Soo Ah langsung naik ke lantai 2, ia tidak menyadari kalau ia melewati suaminya. Setelah sampai di depan pintu, ia tidak langsung mengetuk pintu tapi mengambil nafas terlebih dahulu.
Do Woo
membukakan pintu dan langsung menarik Soo Ah masuk untuk memeluknya.
Mi Jin membuka kamar Hyo Eun dan melihat kalau Hyo Eun sedang tertidur pulas. Mi Jin lalu melihat ruang depan, ia tidak pernah menyangka akan masuk ke rumahnya Jin Suk seperti ini.
Dan ia masuk
ke salah satu kamar, dimana disana berantakan sekali, lalu ia menemukan boneka
yang dulu dihadiahkannya untuk Jin Suk.
"Dasar!!!
Dia mungkin tidak ingat siapa yang memberikannya." Lalu Mi Jin membuangnya
ke tempat sampah.
Mi Jin
mendengar suara orang menekan password pintu, ia buru-buru keluar karena
mengira itu adalah Soo Ah tapi yang datang malah Jae Ah. Jae Ah bertanya, apa
yang dilakukan Mi Jin disana.
Jin Suk mendatangi Hyun Woo untuk membayar tagihan birnya dan Mi Jin. Jin Suk bertanya, apa ada yang namanya Seo Do Woo di lantai atas. Hyun Woo menatapnya curiga, lalu Jin Suk melanjutkan kalau ia hanya tidak ingin ada kesalah pahaman (antara dirinya dan Mi Jin).
"Dia
(Mi Jin) bilang kau merayunya."
Jin Suk
tertawa, ia berbohong kalau ia belum pernah melihat Mi Jin sebelumnya, ia
datang hanya untuk menikmati bir sendirian. Ini memalukan, Dasar!!
Jin Suk keluar, ia menatap ke lantai dua dan disana gelap gulita. Ia bertanya-tanya, apa ada orang disana?
Di atas,
istrinya dan Do Woo sedang...
Jae Ah membuka pintu kamar Hyo Eun. Setelah memastikan kalau Hyo Eun tertidur, ia menutupnya kembali. Mi Jin menjelaskan kalau Soo Ah sudah melakukan kerja bagus, memberi obat dan menenangkan Hyo Eun.
Jae Ah bertanya, kemana kakanya pergi. Mi Jin juga tidak tahu. Jae Ah lalu mengeluh, kalau tahu ada Mi Jin disana, seharusnya ia tak datang, soalnya tadi ia sedang dalam saat-saat genting.
Mi Jin
tersenyum, mungkin ini bukan hari keberuntungan Jae Ah.
"Apa
yang kau bicarakan? Waktu baik. Aku sedang bermain video game."
"Itulah
maksudku, game."
Jae Ah
mengungkit mengenai Mi Jin yang seharusnya menikah. Mi Jin akan berteriak
menegur Jae Ah namun tak jadi karena mengingat Hyo Eun.
Mi Jin akan
pergi dan menyuruh Jae Ah tinggal, tapi Jae Ah tak mau, ia yang akan pergi dan
menyuruh Mi Jin tinggal.
Nyonya Kim selesai di operasi, sekarang ia sudah di pindahkan ke ruang rawat inap. Jin Suk datang namun ia hanya bertemu dengan perawat tapi Nyonya Kim melihatnya.
Jin Suk
bertanya bagaimana operasi ibunya. Perawat mengatakan kalau operasinya berjalan
lancar. Perawat mengijinkan Jin Suk untuk menjenguk Nyonya Kim 10 menit, tapi
Jin Suk menolaknya dengan alasan kalau ibunya pasti sedang tidur saat ini.
Perawat menawarkan diri untuk memeriksa tapi Jin Suk segera melarangnya.
"Beritahu
saja padanya kalau aku ada di sini." Pinta Jin Suk dan perawat pun
mengerti.
Nyonya Kim
agak kesal mendengarnya.
Mi Jin membuatkan Jae Ah ramen dan dipuji habis-habisan oleh Jae Ah karena rasanya yang mengagumkan walaupun cuma ramen. Mi Jin membuatkan itu ternyata untukmembujuk Jae Ah agar mau tinggal.
Jae Ah
penasaran, kemana kakaknya pergi selarut ini. Apa mungkin menemai Nyonya Kim
yang sedang saikt?
Mi Jin
mengingat kembali saat Soo Ah pergi dan menangguk saat ia bilang kalau Soo Ah
aneh. Lalu ia mengingatkan kalau Soo Ah itu kakaknya Jae Ah, pasti Soo Ah punya
alasan.
"Aku
cuma mengkhawatirkannya saja. Dia tidak pernah meninggalkan Hyo Eun
sendirian."
Kemudian
seseorang membuka pintu, mereka yakin kalau itu adalah Soo Ah. Tapi ternyata
yang datang adalah Jin Suk. Jin Suk heran, apa yang dilakukan mereka berdua di
rumah ibunya.
Jae Ah balik bertanya, apa yang dilakukan Jin Suk disana. Jin Suk mengatakan yang sebenarnya kalau ia habis menjenguk ibunya dan mampir karena lokasinya dekat. Selanjutnya Jin Suk bertanya pada Mi Jin, apa yang dilakukannya di sana.
Mi Jin
menjeawab kalau ia datang menemui Soo Ah. Ia mencoba menjelaskan kalau ini
bukan seperti yang Jin Suk pikirkan, Soo Ah...
"Dia
ada di Gayang-dong." Lanjut Jae Ah bohong. Ia menjelaskan kalau hari ini
adalah tugasnya menjaga Hyo Eun dan Mi Jin mengira kalau Soo Ah ada disana
makanya datang tapi ternyata Soo Ah sudah pergi ke Gayang-dong. "Aku
memintanya membuatkan ramen Song yang terkenal." Tambah Jae Ah.
Mi Jin
mengikuti kebohongan Jae Ah, ia mengarang kalau Jae Ah berjanji akan
mencarikannya teman kencan buta sebagai imbalan ramennya.
"Aku
sangat berterima kasih. Jae Ah, kau tahu aku suka pria yang lebih muda
kan?"
Jae Ah
tersenyum dan berhubung Jin Suk datang, ia akan pergi. Jin Suk menyuruh Jae Ah
saja yang tetap di sana dan ia yang akan pergi dan mengajak Mi Jin bareng
sekalian.
"Kakak
ipar, Hyo Eun sedang sakit sekarang. Dia memerlukan ayahnya." Paksa Jae
Ah.
Jin Suk lalu
mengingatkan kalau Soo Ah juga meninggalkan anaknya yang sedang sakit. Jae Ah
membantah kalau Hyo Eun sudah baikan makanya Soo Ah kelua dan tak ada yang tahu
kalau keadaan Hyo Eun akan memburuk makanya mereka datang.
Jin Suk
menyuruh untuk menelfon Soo Ah. Mi Jin mengingatkan kalau ini sudah sangat
larut dan pasti Hyo Eun merindukan ayahnya yang tak ditemuinya beberapa hari.
"Dia
gagal pada penyeleksian tim sepak bola di sekolahnya. Kau setidaknya bicaralah
dengannya. Aku akan pergi." Tutup Jae Ah dan Mi Jin segera menyusulnya.
Jae Ah yakin kalau kakaknya pasti ada Di Gayang-dong. Mi Jin juga berharap demikian. Lalu mereka berpisah dan tetap terus mencoba menghubungi Soo Ah.
Mi Jin
menghubungi Soo Ah tapi tak diangkat lalu ia mengirim pesan,
"Kau harus pergi ke Gayang-dong, Jin
Suk ada di sini."
Belum sempat
Mi Jin mengirimnya, Jin Suk menelfon. Menanyakan ada hubungan apa Mi Jin dengan
Jae Ah.
"Kaulah
yang menyeretku ke bar. Kau bilang sedang mencari udara segar. Apa yang kau
lakukan di sini?"
Mi Jin
menjawab kalau semua ini bukan urusan Jin Suk, apakah ia memang mencari udara
segar atau tidak dan apa hanya 'itu' yang bisa dipikirkan Jin Suk melihat pria
dan wanita bersama-sama?
"Urusi
saja masalah keluargamu." Mi Jin lalu menutup telfon dan tak menjawab saat
Jin Suk menelfonnya kembali.
Hyo Eun dari kamarnya merintih minta air. Jin Suk membawakan segelas air tapi Hyo Eun tak mau membuka matanya, ia kembali merintih, kali ini memanggil ibunya.
"Ibumu
ada di Gayang-dong sekarang. Kenapa dia pergi kesana di saat seperti ini? Apa
dia ingin bertemu denganku? Aku harap tidak." Jawab Jin Suk.
Lalu Hyo Eun
memanggil, ibunya, neneknya dan paman Jae Ah dan Annie Unnie. Jin Suk protes
karena tidak ada dalam daftar.
"Apa
kau bercanda? Kau tidak tidur kan?" Kemudian Jin Suk membenarkan selimut
Hyo Eun.
Hyun Woo menutup barnya walaupun tahu kalau Soo Ah dan Do Woo ada di atas.
Do Woo
bermain-main dengan lampu, ia mematikan lalu menyalakannya lagi dan itu
beberapa kali. Do Woo lalu membuatkan kopi untuk mereka berdua.
Matahari
mulai terbit. Do Woo bertanya, apa yang Soo AH harapkan. Soo Ah harap tidak ada
yang berubah, semuanya akan sama seperti hari ini. Ia harap harap Do Woo dan
semuanya... akan tetap sama.
Do Woo memastikan kalau semuanya akan tetap sama karena ini adalah keyakinan yang ia pegang teguh. Seseorang yang mencintai dengan sepenuh hati bisa melalui saat-saat yang paling sulit.
"Jangan
pernah lupakan saat ini. Ini akan jadi kenangan yang abadi."
Do Woo merangkul Soo Ah untuk menyandarkan Soo Ah di bahunya. Dan Soo Ah pun menyandar dengan nyaman, ia menarasikan saat-saat berharganya,
"Langit malam dari kokpit... Salmon
yang aku makan di Alaska... Segelas bir dari Sidney... Matahari terbenam di
gurun Dubai... Dan sat-saat ini... Dan sekarang... Matahari terbit di lantai
kedua..."
Setelah matahari benar-benar menampakkan dirinya. Do Woo mengantar Soo Ah pulang.
Mi Jin di
rumahnya sampai ketiduran di sofa karena mencemaskan Soo Ah. Segera setelah ia
bangun, ia langsung mengecek ponselnya.
Ada pesan
masuk dari Soo Ah yang mengatakan kalau Soo Ah akan ke Gayang-dong, tak lupa,
Soo AH juga mengucapkan terima kasih.
Mi Jin lalu
menghubungi Soo Ah, menanyakan keberadaan Soo AH saat ini.
Do Woo dan Soo Ah sudah sampai di depan apartemen. Soo Ah bertanya, apa yang akan terjadi sekarang. Do Woo menjawab kalau mereka sekarang masih memiliki "Dua Hal Tidak Boleh". Tidak akan ada yang berubah, jadi Soo Ah bisa tenang.
"Kalau
ini membuatmu tidak nyaman, Kau bisa berbohong. Kau bisa berbohong pada dirimu
sendiri dan orang lain... Kalau ini tidak ada artinya apa-apa. Soo Ah
menjawabnya dengan mengedipkan mata.
Mi Jin memergoki saat Soo AH keluar dari mobil Do Woo. tapi saat ia mendekat Do Woo sudah menjalankan mobilnya. Mi Jin mencoba mengejar tapi sia-sia.
"Siapa
itu? Siapa kau? Dia seorang pria? Benarkan?" Tanya Mi Jin pada Soo Ah.
Soo Ah hanya
tersenyum, "Bisakah kau berlari cepat melebihi mobil? Itu sembrono
sekali."
Mi Jin tak
mengerti, bisa-bisanya Soo Ah tertawa disaat seperti ini. Soo Ah lah yang
sembrono bukan dirinya.
Setelah itu, Mi Jin menginterogasi Soo Ah. Apa Soo Ah bersama pria itu? Apa ia mengenal pria itu?
Soo Ah
berbohong kalau Mi Jin tidak mengenalnya.Mi Jin tidak percaya karena tidak ada
seorang pun yang tidak mereka saling kenal. Soo Ah menjawab, ada satu.
Mi Jin
bertanya lagi, apa hubungan Soo Ah dengan pria itu. Soo Ah mengingat kejadian
semalam dan ia mengikuti kata-kata Do Woo, ia berbohong kalau tidak ada
hubungan apa-apa diantara mereka, mereka bukan apa-apa
"Dia
tidak tertarik padaku. Aku hanya... Aku hanya... Aku.. Aku sangat menyukainya.
Mi Jin, aku hanya..."
Soo Ah
menghapus airmatanya lalu menegaskan kalau bukan apa-apa, tidak terjadi apapun
diantara mereka. Ia mengaku kalau ini hanyalah kesalahan, Hanya ia... yang
merasa seperti itu.
Mi Jin
mengerti, anggap saja ini kesalahan dan anggap saja dia itu pria baru, tapi
siapa pria itu?
"Aku
sudah lama mengenalnya"
"Bahkan
sebelum kau menikah?"
"Kalau
aku sudah mengenalnya waktu itu, Aku tidak akan duduk di sini seperti ini"
"Artinya
tidak."
Mi Jin terus mencari celah agar Soo Ah mau jujur padanya, tapi Soo Ah menyuruhnya untuk berhenti. Mi Jin bercerita dengan harapan kalau Soo Ah juga mau terbuka.
"Ada
pria yang menemuiku. Dia sudah menikah. Bagaimana menurutmu?"
Soo Ah
menyuruh Mi Jin melupakan pria itu. Mi Jin mengerti, tidak seharusnya ia
mengacau dengan pria yang sudah menikah. Soo Ah menegaskan sekali lagi kalau Mi
Jin harus berhenti menemui pria itu.
"Kau
tidak pernah bisa mempercayai pria perayu yang sudah menikah. Mereka tidak akan
pernah memberikan hatinya. Mereka hanya memerlukan wanita berada di sampingnya.
Mereka hanya memerlukan jaminan kalau mereka masih berguna. Saat waktunya tiba,
mereka akan melarikan diri." Nasehat Mi Jin.
Soo Ah
menjawab kalau tidak semua orang begitu. Mi Jin jadi menyimpulkan apa pria itu
sudah menikah? Lalu ia mengingat-ingat kalau Soo Ah hanya mengenal beberapa
pria, apa jangan-jangan pria itu suaminya Hyun Joo, Chang Hoon?
"Apa
kau sudah gila? Itu suaminya Hyun Joo Unnie."
Mi Jin
membantah, dunia tidaklah terlalu besar. Soo Ah menegaskan kalau ini bukan
apa-apa, ini adalah masalahnya, tidak ada apa-apa.
"Harus
tidak ada apa-apa, maafkan aku."
Soo Ah dan Mi Jin keluar, mereka kelihatan seperti masih berdebat dan Jin Suk melihat mereka dari mobil tapi dia malah bersembunyi. Soo AH akhirnya pergi duluan.
Setelahnya, Jin Suk menghubungi Mi Jin. Mi Jin mengira kalau Jin Suk masih penasaran dengan hubungan Mi Jin dan Jae Ah. Tapi ternyata Jin Suk ingin menanyakan kenapa Mi Jin dan Soo Ah bertengkar sampai pagi begini. Mi Jin lalu celingukan mencari keberadaan Jin Suk.
"Aku
meminta nasehatnya 'Apa yang harus aku lakukan saat pria yang sudah menikah
merayuku?' Soo Ah marah sekali setelah mendengar itu."
Lalu Mi Jin
melambai pada Jin Suk dan masuk kedalam, telfon diputusnya. Jin Suk tak percaya
dengan kata-kata Mi Jin.
"Kau
tidak akan pernah menyebutkan hubungan kita pada Soo Ah. Kau selalu
mendahulukan persahabatan."
Do Woo kembali ke bar setelah mengantar Soo Ah, disana ada Hyun Woo yang membongkar belanjaannya, Hyun Woo sengaja belanja banyak karena mengira kalau Do Woo masih bersama Soo Ah.
"Kenapa?
Apa kau mau membuatkan sarapan untuk kami?" tanya Do Woo dan langsung
diyakan oleh Hyun Woo.
Hyun Woo
cuma ingin membalas Soo Ah, mengingat apa yang dilakukan Soo Ah untuk Annie dan
bagaimana Soo Ah membelikan bubur untuk Nyonya Go. Hyun Woo mulai melihat Soo
Ah dari sudut pandang yang baru.
"Annie,
ibu... Dan seluruh dunia ingin kalian bersama. Aku rasa tidak ada yang bisa
berbuat apa-apa. Itulah yang aku pikirkan pagi ini."
Do Woo tidak
berharap akan dimengerti. Hyun Woo bercerita kalau ialah yang hancur karena
perselingkuhan orang tuanya. Ia penasaran, Memangnya apa salahnya pada mereka?
Itu sebabnya ia tidak pernah menyetujui perselingkuhan,
"Aku
rasa orang tua ku berselingkuh dengan pasangan yang tak terhindarkan. Aku tidak
yakin apakah ini hal yang bagus untuk akhirnya... Mengerti dan menerima hal
seperti ini. Tapi aku merasa lebih tenang. Tetap tenang itu adalah yang
terpenting."
Tiba-tiba Ji Eun datang, ia cerita dengan heboh kalau kurator yang akan bekerja sama dengannya tiba-tiba berhenti. Ia meminta Do Woo untuk kembali bergabung dengannya, hari ini saja. Ji EUn memohon.
"Aku
tahu orang yang sangat cerdas yang mengenal banyak orang. Dia sempurna untuk
pekerjaan ini." Jawab Do Woo.
"Siapa
dia?" Tanya Ji Eun.
Do Woo membongkar barang-barangnya di rumah, Hye Won membantunya. Do Woo mengatakan kalau ia tidakapa-apa, Seok juga akan kesana sebentar lagi.
"Aku
mendapat telpon dari Ji Eun lagi. Dia bilang kau merekomendasikan aku untuk
pekerjaan itu." Ujar Hye Won.
Do Woo balik
bertanya, apa Hye Won bisa. Hye Won menganggyk tapi ia tidak bisa menghentikan
keheranannya, apa Do Woo ingin mengirimnya pergi?
"Jangan
ambil pekerjaannya kalau begitu." Jawab Do Woo.
Do Woo
melanjutkan, mungkin Hye Won terlihat hanya menggantikan dirinya saja. Tapi ia
merekomendasikan orang yang tepat. Jangan terburu-buru mengambil keputusan.
Mereka memerlukan orang sepertimu
"Aku
akan melakukannya. Aku sudah lama berada di bidang ini. Aku merasa lebih baik
seperti ini. Pekerjaan tidak pernah mengkhianatimu. Terima kasih atas
rekomendasinya, aku bersungguh-sungguh."
Seok dan Do Woo membagi tuga untuk mengumpulkan hasil karya Nyonya Go dari orang-orang menurut surat wasiat Nyonya Go.
"Aku
berhutang padamu." Kata Do Woo.
Seok yakin
kalau mereka bisa mengumpulkan hasil karya Nyonya Go tanpa ada masalah, Tapi
dimana yang dimaksudkan Nyonya Go dengan kalimat itu?
"Dia
menyebutkan bunga kamelia. Itu pasti ada di utara." Tebak Do Woo.
"Seharusnya
juga dekat dengan lautan. Apakah di Haenam?"
"Aku
tidak yakin apakah aku pernah pergi kesana dengannya. Aku akan memeriksa tempat
yang pernah kami kunjungi."
Soek
bertanya, kapan Do Woo akan memulainya, Do Woo juga tidak yakin dan ia
menyinggung cuaca yang cerah hari ini. Seok setuju.
Hyo Eun mogok tidak mau pergi ke sekolah dengan alasan sakit. Soo Ah memaksa, kan Hyo Eun sudah tidak sakit lagi. Hyo Eun pun pergi dengan lemas.
Soo Ah akan
mengantar Hyo Eun ke depan tapi ponselnya berbunyi jadi ia memilih mengangkat
ponselnya.
Itu telfon dari Mi Jin yang masih mencoba menggali siapa gerangan pria itu. Soo Ah menjawab kalau ia sedang sibuk sekarang.
"Aku
pasti akan mengetahuinya cepat atau lambat. Dan saat aku tahu, Ketahui sajalah
kalau aku tidak akan mendoakanmu."
"Semoga
penerbanganya aman. Tolong jaga kapten Park untukku."
Soo Ah
memutus telfon, Mi Jin mengulagi permintaan Soo Ah, "Kau mau aku menjaga
suamimu? Gezz."
Soo Ah sedang membereskan kamar Hyo Eun dan Do Woo mengiriminya pesan mengajaknya berjendara karena cuaca sedang bagus.
Soo Ah pun naik bis menuju Do Woo yang sudah menunggunya. Bahkan ia melambai pada Do Woo dengan mengenakan gelang tali pemberian Nyonya Go.
Do Woo mengajak Soo Ah untuk mengumpulkan karya Nyonya go dari orang-orang, disana mereka juga bantu-bantu pekerjaan orang itu. Orang itu bahkan memuji Soo Ah yang sangat cekatan.
Setelah bekerja paling enak adalah makan. Orang itu pun memberi mereka camilan dan minuman. Soo Ah memuji kalau rasanya sangat enak.
"Senang
sekali punya tenaga kerja dari waktu ke waktu. Aku merasa seperti mendapatkan
penghargaan." Ujar Doo Wo untuk orang itu.
"Itu
karena.. Kau tumbuh dengan menyaksikan hal seperti ini. Kau tidak perlu
memaksakan dirimu dengan hidup yang sulit. Begitulah ibumu membesarkanmu."
Do Woo
menjawab kalau ia hanya tumbuh dengan banyak keberuntungan. Barulah Do Woo
mengatakan tujuan kedatangannya, ia mengatakan dengan bahasa halus kalau ibunya
menyesal telah membawa karyanya pada orang itu.
Orang itu
mengerti karena sejak awal karya itu bukan miliknya. Setelah Nyonya Go
melahirkan Do Woo, beliau membuat ratusan kancing dan memberikannya begitu
saja. Nyonya Go berterima kasih pada mereka karena memberinya anak yang baik,
"Dia
percaya bahwa menjadi orang yang baik akan membawa kebaikan juga. Aku rasa kau
tahu apa yang diharapkannya. Dia ingin kau bertemu dengan orang baru dan pergi
ke tempat yang belum pernah kau datangi. Dia pasti ingin kau memiliki kehidupan
yang baik."
Do Woo lalu
menatap Soo Ah. Soo Ah salah tingkah dan memilih untuk meminum minumannya
kembali. Orang itu menyuruh mereka menunggu karena ia akan mengambilkan karya
Nyonya Go.
"Tempat
ini bagus kan?" Tanya Do Woo.
Soo Ah menceritakan masa kecilnya, dulu ia tinggal di tempat seperti itu, Ia berlari melewati sawah dan melalui pepohonan.
"Dimana
kau tumbuh?" Tanya Do Woo.
Soo Ah
dilahirkan di pulau Jeju, dimana sekarang ini rang-orang banyak berkunjung ke
sana. Dulu waktu ibunya masih hidup, orang-orang berpikir aneh sekali tinggal
di sana
"Dia
jatuh cinta... Dan mengikuti kata hatinya ke sana. Setelah adikku lahir, Dia
mengemas barang-barangnya dan pergi ke Seoul. Aku belum pernah kembali sejak
saat itu."
Do Woo yakin kalau Soo Ah pasti tahu jalan-jalan di sekitar Pulau Jeju. Soo Ah menggeleng, sama sekali ini tidak tahu. Mulanya orang tuanya tidak mengenal siapapun di sana, tidak ada yang datang ke rumah mereka. Mereka sendirian di sana.
"Untunglah kami punya keluarga dekat. Itu mengingatkan aku pada sesuatu. Aku dulu sering menunggu ibu dan ayah. Kalau waktunya mereka pulang bekerja, Matahari sudah terbenam... Dan angin bertiup dengan pelan. Aku ingat kabel listrik. Saat aku melihat ke atas, banyak sekali kabelnya. Ada burung yang duduk di kabelnya.”
Do Woo
memotong, "Haruskah kita tinggal di tempat seperti itu?"
>
EmoticonEmoticon