Sumber Gambar dan Konten dari KBS2
Sinopsis On The Way To The Airport Episode 10 Part 1
Kilas balik, saat Annie pertama kali datang ke rumah Do Woo, Hye Won menanyainya,
"Kau...
Eun Woo?"
Saat itu,
ayahnya melihat, tapi saat Do Woo muncul, ayahnya menghilang. Do Woo menyapa
Annie, ia bertanya pada Hye Won, siapa Annie?
Selanjutnya, Hye Won bicara berdua dengan Annie. Hye Won meminta Annie untuk berbohong bahwa ialah yang membesarkan Annie sendirian dan Annie tidak tahu siapa ayahnya yang sebenarnya.
"Katakan
padanya seperti itu.. Dan aku akan melihat apa yang bisa kulakukan agar ayahmu
kembali. Meskipun aku tidak bisa menjanjikan apa-apa. Kau pikir ayahmu punya
kesempatan untuk melakukan perjalanan keliling dunia dengan mentornya. Apakah
kau percaya itu? Ayahmu... Meninggalkanmu."
Lalu saat ANnie di bandara. Hye Won mengatakan yang sesungguhnya tantang ayah Annie, bahwa Ayah Annie meninggal. Annie syok lalu berlari ke luar tanpa melihat jalan.
Kilas balik
selesai.
Do Woo
melihat Email balasan ayahnya Annie, tanggl 24-4-2014
***
Hye Won kembali ke rumah. Seok juga ada disana, ia menyuruh keduanya untuk bicara. Hye Won malah berlutut di depan Do Woo, Do Woo dengan lembut menyuruh Hye Won untuk duduk. Hye Won minta maaf.
"Aku
bilang kalian harus bicara, bukan meminta maaf. Aku ingin tahu!" Bentak
Seok,
Lalu ia
membangunkan Hye WOn dan mendudukkannya di depan Do Woo. Hye Won kembali minta
maaf, maaf karena ia tidak bisa memberitahu Annie kalau Ayahnya Annie mati
karena...
"Aku
akan memberitahunya. Aku ingin memberitahunya." Lanjut Hye Won.
Do Woo bertanya, kapan Ayah Annie meninggal. Hye Won menjawab akhir bulan April 2014. Do Woo bertanya lagi, apa Hye Won tidak ingat tanggalnya.
"Tanggal
25."
Do Woo
teringat email ayah Annie (tanggal 24-4-2014), oke masuk akal.
Hye Won
beralasan kalau ia bukan apa-apa bagi Do Woo sebelum itu. Apa Do Woo tahu kalau
ia ada? Tidak, kan? Do Woo bahkan tidak tertarik padanya sebelum Do Woo melihat
Annie bersamanya, Itulah alasannya.
"Bagaimanapun,
aku harus membesarkannya. Aku hanya berbohong tentang membesarkannya sejak dia
masih kecil."
Do Woo mengerti dengan alasan Hye Won, ia benar-benar mengerti. Tapi, jangan minta maaf padanya, ia menikah dengan Hye Won karena aku mencintai Hye Won. Ia bisa hidup dengan seperti itu.
"Masalahnya
adalah... Annie. Kau tahu betapa dia merindukan ayahnya... Dan kau menggunakan
perasaannya untuk menentang dia. Kau tak seharusnya meminta maaf padaku. Aku
bisa melewati hal apapun. Tapi dia... Dia adalah putrimu." Lanjut Do Woo
penuh penekanan.
Hye Won
menjawab kalau Do Woo salah tentang satu hal. Menjadi seorang ibu... bukan
berarti harus punya naluri keibuan. Ia merasa takut selama ini.
"Saat
aku melahirkan dia... Dan saat dia datang kembali padaku... Kau mungkin
memiliki rasa sayang yang tumbuh dengan cepat padanya, Tapi aku tidak pernah
punya perasaan seperti itu padanya. Aku tidak punya hal itu sejak awal."
Do Woo
menyimpulkan, apakah yang Hye WOn maksud bahwa Annie bukan siapa-siapa untuk
Hye Won? Hye Won tidak berpikir begitu. Tapi kemudian ia mengiyakan, Annie
bukan siapa-siapa untuknya,
"Inilah
aku. Aku tidak mempercayai orang. Dua orang yang selalu aku percayai adalah
ibumu dan kau. Tapi sekarang, Aku bahkan tidak bisa mempercayaimu. Bahkan jika
aku menangis dan memohon, Itu tidak akan membuatmu datang kembali padaku.
Bahkan jika aku hilang kendali, Kau tidak akan peduli sama sekali.
Tidak. Tak
akan pernah. Tak peduli seberapa tulusnya aku, Kau tidak bisa menghadapiku. Kau
tak akan bisa. Aku wanita yang realistis. Kau tahu itu. Aku tidak mengharapkan
hal yang besar. Aku tidak mengemis untuk hatimu.
Tapi kau
tahu... Kalau aku memiliki teknik dan pengelihatan yang baik terhadap seni.
Jadi tolong... Jangan membuatku menjadi seseorang yang merencanakan... Sesuatu
dengan putri dan ibu mertuanya. Tolong biarkan hal ini. Tolong setiaknya
biarkan aku mencapai karirku!"
Seok menyela, apa sekarang Hye Won membicarakan tentang pekerjaan sekarang? Kenapa Hye Won mengungkit hal itu?!
Hye Won
balik membentak kalau Pekerjaan adalah segalanya baginya. Apa salahnya tentang
hal itu?
Soo Ah kembali ke rumahnya, ia teringat Mi Jin yang mengatakan kalau Mi Jin bertemu istri kekasih Soo Ah, Seo Do Woo.
"Saat
dia dan Jin Suk hendak membicarakan hal yang serius, Menurutmu apa yang aku
katakan lewat telepon? 'Keadaan darurat. Datanglah ke hotel'. Aku duduk di sana
di kamar hotelnya... Berbicara omong kosong untuk menutupimu. Kaulah orang yang
berselingkuh, Tapi aku menjadi wanita lainnya."
Soo Ah tak
bisa menjawabnya, lalu Mi Jin mengungkit kalau Soo Ah akan berhenti jika ia
tahu siapa kekasih Soo Ah. Seo Do Woo, kan?
"Hentikan
itu sekarang."
Soo Ah kembali tak menjawab, Mi Jin bertanya, ada apa? Tidak mau berhenti?
"Mi
Jin. Aku sangat takut sekarang. Tak bisakah kau berada di pihakku? Apakah aku
melakukan kejahatan besar? Seberapa besar dosa yang kulakukan sampai aku
setakut ini?"
Mi Jin hanya
menghela nafas, lalu ia balik bertanya, apa Soo Ah takut karena Soo Ah
ketakutan?
"Kau
takut karena kau mungkin kehilangan Doh Woo."
Kilas balik selesai, Soo Ah menjawab pernyataan Mi Jin itu,
"Kami... Dihubungkan oleh sebuah benang
yang sangat tipis. Itu bisa terputus dengan sendirinya. ku tidak pernah
berpikir... Ini akan bertahan selamanya. Ini akan terputus... Di setiap kesempatan,
di setiap saat. Aku tidak perlu mencoba untuk memutuskannya."
Eun Joo sudah menunggu di depan pintu apartemen Mi Jin saat Mi Jin pulang. Eun Joo bertanya, apa Mi Jin sudah minta maaf.
"Apa
kau tidak mabuk? Apa kau berpura-pura?"
Eun Joo tak
menjawabnya, ia kembali bertanya, apa Mi Jin sudah minta maaf. Mi Jin
mengingatkan kalau ia itu adalah bosnya Eun Joo.
"Aku
melihatmu berjalan masuk. Kau berjalan keluar dari kamarnya... Dan berjalan
masuk kembali. Kau berada di kamarnya sampai keesokan paginya."
Eun Joo
sengaja diam saat Mi Jin bilang ke kamar Jin Suk untuk yrusan pekerjaan. Ia
pikir skan lebih baik jika Soo Ah tidak tahu. Tapi ia tidak ingin Mi Jin merasa
tidak bersalah.
"Tetaplah
diam sampai hari kematianmu. Dan kau memiliki saksi, jalani kebidupan yang tak
nyaman."
Mi Jin
menjawab kalau ia akan menjalani kehidupan yang tak nyaman. Jadi Eun Joo tutup
mulut saja.
"Jika
kau berbicara lagi, Kau hanya akan membuat Soo Ah lebih terluka.
Pergilah."
Jin Suk menyendiri di rumah. Mi Jin mengirim pesan, apa Jin Suk sudah menghibur Soo Ah yang telah keluar. Jin Suk balik bertanya, kenapa ia harus menghibur seseorang yang sedang menganggur?
Mi Jin
membalas lagi, apa Jin Suk mau minum dengannya. Jin Suk menolaknya karena
terlalu lelah.
Mi Jin
mengeluh kalau Jin Suk hanya menelfon saat membutuhkannya doang. Dasar!
"Park
Jin Seok. Aku benar-benar orang yang bodoh sudah berpikir kalau kita bisa
menjadi teman."
Soo Ah melihat artikel mengenai Do Woo dan istrinya. Ia menghela nafas.
Do Woo berjalan sempoyongan menuju 'bekas' kantornya. Lalu ia berpegangan pada jendela kaca setelah sampai di dalam. Ia teringat harapan Soo Ah,
"Aku harap tidak ada perubahan. Aku
harap... Kemarin, hari ini dan besok semua akan sama. Aku harap kau tetap
sama... Dan semuanya."
Dan juga
teringat permintaannya pada Soo Ah.
"Jangan pernah melupakan... Momen ini.
Ini akan membuatmu nyaman untuk waktu yang lama."
Do Woo
bergumam kalau ialah orang yang terhibur berkat Soo Ah.
Soo Ah teringat kata Do Woo bahwa mereka tidak boleh sampai pisah.
Selanjutnya Do Woo terduduk, ia bergumam kalau ini adalah masalah diantara istrinya dan dirinya. Ia akan memastikan kalau tidak akan ada yang menyalahkan keputusannya terhadap Soo Ah.
Jae Ah menghubungi Hyo Eun, bertanya kapan Hyo Eun akan kembali ke Gayang-dong. Hyo Eun tidak tahu, ayahnya ada di rumah (neneknya) sekarang. Ayah dan ibunya sedang berbicara sekarang jadi ia harus tetap berada di kamarnya. Ia bahkan tidak bisa pergi ke kamar mandi.
Dan Hyo Eun tidak
mengerti, kenapa ayahnya harus marah pada ibunya karena berhenti bekerja?
"Aku
bisa tahu kenapa dia marah. Kenapa dia harus tiba-tiba berhenti? Sangat sulit
untuk mendapatkan pekerjaan saat ini. Aku tak bisa percaya dia berhenti karena
harus menjaga seorang gadis."
Hyo Eun
meminta pamannya berhenti. Ia menjelaskan kalau ayahnya marah pada ibunya
karena bekerja dan sekarang, tambah marah karena ibunya berhenti bekerja.
"Maksudku,
ibuku bukan bola sepak. Tidak bisa ditendang seenaknya seperti itu."
Jin Suk telah melihat uang pesangon Soo Ah, ia memerintahkan Soo Ah untuk menarik semua uang itu lalu pergi ke Selandia Baru. Ia akan minta adiknya untuk mencarikan tempat disana.
"Aku
akan kembali ke Gayang-dong." Ujar Soo Ah.
Jin Suk
kesal, apa yang akan Soo Ah lakukan disana? Soo Ah mengingatkan kalau mereka
pindah ke rumah Nyonya Kim karena Hyo Eun dan sekarang ia bisa merawat Hyo Eun,
jadi apa masalahnya?
"Mulai
sekarang, aku akan merawat keluargaku. Aku akan melakukan yang terbaik."
"Aku
tidak meminta hal itu."
Soo Ah
mengerti, Jin Suk... tidak ingin ia pulang lagi, kan? tidak ingin hidup dengannya lagi kan?
Jin Suk
membenarkan, ia benci masakan Soo Ah, cara berpikir Soo Ah dan suara yang Soo
Ah buat Soo Ah kau bergerak.
"Kau
membawa Hyo Eun kembali ke Korea. Kau berhenti dari pekerjaanmu. Kau bahkan
tidak membicarakannya dulu denganku. Apa itu jawaban yang cukup?"
Soo Ah tidak
peduli. Dulu jantungnya berdetak dengan cepat setiap kali Jin Suk memarahinya.
Sekarang, ia tidak merasakan apa-apa. Jin Suk mengatakan hal-hal yang
mengerikan padanya, namun... Rasanya seperti ia berbicara dengan seorang penumpang di pesawat.
"Aku
tidak merasakan emosi apapun."
"Kau...
Kenapa kau ini? Kenapa kau begitu tak tahu malu?"
Soo Ah
menyuruh Jin Suk yang pindah jika tidak suka hidup dengannya. Nyonya Kim pasti
sangat kesepian sendirian. Jika Jin SUk tidak ingin tinggal bersama Nyonya Kim,
Jin Suk bisa menemukan cara lain.
Jae Ah bertemu dengan Mi Jin di pintu keluar sebuah bar. Mi Jin mabuk berat dan meminta tolong pada Jae Ah untuk membawanya.
Jae Ah
membawa pulang Mi Jin, ia bahkan sampai jarus menunda acara dengan
teman-temannya. Jae Ah mengguncang-guncang Mi Jin agar sadar, tak seharusnya Mi
Jin seperti itu, Apa Mi Jin tahu betapa berbahayanya di luar sana?
"Tunggu.
Bagaimana kalau aku memberitahu dia aku yang membawanya ke sini? Dengan begitu,
aku akan mendapatkan uang atau sesuatu. Apa yang harus aku lakukan?"
Tepat saat
itu, sebuah pesan masuk di ponsel Mi Jin, tak tahu dari siapa tapi Jae Ah serius
sekali saat membacanya.
Tak lama kemudian Jin Suk menekan bel apartemen Mi Jin dan karena tidak ada jawaban, Jin Suk punmenekan passcode-nya dan langsung masuk
Jae Ah
ternyata menunggu di luar, ia baru menampakkan diri saat Jin Suk sudah masuk ke
dalam. Nah ketahuan tuh!
Jae Ah lalu datang ke rumah Nyonya Kim, ia menangis di bawah tangga. Soo Ah keluar untuk menemuinya, ia menyuruh Jae Ah masuk saja karena Jin SUk tak ada.
Soo Ah
terkejut saat melihat wajah Jae Ah yang basah oleh airmata.
"Ada
apa? Apa kau ditipu lagi?"
Jae Ah
menghapus airmatanya lalu berdiri, ia mengais karena merasa kasihan. Ibu mereka
adalah ibu tunggal dan yang ia lakukan hanya membuat masalah.
"Ya.
Itu asalah masa lalu. Astaga. Lupakan itu. Mi Jin Nuna dan Park Jin Suk berselingkuh.
Mereka sudah saling mengirim pesan... Dan Park Jin Seok tahu password untuk
rumahnya. Aku bisa membuktikannya. Astaga."
Soo Ah
menjelaskan kalau Mi Jin dan Jin SUk hanya teman dekat. Soo Ah heran, ada apa
dengan semua orang dan menegaskan lagi kalau hubungan Mi Jin dan Jin Suk
tidaklah lebih dari sekedar teman.
"Aku
tahu kau akan mengatakan itu." Lalu Jae AH menunjukkan ponselnya, ia
menyuruh Soo Ah untuk menggunakan itu jika situasinya semakin rumit.
"Jangan
biarkan dia membuangmu. Ambil apapun yang kau bisa darinya."
Selanjutnya Soo Ah kembali ke dalam rumah. Ia membuka pesan dari Jae Ah yang adalah foto pesan Mi Jin dan Jin Suk.
"Mari kita minum."
"Aku akan menjual rumah itu hari ini.
Soo Ah berkata dia akan membawa Hyo Eun ke Gayang-dong. Aku tidak bisa
membiarkan hal itu terjadi. Aku akan kembali ke tempat ibuku. Aku akan mampir
ke tempatmu dari waktu ke waktu."
Soo Ah
teringat cerita Mi Jin bahwa ada pria menikah yang terus mengganggunya. Soo Ah
merasa sesak, ia membuka jendela lebar-lebar untuk menghirup lebih banyak
oksigen.
Besoknya,
Soo Ah menghapus pesan Jae Ah itu. Dan SMS Do Woo masuk yang mengajaknya
bertemu karena ia ada di dekat rumah Soo Ah.
Soo Ah pun keluar, ia melihat mobil Do Woo tapi tidak langsung menuju kesana, ia celingukan dulu melihat keadaan sekitar. Do Woo menggunakan kesempatan itu untuk memotret Soo Ah.
Selanjutnya Do Woo membawa Soo Ah ke tepi sungai Han, tempat dimana ia menabur abu Annie dulu. Do Woo berkata kalau ia hampir selesai mengumpulkan hasil karya ibunya.
"Kau
bisa mengisi seluruh museum dengan semua itu." Ujar Soo Ah
"Haruskah
aku melakukannya?" Tanya Do Woo.
Soo Ah
mengingatkan, bukannya Nyonya Go meminta Do Woo untuk menyimpan karya-karyanya
di rumah. Do WOo tidak yakin apakah itu rumah atau musium yang ia cari karena
ibunya tidak menulisnya dengan jelas.
"Apa
kau pernah berkunjung ke salah satu
perpustakaan tua? Jenis tempat yang membuatmu bertanya-tanya... Bagaimana itu
bisa disana. Tempatnya kecil, tapi kau bisa menemukan semua yang kau butuhkan
di sana. Aku pikir itu adalah jenis tempat yang kau cari." Jawab Soo Ah.
Do Woo
manggut-manggut membenarkan, Do Woo mendadak mengatakan, "Hanya mendengar
tentang dia itu membuatku senang."
Soo Ah tak
mengerti maksudnya. Do Woo menjelaskan kalau kalimat itu adalah perkataan
seorang pria yang sudah menjaga hasil karya ibunya. Lalu Do Woo meminta
pendapat Soo Ah, hubungan seperti apa
itu?
"Aku
rasa aku tahu itu. Aku tidak tahu apakah aku harus mengatakan ini. Aku pikir
mereka memiliki perasaan satu sama lain. Aku bisa saja salah. Orang-orang
memiliki cara tersendiri untuk memiliki anak. Hanya mendengar tentang
seseorang... Melalui orang lain membuat orang bahagia dan bersemangat. Mungkin
itu hal yang mustahil."
Do Woo
ternyata juga memikirkan hal yang sama. Soo Ah melanjutkan kalau orang iitu
bisa saja memberitahu Do Woo agar tidak boleh malu mencintai seseorang.
Orang-orang memiliki cara tersendiri untuk memiliki anak.
Do Woo
berkata kalau ada masalah yang muncul tapi Soo Ah tak perlu khawatir, semuanya
akan berhasil.
"Itu bukan masalah, Tapi aku ingin kau melakukan sesuatu untukku. Bisakah kau menjadi seseorang... Yang membuatku bahagia hanya dengan mengirim pesan selama enam bulan? Sebagai alasan, aku harus berpergian untuk memenuhi keinginan ibuku. Namun pada kenyataannya, Aku butuh waktu untuk diriku sendiri."
Soo Ah hanya
diam saja. Do Woo memastikan kalau ia tidak mengatakan kalau ia ingin mereka
berpisah. Mereka tak akan pernah berpisah.
Soo Ah
tersenyum, apa hanya itu yang Do Woo butuhkan. Do Woo mengangguk dan Soo Ah
menjawab kalau ia bisa melakukannya.
Kemudian Do Woo mengantar Soo Ah pulang. Soo Ah turun dan berjalan kembali ke dalam rumahnya. Do Woo menelfon, memastikan kalau mereka tidak berpisah.
"Apa
aku terlihat kesepian dari belakang? Aku baik-baik saja." jawab Soo Ah dan
suaranya bergetar.
Do Woo lalu
mutus telfon, Soo Ah melambai sambil menunjukkan senyumnya. Soo Ah melanjutkan
jalannya dengan senyum diwajahnya.
"Mungkin ada sesuatu antara suamiku dan
Mi Jin. Aku akan menangis... dan mebicarakan hal itu saat melihatmu. Tapi aku
tidak bisa. Karena aku tahu... Kalau masalah yang lebih besar terjadi
padamu."
Soo Ah masuk ke dalam rumahnya dan Do Woo menjalankan mobilnya. Lalu Soo AH keluar lagi dan naik taksi. Pak supir bertanya, apakah Soo Ah sudah tahu mau kemana sekarang?
Lalu pak
supir cerita, terkadang ia punya pelanggan yang tidak punya tujuan. Soo Ah
kemudian minta diturunkan di halte bis depan.
Nyonya Kim akhirnya kembali ke rumah, Jin SUk yang menjemputnya. Nyonya Kim baru ingat, adik Jin Suk menelfon perihal Jin Suk yang memintanya untuk mencarikan tempat.
Nyonya Kim
menjelaskan kalau adik Jin SUk saat ini sedang tidak baik, masih harus
menggunakan kursi roda selama enam bulan. Nyonya Kim menyarankan Jin Suk untuk
membiarkan saja Soo Ah dan Hyo Eun kembali ke Gayang-dong.
"Kenapa
kau menjauhkan mereka? Apakah ini permainan kekuasaan diantara kalian
berdua?"
Jin Suk
menjawab kalau Soo Ah bukanlah tandingannya. Lalu menyuruh ibunya beristirahat
dan ia akan pergi.
Jae Ah bertamu ke rumah Mi Jin, ia tidak mau pergi bahkan saat Mi Jin mengancam akan melapor polisi. Jae Ah malah berencana untuk memanggil Jin Suk sebagai walinya.
"Aku
akan tinggal di sini sepanjang hari ini." Tegas Jae Ah.
Mi Jin tidak
rela, kenapa Jae AH harus dirumahnya. Jae Ah lalu melemper tasnya ke lantai, ia
akan menangkap basah Jin Suk yang masuk ke rumah Mi Jin.
"Jujurlah.
Apa kau butuh tempat tinggal?" Tanya Mi Jin.
Jae Ah
membantah, ia baik-baik saja, salah satu dari teman sekamarnya pindah. Mi Jin
bertanya lagi, apa Jae Ah perlu bantuan?
"Jangan
mencoba untuk membeliku dengan uang. Tidak, terima kasih."
Jin Suk kembali ke Gayang-dong, ia melihat ke arah apartemen Mi Jin.
Sambil membuat kimbab, Mi Jin menjelaskan kalau ia akrab dengan Jin Suk sebagai seorang teman. Jae Ah menyindir Mi Jin yang sangat luar biasa, aktris yang hebat.
"Itu
sebabnya kakakku tidak pernah menang dalam berdebat. Aku benci wanita
sepertimu."
Mi Jin masih
berusaha membujuk Jae Ah, ia akan membuatkan porsi dobel untuk Jae Ah dan Jae
Ah bisa berbagi dengan teman-teman sekamarnya. Tapi Jae Ah tetap tidak mau
pergi sampai ia menangkap basah Jin Suk.
"Kapten
Park hanyalah masalah buatku. Dia mengambil semua makananku. Apa kau tidak
melihat dia berjalan membawa wadah makanan? Kau harus memberitahunya. Berhenti
datang ke sini untuk kebaikanku. Setengah dari meja makan kakakmu adalah
milikku."
Jae Ah
mengancam akan memeriksa makanannya. Mi Jin menyilahkan. Lalu bel pintu
berbunyi. Jae Ah menunggu sampai Jin Suk memencet passcode-nya.
Jin Suk memencet dua digit pertama, Mi Jin berteriak dari dalam melarangnya masuk. Lalu Mi Jin menelfon Jin Suk,
"Jangan
masuk. Aku bersama pria lain. Jangan masuk."
Tanpa
menjawab apa-apa, Jin Suk langsung pergi dari depan pintu menuju lift.
Mi Jin mengaku pada Jae Ah kalau ia berkencan dengan Jin Suk sebelum Jin Suk menikahi Soo Ah.
"Kami
berpisah, kemudian dia bertemu kakakmu dan menikah."
"Dan
kalian berdua berkencan lagi. Kalian bahkan bukan manusia. Aku menunjukkan
kakakku pesanmu... Dan dia masih bilang kalian dua hanya teman."
Mi Jin
panik, apa benar Jae Ah memberitahu Soo Ah. Jae Ah membenarkan, ia memberitahu
Soo Ah dan menunjukkan pesannya. Mi Jin marah, bagaimana bisa Jae Ah
memberitahukan hal itu pada Soo Ah.
"Apa
menurutmu aku akan merahasiakan ini sendiri? Apa yang coba kau lakukan?"
"Aku
menahan diriku sendiri bahkan dengan tuduhan palsu. Dasar kau bodoh. Kau harus
melakukan ini, bukan? Kau... Memilih orang yang salah."
Jin Suk melihat Jae Ah dan Mi Jin diluar sedang bertengkar.
>
1 komentar:
episode yg sedih...
EmoticonEmoticon