-->

Sinopsis On The Way To The Airport Episode 8 Part 1

- Oktober 19, 2016
>

Soo Ah langsung naik ke lantai 2, ia tidak menyadari kalau ia melewati suaminya. Setelah sampai di depan pintu, ia tidak langsung mengetuk pintu tapi mengambil nafas terlebih dahulu.

Do Woo membukakan pintu dan langsung menarik Soo Ah masuk untuk memeluknya.


Mi Jin membuka kamar Hyo Eun dan melihat kalau Hyo Eun sedang tertidur pulas. Mi Jin lalu melihat ruang depan, ia tidak pernah menyangka akan masuk ke rumahnya Jin Suk seperti ini.

Dan ia masuk ke salah satu kamar, dimana disana berantakan sekali, lalu ia menemukan boneka yang dulu dihadiahkannya untuk Jin Suk.

"Dasar!!! Dia mungkin tidak ingat siapa yang memberikannya." Lalu Mi Jin membuangnya ke tempat sampah.

Mi Jin mendengar suara orang menekan password pintu, ia buru-buru keluar karena mengira itu adalah Soo Ah tapi yang datang malah Jae Ah. Jae Ah bertanya, apa yang dilakukan Mi Jin disana.


Jin Suk mendatangi Hyun Woo untuk membayar tagihan birnya dan Mi Jin. Jin Suk bertanya, apa ada yang namanya Seo Do Woo di lantai atas. Hyun Woo menatapnya curiga, lalu Jin Suk melanjutkan kalau ia hanya tidak ingin ada kesalah pahaman (antara dirinya dan Mi Jin).

"Dia (Mi Jin) bilang kau merayunya."

Jin Suk tertawa, ia berbohong kalau ia belum pernah melihat Mi Jin sebelumnya, ia datang hanya untuk menikmati bir sendirian. Ini memalukan, Dasar!!


Jin Suk keluar, ia menatap ke lantai dua dan disana gelap gulita. Ia bertanya-tanya, apa ada orang disana?

Di atas, istrinya dan Do Woo sedang...


Jae Ah membuka pintu kamar Hyo Eun. Setelah memastikan kalau Hyo Eun tertidur, ia menutupnya kembali. Mi Jin menjelaskan kalau Soo Ah sudah melakukan kerja bagus, memberi obat dan menenangkan Hyo Eun.


Jae Ah bertanya, kemana kakanya pergi. Mi Jin juga tidak tahu. Jae Ah lalu mengeluh, kalau tahu ada Mi Jin disana, seharusnya ia tak datang, soalnya tadi ia sedang dalam saat-saat genting.

Mi Jin tersenyum, mungkin ini bukan hari keberuntungan Jae Ah.

"Apa yang kau bicarakan? Waktu baik. Aku sedang bermain video game."

"Itulah maksudku, game."

Jae Ah mengungkit mengenai Mi Jin yang seharusnya menikah. Mi Jin akan berteriak menegur Jae Ah namun tak jadi karena mengingat Hyo Eun.

Mi Jin akan pergi dan menyuruh Jae Ah tinggal, tapi Jae Ah tak mau, ia yang akan pergi dan menyuruh Mi Jin tinggal.


Nyonya Kim selesai di operasi, sekarang ia sudah di pindahkan ke ruang rawat inap. Jin Suk datang namun ia hanya bertemu dengan perawat tapi Nyonya Kim melihatnya.

Jin Suk bertanya bagaimana operasi ibunya. Perawat mengatakan kalau operasinya berjalan lancar. Perawat mengijinkan Jin Suk untuk menjenguk Nyonya Kim 10 menit, tapi Jin Suk menolaknya dengan alasan kalau ibunya pasti sedang tidur saat ini. Perawat menawarkan diri untuk memeriksa tapi Jin Suk segera melarangnya.

"Beritahu saja padanya kalau aku ada di sini." Pinta Jin Suk dan perawat pun mengerti.

Nyonya Kim agak kesal mendengarnya.


Mi Jin membuatkan Jae Ah ramen dan dipuji habis-habisan oleh Jae Ah karena rasanya yang mengagumkan walaupun cuma ramen. Mi Jin membuatkan itu ternyata untukmembujuk Jae Ah agar mau tinggal.

Jae Ah penasaran, kemana kakaknya pergi selarut ini. Apa mungkin menemai Nyonya Kim yang sedang saikt?

Mi Jin mengingat kembali saat Soo Ah pergi dan menangguk saat ia bilang kalau Soo Ah aneh. Lalu ia mengingatkan kalau Soo Ah itu kakaknya Jae Ah, pasti Soo Ah punya alasan.

"Aku cuma mengkhawatirkannya saja. Dia tidak pernah meninggalkan Hyo Eun sendirian."

Kemudian seseorang membuka pintu, mereka yakin kalau itu adalah Soo Ah. Tapi ternyata yang datang adalah Jin Suk. Jin Suk heran, apa yang dilakukan mereka berdua di rumah ibunya.


Jae Ah balik bertanya, apa yang dilakukan Jin Suk disana. Jin Suk mengatakan yang sebenarnya kalau ia habis menjenguk ibunya dan mampir karena lokasinya dekat. Selanjutnya Jin Suk bertanya pada Mi Jin, apa yang dilakukannya di sana.

Mi Jin menjeawab kalau ia datang menemui Soo Ah. Ia mencoba menjelaskan kalau ini bukan seperti yang Jin Suk pikirkan, Soo Ah...

"Dia ada di Gayang-dong." Lanjut Jae Ah bohong. Ia menjelaskan kalau hari ini adalah tugasnya menjaga Hyo Eun dan Mi Jin mengira kalau Soo Ah ada disana makanya datang tapi ternyata Soo Ah sudah pergi ke Gayang-dong. "Aku memintanya membuatkan ramen Song yang terkenal." Tambah Jae Ah.

Mi Jin mengikuti kebohongan Jae Ah, ia mengarang kalau Jae Ah berjanji akan mencarikannya teman kencan buta sebagai imbalan ramennya.

"Aku sangat berterima kasih. Jae Ah, kau tahu aku suka pria yang lebih muda kan?"

Jae Ah tersenyum dan berhubung Jin Suk datang, ia akan pergi. Jin Suk menyuruh Jae Ah saja yang tetap di sana dan ia yang akan pergi dan mengajak Mi Jin bareng sekalian.

"Kakak ipar, Hyo Eun sedang sakit sekarang. Dia memerlukan ayahnya." Paksa Jae Ah.

Jin Suk lalu mengingatkan kalau Soo Ah juga meninggalkan anaknya yang sedang sakit. Jae Ah membantah kalau Hyo Eun sudah baikan makanya Soo Ah kelua dan tak ada yang tahu kalau keadaan Hyo Eun akan memburuk makanya mereka datang.

Jin Suk menyuruh untuk menelfon Soo Ah. Mi Jin mengingatkan kalau ini sudah sangat larut dan pasti Hyo Eun merindukan ayahnya yang tak ditemuinya beberapa hari.

"Dia gagal pada penyeleksian tim sepak bola di sekolahnya. Kau setidaknya bicaralah dengannya. Aku akan pergi." Tutup Jae Ah dan Mi Jin segera menyusulnya.


Jae Ah yakin kalau kakaknya pasti ada Di Gayang-dong. Mi Jin juga berharap demikian. Lalu mereka berpisah dan tetap terus mencoba menghubungi Soo Ah.

Mi Jin menghubungi Soo Ah tapi tak diangkat lalu ia mengirim pesan,

"Kau harus pergi ke Gayang-dong, Jin Suk ada di sini."

Belum sempat Mi Jin mengirimnya, Jin Suk menelfon. Menanyakan ada hubungan apa Mi Jin dengan Jae Ah.

"Kaulah yang menyeretku ke bar. Kau bilang sedang mencari udara segar. Apa yang kau lakukan di sini?"

Mi Jin menjawab kalau semua ini bukan urusan Jin Suk, apakah ia memang mencari udara segar atau tidak dan apa hanya 'itu' yang bisa dipikirkan Jin Suk melihat pria dan wanita bersama-sama?

"Urusi saja masalah keluargamu." Mi Jin lalu menutup telfon dan tak menjawab saat Jin Suk menelfonnya kembali.


Hyo Eun dari kamarnya merintih minta air. Jin Suk membawakan segelas air tapi Hyo Eun tak mau membuka matanya, ia kembali merintih, kali ini memanggil ibunya.

"Ibumu ada di Gayang-dong sekarang. Kenapa dia pergi kesana di saat seperti ini? Apa dia ingin bertemu denganku? Aku harap tidak." Jawab Jin Suk.

Lalu Hyo Eun memanggil, ibunya, neneknya dan paman Jae Ah dan Annie Unnie. Jin Suk protes karena tidak ada dalam daftar.

"Apa kau bercanda? Kau tidak tidur kan?" Kemudian Jin Suk membenarkan selimut Hyo Eun.


Hyun Woo menutup barnya walaupun tahu kalau Soo Ah dan Do Woo ada di atas.

Do Woo bermain-main dengan lampu, ia mematikan lalu menyalakannya lagi dan itu beberapa kali. Do Woo lalu membuatkan kopi untuk mereka berdua.

Matahari mulai terbit. Do Woo bertanya, apa yang Soo AH harapkan. Soo Ah harap tidak ada yang berubah, semuanya akan sama seperti hari ini. Ia harap harap Do Woo dan semuanya... akan tetap sama.


Do Woo memastikan kalau semuanya akan tetap sama karena ini adalah keyakinan yang ia pegang teguh. Seseorang yang mencintai dengan sepenuh hati bisa melalui saat-saat yang paling sulit.

"Jangan pernah lupakan saat ini. Ini akan jadi kenangan yang abadi."


Do Woo merangkul Soo Ah untuk menyandarkan Soo Ah di bahunya. Dan Soo Ah pun menyandar dengan nyaman, ia menarasikan saat-saat berharganya,

"Langit malam dari kokpit... Salmon yang aku makan di Alaska... Segelas bir dari Sidney... Matahari terbenam di gurun Dubai... Dan sat-saat ini... Dan sekarang... Matahari terbit di lantai kedua..."


Setelah matahari benar-benar menampakkan dirinya. Do Woo mengantar Soo Ah pulang.

Mi Jin di rumahnya sampai ketiduran di sofa karena mencemaskan Soo Ah. Segera setelah ia bangun, ia langsung mengecek ponselnya.

Ada pesan masuk dari Soo Ah yang mengatakan kalau Soo Ah akan ke Gayang-dong, tak lupa, Soo AH juga mengucapkan terima kasih.

Mi Jin lalu menghubungi Soo Ah, menanyakan keberadaan Soo AH saat ini.


Do Woo dan Soo Ah sudah sampai di depan apartemen. Soo Ah bertanya, apa yang akan terjadi sekarang. Do Woo menjawab kalau mereka sekarang masih memiliki "Dua Hal Tidak Boleh". Tidak akan ada yang berubah, jadi Soo Ah bisa tenang.

"Kalau ini membuatmu tidak nyaman, Kau bisa berbohong. Kau bisa berbohong pada dirimu sendiri dan orang lain... Kalau ini tidak ada artinya apa-apa. Soo Ah menjawabnya dengan mengedipkan mata.


Mi Jin memergoki saat Soo AH keluar dari mobil Do Woo. tapi saat ia mendekat Do Woo sudah menjalankan mobilnya. Mi Jin mencoba mengejar tapi sia-sia.

"Siapa itu? Siapa kau? Dia seorang pria? Benarkan?" Tanya Mi Jin pada Soo Ah.

Soo Ah hanya tersenyum, "Bisakah kau berlari cepat melebihi mobil? Itu sembrono sekali."

Mi Jin tak mengerti, bisa-bisanya Soo Ah tertawa disaat seperti ini. Soo Ah lah yang sembrono bukan dirinya.


Setelah itu, Mi Jin menginterogasi Soo Ah. Apa Soo Ah bersama pria itu? Apa ia mengenal pria itu?

Soo Ah berbohong kalau Mi Jin tidak mengenalnya.Mi Jin tidak percaya karena tidak ada seorang pun yang tidak mereka saling kenal. Soo Ah menjawab, ada satu.

Mi Jin bertanya lagi, apa hubungan Soo Ah dengan pria itu. Soo Ah mengingat kejadian semalam dan ia mengikuti kata-kata Do Woo, ia berbohong kalau tidak ada hubungan apa-apa diantara mereka, mereka bukan apa-apa

"Dia tidak tertarik padaku. Aku hanya... Aku hanya... Aku.. Aku sangat menyukainya. Mi Jin, aku hanya..."

Soo Ah menghapus airmatanya lalu menegaskan kalau bukan apa-apa, tidak terjadi apapun diantara mereka. Ia mengaku kalau ini hanyalah kesalahan, Hanya ia... yang merasa seperti itu.

Mi Jin mengerti, anggap saja ini kesalahan dan anggap saja dia itu pria baru, tapi siapa pria itu?

"Aku sudah lama mengenalnya"

"Bahkan sebelum kau menikah?"

"Kalau aku sudah mengenalnya waktu itu, Aku tidak akan duduk di sini seperti ini"

"Artinya tidak."


Mi Jin terus mencari celah agar Soo Ah mau jujur padanya, tapi Soo Ah menyuruhnya untuk berhenti. Mi Jin bercerita dengan harapan kalau Soo Ah juga mau terbuka. 

"Ada pria yang menemuiku. Dia sudah menikah. Bagaimana menurutmu?"

Soo Ah menyuruh Mi Jin melupakan pria itu. Mi Jin mengerti, tidak seharusnya ia mengacau dengan pria yang sudah menikah. Soo Ah menegaskan sekali lagi kalau Mi Jin harus berhenti menemui pria itu.

"Kau tidak pernah bisa mempercayai pria perayu yang sudah menikah. Mereka tidak akan pernah memberikan hatinya. Mereka hanya memerlukan wanita berada di sampingnya. Mereka hanya memerlukan jaminan kalau mereka masih berguna. Saat waktunya tiba, mereka akan melarikan diri." Nasehat Mi Jin.

Soo Ah menjawab kalau tidak semua orang begitu. Mi Jin jadi menyimpulkan apa pria itu sudah menikah? Lalu ia mengingat-ingat kalau Soo Ah hanya mengenal beberapa pria, apa jangan-jangan pria itu suaminya Hyun Joo, Chang Hoon?

"Apa kau sudah gila? Itu suaminya Hyun Joo Unnie."

Mi Jin membantah, dunia tidaklah terlalu besar. Soo Ah menegaskan kalau ini bukan apa-apa, ini adalah masalahnya, tidak ada apa-apa. 

"Harus tidak ada apa-apa, maafkan aku."


Soo Ah dan Mi Jin keluar, mereka kelihatan seperti masih berdebat dan Jin Suk melihat mereka dari mobil tapi dia malah bersembunyi. Soo AH akhirnya pergi duluan.


Setelahnya, Jin Suk menghubungi Mi Jin. Mi Jin mengira kalau Jin Suk masih penasaran dengan hubungan Mi Jin dan Jae Ah. Tapi ternyata Jin Suk ingin menanyakan kenapa Mi Jin dan Soo Ah bertengkar sampai pagi begini. Mi Jin lalu celingukan mencari keberadaan Jin Suk.

"Aku meminta nasehatnya 'Apa yang harus aku lakukan saat pria yang sudah menikah merayuku?' Soo Ah marah sekali setelah mendengar itu."

Lalu Mi Jin melambai pada Jin Suk dan masuk kedalam, telfon diputusnya. Jin Suk tak percaya dengan kata-kata Mi Jin. 

"Kau tidak akan pernah menyebutkan hubungan kita pada Soo Ah. Kau selalu mendahulukan persahabatan."


Do Woo kembali ke bar setelah mengantar Soo Ah, disana ada Hyun Woo yang membongkar belanjaannya, Hyun Woo sengaja belanja banyak karena mengira kalau Do Woo masih bersama Soo Ah.

"Kenapa? Apa kau mau membuatkan sarapan untuk kami?" tanya Do Woo dan langsung diyakan oleh Hyun Woo.

Hyun Woo cuma ingin membalas Soo Ah, mengingat apa yang dilakukan Soo Ah untuk Annie dan bagaimana Soo Ah membelikan bubur untuk Nyonya Go. Hyun Woo mulai melihat Soo Ah dari sudut pandang yang baru.

"Annie, ibu... Dan seluruh dunia ingin kalian bersama. Aku rasa tidak ada yang bisa berbuat apa-apa. Itulah yang aku pikirkan pagi ini."

Do Woo tidak berharap akan dimengerti. Hyun Woo bercerita kalau ialah yang hancur karena perselingkuhan orang tuanya. Ia penasaran, Memangnya apa salahnya pada mereka? Itu sebabnya ia tidak pernah menyetujui perselingkuhan,

"Aku rasa orang tua ku berselingkuh dengan pasangan yang tak terhindarkan. Aku tidak yakin apakah ini hal yang bagus untuk akhirnya... Mengerti dan menerima hal seperti ini. Tapi aku merasa lebih tenang. Tetap tenang itu adalah yang terpenting."


Tiba-tiba Ji Eun datang, ia cerita dengan heboh kalau kurator yang akan bekerja sama dengannya tiba-tiba berhenti. Ia meminta Do Woo untuk kembali bergabung dengannya, hari ini saja. Ji EUn memohon.

"Aku tahu orang yang sangat cerdas yang mengenal banyak orang. Dia sempurna untuk pekerjaan ini." Jawab Do Woo.

"Siapa dia?" Tanya Ji Eun.


Do Woo membongkar barang-barangnya di rumah, Hye Won membantunya. Do Woo mengatakan kalau ia tidakapa-apa, Seok juga akan kesana sebentar lagi.

"Aku mendapat telpon dari Ji Eun lagi. Dia bilang kau merekomendasikan aku untuk pekerjaan itu." Ujar Hye Won.

Do Woo balik bertanya, apa Hye Won bisa. Hye Won menganggyk tapi ia tidak bisa menghentikan keheranannya, apa Do Woo ingin mengirimnya pergi?

"Jangan ambil pekerjaannya kalau begitu." Jawab Do Woo.

Do Woo melanjutkan, mungkin Hye Won terlihat hanya menggantikan dirinya saja. Tapi ia merekomendasikan orang yang tepat. Jangan terburu-buru mengambil keputusan. Mereka memerlukan orang sepertimu

"Aku akan melakukannya. Aku sudah lama berada di bidang ini. Aku merasa lebih baik seperti ini. Pekerjaan tidak pernah mengkhianatimu. Terima kasih atas rekomendasinya, aku bersungguh-sungguh."


Seok dan Do Woo membagi tuga untuk mengumpulkan hasil karya Nyonya Go dari orang-orang menurut surat wasiat Nyonya Go.

"Aku berhutang padamu." Kata Do Woo.

Seok yakin kalau mereka bisa mengumpulkan hasil karya Nyonya Go tanpa ada masalah, Tapi dimana yang dimaksudkan Nyonya Go dengan kalimat itu?

"Dia menyebutkan bunga kamelia. Itu pasti ada di utara." Tebak Do Woo.

"Seharusnya juga dekat dengan lautan. Apakah di Haenam?"

"Aku tidak yakin apakah aku pernah pergi kesana dengannya. Aku akan memeriksa tempat yang pernah kami kunjungi."

Soek bertanya, kapan Do Woo akan memulainya, Do Woo juga tidak yakin dan ia menyinggung cuaca yang cerah hari ini. Seok setuju.


Hyo Eun mogok tidak mau pergi ke sekolah dengan alasan sakit. Soo Ah memaksa, kan Hyo Eun sudah tidak sakit lagi. Hyo Eun pun pergi dengan lemas.

Soo Ah akan mengantar Hyo Eun ke depan tapi ponselnya berbunyi jadi ia memilih mengangkat ponselnya.


Itu telfon dari Mi Jin yang masih mencoba menggali siapa gerangan pria itu. Soo Ah menjawab kalau ia sedang sibuk sekarang.

"Aku pasti akan mengetahuinya cepat atau lambat. Dan saat aku tahu, Ketahui sajalah kalau aku tidak akan mendoakanmu."

"Semoga penerbanganya aman. Tolong jaga kapten Park untukku."

Soo Ah memutus telfon, Mi Jin mengulagi permintaan Soo Ah, "Kau mau aku menjaga suamimu? Gezz."


Soo Ah sedang membereskan kamar Hyo Eun dan Do Woo mengiriminya pesan mengajaknya berjendara karena cuaca sedang bagus.


Soo Ah pun naik bis menuju Do Woo yang sudah menunggunya. Bahkan ia melambai pada Do Woo dengan mengenakan gelang tali pemberian Nyonya Go.


Do Woo mengajak Soo Ah untuk mengumpulkan karya Nyonya go dari orang-orang, disana mereka juga bantu-bantu pekerjaan orang itu. Orang itu bahkan memuji Soo Ah yang sangat cekatan.


Setelah bekerja paling enak adalah makan. Orang itu pun memberi mereka camilan dan minuman. Soo Ah memuji kalau rasanya sangat enak.

"Senang sekali punya tenaga kerja dari waktu ke waktu. Aku merasa seperti mendapatkan penghargaan." Ujar Doo Wo untuk orang itu.

"Itu karena.. Kau tumbuh dengan menyaksikan hal seperti ini. Kau tidak perlu memaksakan dirimu dengan hidup yang sulit. Begitulah ibumu membesarkanmu."

Do Woo menjawab kalau ia hanya tumbuh dengan banyak keberuntungan. Barulah Do Woo mengatakan tujuan kedatangannya, ia mengatakan dengan bahasa halus kalau ibunya menyesal telah membawa karyanya pada orang itu.

Orang itu mengerti karena sejak awal karya itu bukan miliknya. Setelah Nyonya Go melahirkan Do Woo, beliau membuat ratusan kancing dan memberikannya begitu saja. Nyonya Go berterima kasih pada mereka karena memberinya anak yang baik,

"Dia percaya bahwa menjadi orang yang baik akan membawa kebaikan juga. Aku rasa kau tahu apa yang diharapkannya. Dia ingin kau bertemu dengan orang baru dan pergi ke tempat yang belum pernah kau datangi. Dia pasti ingin kau memiliki kehidupan yang baik."

Do Woo lalu menatap Soo Ah. Soo Ah salah tingkah dan memilih untuk meminum minumannya kembali. Orang itu menyuruh mereka menunggu karena ia akan mengambilkan karya Nyonya Go.

"Tempat ini bagus kan?" Tanya Do Woo.


Soo Ah menceritakan masa kecilnya, dulu ia tinggal di tempat seperti itu, Ia berlari melewati sawah dan melalui pepohonan.

"Dimana kau tumbuh?" Tanya Do Woo.

Soo Ah dilahirkan di pulau Jeju, dimana sekarang ini rang-orang banyak berkunjung ke sana. Dulu waktu ibunya masih hidup, orang-orang berpikir aneh sekali tinggal di sana

"Dia jatuh cinta... Dan mengikuti kata hatinya ke sana. Setelah adikku lahir, Dia mengemas barang-barangnya dan pergi ke Seoul. Aku belum pernah kembali sejak saat itu."


Do Woo yakin kalau Soo Ah pasti tahu jalan-jalan di sekitar Pulau Jeju. Soo Ah menggeleng, sama sekali ini tidak tahu. Mulanya orang tuanya tidak mengenal siapapun di sana, tidak ada yang datang ke rumah mereka. Mereka sendirian di sana.


"Untunglah kami punya keluarga dekat. Itu mengingatkan aku pada sesuatu. Aku dulu sering menunggu ibu dan ayah. Kalau waktunya mereka pulang bekerja, Matahari sudah terbenam... Dan angin bertiup dengan pelan. Aku ingat kabel listrik. Saat aku melihat ke atas, banyak sekali kabelnya. Ada burung yang duduk di kabelnya.”

Do Woo memotong, "Haruskah kita tinggal di tempat seperti itu?"


>


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search