkan memamerkan kulitnya yang sudah jauh lebih baik, Berkilau!

"Kau senang kulitmu bagus meski masa depanmu tidak jelas?" Tanya Min Suk.

Ibu wali kelas menyela, tidak usah begitu, tetaplah berpikir positif! Guru Kim bertanya soal apa yang akan mereka lakukan dengan klub.


Seo Yeon menjawab akan melanjutkannyahingga akhir. Semuanya hanya diam. Seo Yeon mengerti, keinginan dan realita memang kadang tidak sejalan. Ia membebaskan mereka untuk memilih.

Seung Hyun memutuskan untuk keluar karena nilainya sudah jelek, setidaknya riwayat pendidikannya harus bagus. Soo Hee juga keluar, ibunya akan memindahkannya ke sekolah lain jika bersikeras lanjut. Ia lebih baik menyerah daripada harus berpisah dari teman-temannya.

Sementara itu, Ji Hoon, Joon Young dan Yoo Jin lanjut. Seo Yeon menanyakan apa pilihan Min Suk.


"Memang aku punya pilihan? Bisa sidang berjalan tanpa hakim? Kalian pikir aku hanya senang-senang, ya? Kalian mengajukan klaim, memeriksa saksi, mengajukan bukti, tapi hanya itu. Sedangkan aku bertugas memediasi kalian berdua dan mempertimbangkan dengan bijak. Aku mengontrol hadirin agar tetap tenang. Aku ikut andil mendirikan klub ini, jadi aku bertanggung-jawab sampai akhir. Tidak ada yang bisa menggantikan aku. Jadi, aku tidak bisa keluar. Tentu saja, dampaknya akan serius pada riwayat pendidikanku. Tapi, ada jalan lain untuk mengatasinya. Jadi, pastikan saja kalian persiapkan sidang ke-empat dengan baik."

Semuanya tersenyum. Bererti ada dua Jaksa, dua Pengacara, dan satu Hakim. Mereka akan lanjut dengan formasi itu.


Seo Yeon bertanya, Seung Hyun dan Soo Hee akan tetap menonton kan. Joon Young mengingatkan kalau mereka melewatkan kelas poin mereka akan dikurangi lima.

"Tak apa. Kalian cukup bersorak saja dari kelas, kami pasti bisa mendengarnya." Ujar Seo Yeon.

"Tentu! Aku akan menunjukkan kemampuanku!" Tegas Soo Hee.

Seung Hyun memilih jadi pemimpin fans klub olah perkara. Ia akan menyediakan makanan untuk mereka.

Candaan semuanya itu membuat Ji Hoon tersenyum dan Joon Young juga ikut tersenyum melihat Ji Hoon.


Persidangan terakhir di laksanakan jam 11 siang, Seo Yeon dan Yoo Jin mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan. Tiba-tiba Soo Hee datang, mengabarkan kalau Seo Yeon diminta ke ruangan Kepala Sekolah.


Seo Yeon masuk ke san tapi bukan kepala sekolah yang berada ke sana. Ia bertanya, dimana kepala sekolah.

"Tidak. Aku yang memintamu datang. Namaku Han Kyung-hoon, Ketua Yayasan Jeong-guk.



>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search